BAB I
PENDAHULUAN
Konsep dasar manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan
manusia, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan
sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip Manajemen, baik
langsung maupun tidak langsung. Baik disadari ataupun tidak disadari. Ilmu
Manajemen ilmiah timbul pada sekitar awal abad ke 20 di benua Eropa barat dan
Amerika. Dimana di negara-negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal
dengan nama revolusi industri. Yaitu perubahan-berubahan dalam pengelolaan
produksi yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin
maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan beragama sejenisnya.
Manajemen pada prinsipnya
bagaimana mengatur kegiatan agar berjalan dengan baik
dalam mencapai tujuan secara optimal sesuai dengan yang diinginkan. Tujuan yang
diharapkan tersebut akan berhasil dengan baik bilamana kemampuan manusia yang
terbatas baik pengetahuan, tehnologi, skill maupun waktu yang dimiliki itu, dapat
dikembangkan dengan membagi tugas pekerjaannya, wewenang dan tanggung jawabnya
kepada orang lain sehingga secara sinergis dan mutual simbiosis membentuk
kerjasama dan kemitraan yang saling menguntungkan dan pencapaian tujuan lebih
baik, tanpa ada kerjasama yang baik maka tidak ada "manajemen".
Tentunya untuk dapat melakukan manajemen dengan baik, seseorang harus
mengetahui terlebih dahulu tentang konsep dasar manajemen. Namun hingga saat
ini mungkin masih banyak individu yang tidak mengetahu hal tersebut. Makalah
ini akan menyajikan pembahasan mengenai konsep dan permasalahan manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Manajemen
Banyak sekali pengertian manajemen dan satu
pengertian tentang manajemen tidak bisa mewakili pengertian lain secara
universal. Menurut T. Hani Handoko, tidak ada definisi manajemen yang dapat
diterima secara universal. Mary Parker Follet (dalam Tohirin, 2008: 271) mengatakan
bahwa manajemen merupakan seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut Stephen P Robbins dan Mary Coulter (2004), manajemen adalah
proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara
efektif dan
efisien dan melalui orang lain.
Menurut Stoner (dalam Tohirin, 2008: 272), manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
usaha-usaha anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Pengertian yang tidak jauh berbeda dikemukakan
oleh Ismail Solihin (2009), manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Definisi tersebut dapat dijelaskan
secara lanjut sebagai berikut:
1. Manajemen merupakan sebuah proses. Artinya, seluruh kegiatan
manajemen yang dijabarkan ke dalam empat fungsi manajemen dilakukan secara
berkesinambungan dan semuanya bermuara kepada pencapaian tujuan.
2. Pencapaian tujuan dilakukan melalui serangkaian aktivitas yang
dikelompokan ke dalam fungsi-fungsi manajemen dan mencakup fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian.
3. Pencapaian tujuan dilakukan secara efektif dan efisien. Efektifitas
merujuk pada serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan efisiensi menunjukan pencapaian tujuan secara optimal dengan menggunakan sumber
daya yang paling minimal.
4. Pencapaian tujuan perusahaan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya
organisasi.
Dalam konteks pelayanan Bimbingan dan konseling Manajemen berarti
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
aktifitas-aktifitas pelayanan Bimbingan dan konseling dan penggunaan sumber
daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
B.
Fungsi Manajemen
Fungsi
manajemen antara lain: perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing),
pelaksanaan (Actuating) dan pengawasan (Controlling).
1.
Fungsi perencanaan (planning).
Perencanaan adalah sejumlah
kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut Bintoro
Tjokroaminoto (dalam Husaini Usman, 2010: 65) perencanaan adalah proses
mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan dalam
mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan bimbingan dan
konseling yang diinginkan perlu dilakukan perencanaan yang matang. Dalam
bimbingan dan konseling, fungsi ini dilakukan oleh kepala sekolah, koordinator BK
dan guru BK.
2.
Fungsi pengorganisasian (organizing).
Menurut Handoko (dalam Husaini
Usman, 2010: 146), pengorganisasian ialah (1) penentuan sumber daya dan
kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi; (2) proses
perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal
tersebut ke arah tujuan; (3) penugasan tanggung jawab tertentu; (4)
pendelegasian wewenang yang diperlukan individu-individu untuk melaksanakan
tugasnya. Koordinator BK akan mengelompokan dan menentukan
kegiatan penting untuk memberikan kekuasaan kepada orang-orang tertentu (guru
pembimbing/wali kelas) untuk melaksanakan kegiatan itu
3.
Fungsi pelaksanaan (actuating).
Pelaksanaan merupakan tahapan
realisasi rencana yang telah disusun sebelumnya dengan mengacu pada
pengorganisasian. Dalam bimbingan dan konseling, program yang telah disusun
hendaknya dilaksanakan dengan kerja sama yang baik antara pihak-pihak yang
terkait.
4.
Fungsi pengawasan (controlling).
Pengawasan merupakan penilaian
terhadap pelaksanaan program mulai dari awal perencanaannya hingga
pelaksanaannya. Pengawasan dilakukan oleh seorang pengawas
di bidang BK, kemudian koordinator BK juga menggunakan administrasi, yaitu: men
(sumber daya manusia/personil), material (bahan-bahan), machines
(peralatan, sarana dan prasarana), method (metode/ layanan), money (
sumber dana) dan market (siswa).
C.
Syarat Manajemen
Untuk dapat
berhasil dengan baik proses dari manajemen maka harus ada syarat-syarat
manajemen yang harus dipenuhi, meliputi :
1.
Harus ada
pembagian kerja
Mengandung pengertian bahwa suatu pekerjaan itu
bila dibagi sesuai dengan bakat dan kemampuan anggota organisasi akan lebih
berhasil bila dibandingkan dengan tidak adanya pembagian kerja.
2.
Kekuasaan
dan pertanggung jawaban
Dalam sebuah organisasi harus ada kejelasan tentang
kekuasaan dan pertanggung jawaban antara masing-masing staf dalam organisasi.
3.
Disiplin
Semua lini dalam sebuah organisasi harus
mempunyai disiplin dengan menaati peraturan yang ditetapkan.
4.
Kesatuan
komando
Kesatuan komando perlu untuk menjaga kesimpang
siuran perintah di dalam organisasi, karena organisasi mempunyai tujuan yang
sama.
5.
Kesatuan
arah
Kesatuan arah diperlukan untuk menghindari
masing-masing anggota mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Perintah hanya datang
dari satu orang saja.
6.
Tujuan
organisasi sesuai dengan tujuan anggotanya
Antara tujuan organisasi dan tujuan anggotanya
harus sejalan, karena apabila terdapat perbedaan tujuan maka organisasi akan
mengalami kesulitan.
7.
Pemberian
upah/gaji
Harus didasarkan pada kebutuhan anggota organisasi
dan keluarganya secara adil.
8.
Sentralisasi
Memberikan suatu gambaran bahwa di dalam suatu
organisasi memerlukan suatu pemusatan tanggung jawab untuk menghindari bawahan
tidak dibebani dengan tangung jawab yang lebih besar.
9.
Jenjang
jabatan
Urutan-urutan hubungan antara satu kegiatan
dengan kegiatan yang lain harus saling bersambung. Kejelasan hubungan ini perlu
untuk menentukan kearah mana seseorang harus bertanggung jawab dan ke arah
jenjang mana seseorang kelak di promosikan.
10.
Keteraturan
Keteraturan diperlukan agar tidak terjadi
kelambatan di dalam proses manajemen.
11. Keadilan
Keadilan diperlukan di dalam segala aspek agar
semua komunikasi yang lancer diantara anggota merasa puas dan bekerja dengan
penuh semangat.
12.
Kestabilan
di dalam organisasi
Para anggota harus merasa stabil kedudukannya
di dalam organisasi.
13. Inisiatif
Tanpa inisiatif akan menjurus kepada hal-hal
yang bersifat rutin dan organisasi akan mengalami sebuah kerugian.
14. Semangat korps
Adanya komunikasi yang lancar diantara pimpinan
dan bawahan akan menambah semangat kerja bawahan.
D.
Organisasi dan Personalia
1.
Organisasi
James L. Gibson c.s dalam
Winardi (2003), menyatakan bahwa “….Organisasi-organisasi
merupakan entitas-entitas yang memungkinkan masyarakat mencapai hasil-hasil
tertentu, yang tidak mungkin di laksanakan oleh individu-individu yang
bertindak secara sendiri “
Menurut
Winardi (2003):
Organisasi adalah merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam
elemen atau subsistem, di antara mana subsistem manusia mungkin merupakan
subsistem terpenting, dan di mana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling
berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan organisasi
yang berdangkutan.
Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil
yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi
yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu
atau serangkain sasaran ( Rivai, 2007: 188)
Definisi berikut tentang perorganisasian memberikan kepada kita sebuah
gambaran pendahuluan tentang makna kata tersebut: “…….. Organizing .. the function of
gathering resources, allocating resources, and structuring task to fulfill
organizational plans”(Winardi, 2003:20)
Organisasi pelayanan bimbingan dan konseling
terentang vertikal, dari para pengambil kebijaksanaan yang paling tinggi sampai
pada pelaksana dan pembantu pelaksana yang terbawah, dan secara horisontal yang
mencakup berbagai pihak yang dapat memberikan kemudahan bagi pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling yang mantap dan berkelanjutan. Menurut
Prayitno (1997:49), organisasi yang mencakup unsur-unsur vertikal dan
horizontal dikehendaki berbagai tuntutan:
a) Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting,
baik vertikal maupun horizontal, sehingga mampu sebesar-besarnya memadukan
berbagai kebijaksanaan dan pelaksanaannya, serta berbagai sumber yang berguna
bagi pelayanan bimbingan dan konseling.
b) Sederhana, sehingga jarak antara penetapan
kebijaksanaan dan upaya pelaksanaannya tidak terlampau panjang. Keputusan dapat
dengan cepat tetapi dengan pertimbangan yang cermat diambil, dan pelaksanaan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling terhindar dari urusan birokrasi yang
tidak perlu.
c) Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima
masukan dan upaya pengembangan yang berguna bagi pelaksanaan tugas-tugas
organisasi, yang kesemuanya itu bermuara pada kepentingan seluruh peserta didik.
d) Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga
semua unsur dapat saling menunjang dan semua upaya serta sumber dapat
dikoordinasikan demi kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan
konseling untuk kepentingan peserta didik.
e) Menjamin berlangsungnya pengawasan, penilaian
dan upaya tindak lanjut, sehingga perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
program bimbingan dan konseling yang berkualitas dapat terus dimantapkan.
2.
Personalia
Personalia
adalah semua anggota organisasi yang bekerja untuk keputusan organisasi.
Personalia ini di tangani oleh manajemen agar aktifitas mereka dapat
dipertahankan dan semakin meningkat. Para manajer akan membina mereka berusaha
mewujudkan antara hubungan yang baik menilai dan mempromosikan mereka dan
berupaya meningkatkan kesejahteraan mereka.
Personalia pelaksana bimbingan
dan konseling adalah segenap unsur yang terkait di dalam organisasi bimbingan
dan konseling. Personil utamanya adalah guru pembimbing dan koordinator
bimbingan dan konseling di sekolah. Agar pelayanan bimbingan dan konseling
dapat berjalan dengan baik dan mencapai sasaran secara optimal, maka tiap-tiap
pesonil bimbingan dan konseling perlu memahami dan menyadari tentang peranannya
masing-masing. Prayitno (1997: 51) personil tersebut
mencakup:
a)
Personil pada Diknas Propinsi atau Diknas Kabupaten/Kota yang bertugas melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan
Konseling di satuan-satuan pendidikan.
b)
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab program pendidikan secara
menyeluruh termasuk didalamnya program Bimbingan dan Konseling di satuan
pendidikan masing-masing.
c)
Guru Pembimbing dan guru kelas sebagai petugas utama dan tenaga inti
dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling.
d)
Guru-guru lain ( guru mata pelajaran dan guru praktik) serta wali kelas
sebagai penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan
atau kelas masing-masing.
e)
Orang tua sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang
seluas-luasnya.
f)
Ahli-ahli lain dalam bidang nonbimbingan dan nonpengajaran/latihan
(seperti : dokter, psikolog, psikiater) sebagai subjek alih tangan kasus.
g)
Sesama peserta didik sebagai kelompok subjek yang potensial untuk
diselenggarakannya bimbingan sebaya.
E.
Program
Setiap organisasi memerlukan program yang
berisi serangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Contohnya,
sebuah perusahaan ingin mencapai angka penjualan kendaraan hingga 1000 unit per
tahun, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut disusunlah berbagai macam agenda
dan kegiatan. Program yang ada merupakan hasil dari perencanaan, sehingga
dikatakan bahwa program yang baik dihasilkan dari perencanaan yang baik. Begitu
juga halnya dalam bimbingan dan konseling. Program Bimbingan dan Konseling
merupakan isi keseluruhan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.
Program-program ini perlu disusun dengan memperhatikan pola umum bimbingan dan
konseling dan berbagai kondisi yang terdapat di lapangan (Prayitno, 1997:52).
Kegiatan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di sekolah tidaklah dipilih secara acak, namun melalui
pertimbangan yang matang dan terpadukamn dalam program pelayanan. Menurut
Prayitno (1997: 54), program bimbingan dan konseling hendaknya:
1. Berdasarkan kebutuhan bagi pengembangan peserta
didik yang sesuai dengan kondisi pribadinya, serta jenjang dan jenis
pekerjaannya.
2. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi
bimbingan, meliputi semua jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta menjamin
terpenuhinya prinsip dan asas bimbingan dan konseling.
3. Ssistematik, dalam arti program disusun menurut
urutsa logis, tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak
perlu, serta dibagi-bagi secara logis.
4. Terbuka dan luwes sehingga mudah menerima
masukan untuk pengembangan dan peneympurnaannya, tanpa harus merombak program
itu secara menyeluruh.
5. Mmeungkinkan kerja sama dengan semua pihak yang
terkait dalam rangka sebesar-besarnya memanfaatkan berbagai sumber dan
kemudahan yang tersedia bagi kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan
dan konseling.
6.
Memungkinkan
diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk penyempurnaan program pada
khususnya, dan peningkatan keefektifan dan keefisienan penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling pada umumnya.
F.
Fasilitas
fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan
memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Fasilitas juga
merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan. Fasilitas yang baik akan
memudahkan dan memperlancar kinerja, begitu juga sebaliknya. Contohnya secara
umum sebuah perusahaan ingin membuat desain kendaraan bermotor, oleh sebab
itu perusahaan tersebut akan membutuhkan fasilitas-fasilitas yang terkait
dengan pengerjaan desain tersebut. Namun sangat disayangkan jika ada personalia
yang menjadikan kurangnya fasilitas sebagai alasan untuk tidak bekerja.
Kekurangan fasilitas yang ada hendaknya disikapi secara bijak dan kreatif oleh
personalia. Fasilitas yang diperlukan sebagai penunjang pelayanan bimbingan dan konseling meliputi
sarana dan prasarana.
G.
Akuntabilitas Program
Istilah akuntabilitas
berasal dari istilah dalam bahasa Inggris “accountability” yang berarti
pertanggunganjawab atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk
diminta pertanggunganjawaban. A Muri Yusuf (dalam Amirah Diniaty,
2012:89), menjelaskan akuntabilitas tidak sama dengan responsibilitas.
Akuntabilitas lebih mengacu pada pertanggung jawaban keberhasilan atau
kegagagalan pencapaian misi organisasi, sedangkan responsibilitas berhubungan
dengan kewajiban melaksanakan wewenang atau amanah yang akan diterima.
Akuntabilitas mempertanggung jawabkan pelaksanaan wewenang atau amanah
tersebut.
Akuntabilitas berkaitan dengan pelaksanaan
evaluasi (penilaian) mengenai standard pelaksanaan kegiatan, apakah standar
yang dibuat sudah tepat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan apabila
dirasa sudah tepat, manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengimplementasikan
standard-standard tersebut. Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk
kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan. Dalam hubungan
ini, diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian hasil serta cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua itu.
Pengendalian (control) sebagai bagian
penting dalam manajemen yang baik adalah hal yang saling menunjang dengan
akuntabilitas. Dengan kata lain
pengendalian tidak dapat berjalan efisien dan efektif bila tidak ditunjang
dengan mekanisme akuntabilitas yang baik demikian juga sebaliknya. Media
akuntabilitas yang memadai dapat berbentuk laporan yang dapat mengekspresikan
pencapaian tujuan melalui pengelolaan sumber daya suatu organisasi, karena
pencapaian tujuan merupakan salah satu ukuran kinerja individu maupun unit
organisasi
H.
Kepengawasan
Robert J. Mockler dalam T. Hani
Handoko (1996: 360), mengemukakan bahwa pengawasan manajemen adalah suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan serta mengambil
tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
diperlukan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan
Pengawasan pada dasarnya diarahkan
sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan
atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta
suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai
sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat
mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
I.
Pengembangan
Munandir (2001: 268) menyatakan bahwa pengembangan
merupakan berbagai cara atau pendekatan yang bertujuan untuk menciptakan
situasi agar guru dan staf sekolah lainnya meningkatkan kompetensi dan
keterampilannya serta tumbuh secara profesional selama berdinas
Pengembangan pelayanan bimbingan
dan konseling memang banyak tergantung pada organisasi, program, prasarana dan
sarana yang tersedia, namun peranan tenaga manusianya adalah yang paling utama.
Seluruh personil sekolah dipersyaratkan untuk bahu membahu sepenuhnya bagi
terselenggaranya pelayanan bimbingan dan konseling secara baik di setiap satuan
pendidikan. Guru pembimbing sebagai petugas utama dan inti serta ahli dalam
pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kewajiban untyuk mencurahkan
seluruh perhatian dan upaya demi suksesnya misi yang diembannya, yaitu
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Pengembangan
dapat dilaksanakan
melalui:
1.
Kerjasama antar guru pembimbing
2.
Kerjasama antar personil sekolah
3.
Kegiatan pengawasan oleh pangawas
sekolah bidang bimbingan dan konseling
4.
Pengembangan fasilitas layanan
5.
Pertemuan kesejawatan profesional
(MGP), penataran, lokakarya, pertemuan ilmiah, keikutsertaan dalam organisasi
profesi BK (ABKIN) dan studi lanjutan
J.
Permasalahan Manajemen dan Solusi
Dalam manajemen umumnya akan berhadapan dengan
permasalahan. Dari beberapa personalia dengan ide-ide yang berbeda mungkin
dapat menimbulkan pertentangan dan ketidak sesuaian, fasilitas yang kurang
memadai akan menimbulkan permasalahan, masalah komunikasi sesama personalia,
masalah yang disebabkan kurangnya kompetensi, dan lain sebagainya.
Proses penyelesaian masalah manajemen menurut James A.F. Stoner (1996), sebagai berikut:
Kembangkan alternatif:
Cari alternatif yang kreatif
|
Evaluasi alternatif dan pilih yang
terbaik
|
Laksanakan dan adakan tindak lanjut:
-Rencanakan pelaksanaan
-Laksanakan rencana
-Monitor pelaksanaan dan adakan penyesuaian seperlunya
|
Selidiki situasi:
-Tentukan personal
-Kenali
tujuan-tujuan keputusan
-Diagnosa sebab
akibat
|
Diantara masalah yang timbul berkaitan dengan konsep pengelolaan dan
manajemen bimbingan dan konseling adalah:
1.
Dalam hal penempatan personalia,
masih ada di beberapa sekolah guru pembimbingnya berasal dari jurusan lain,
akibatnya guru pembimbing tidak mengetahui apa yang akan dilakukan.
2.
Masih
kurangnya pengetahuan dan wawasan guru pembimbing dalam melaksanakan tugasnya
seperti membuat program maupun melaksanakan program
3.
Masih adanya ketimpangan antara
jumlah guru pembimbing dengan jumlah siswa asuh, akibatnya guru pembimbing
tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya
4.
Masih
kurangnya pengetahuan guru mata pelajaran, kepala sekolah dan siswa mengenai
peran bimbingan dan konseling
Solusi yang dapat diberikan berkaitan dengan permasalahan konsep
pengelolaan dan manajemen ini adalah:
1.
Guru pembimbing harus berasal dari
jurusan BK agar guru pembimbing tersebut tahu tugas dan tannggung jawabnya
2.
Dilakukan
pelatihan dan pengembangan kompetensi
3.
Agar Guru pembimbing dapat bekerja
dengan hasil yang maksimal, maka sesuaikan jumlah guru pembimbing dengan jumlah
siswa asuh
4.
Dapat
mengadakan orientasi/memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
pihak-pihak tersebut
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian dari berbagai sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Pengertian
tersebut langsung mencakup 4 fungsi manajemen yang lebih dikenal dengan POAC.
Manajemen erat kaitannya dengan Organisasi, yakni merupakan suatu
unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu
sasaran tertentu atau serangkaian sasaran. Di dalam
organisasi terdapat personalia, yakni semua anggota organisasi
yang bekerja untuk keputusan organisasi. Untuk mencapai tujuan maka diperlukan
program, yang berisi serangkaian
kegiatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan dengan memanfaatkan fasilitas
yang ada. Fasilitas dalam hal ini dapat meliputi sarana dan prasarana.
Manajemen juga tidak akan terlepas dari akuntabilitas, yakni pertanggung
jawaban keberhasilan atau
kegagagalan pencapaian misi organisasi. Keberhasilan pencapaian tujuan
manajemen juga sangat ditentukan Sumber Daya manusia yang ada. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pengembangan dalam meningkatkan mutu kinerja. Permasalahan yang
mungkin timbul dalam manajemen antara lain masalah kompetensi, keuangan,
fasilitas, pertentangan, dan lain-lain, merupakan permasalahan yang sering
timbul dalam suatu manajemen. Penyelesaian permasalahan perlu dilakukan dengan
cara selidiki situasi, kembangkan alternatif, pilih alternatif penyelesaian
masalah, terapkan dan tindak lanjut.
B.
Kesimpulan
Kepada calon dosen,
konsultan, peneliti, guru pembimbing maupun profesi lainnya diharapkan untuk
memahami konsep dasar manajemen sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dalam
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
KEPUSTAKAAN
Amirah Diniaty. 2012. Evaluasi Bimbingan dan Konseling.
Pekanbaru. Zanafa Publishing.
Husaini Usman. 2009. Manajemen. Yogyakarta : Bumi Aksara
Munandir. 2001. Enslikopedia Pendidikan. Malang:
UM-Press
Prayitno, dkk. 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan
Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas
1997. Buku II Pelayanan Bimbingan dan Konseling:
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta. Ditjen Dikdasmen.
T. Hani Handoko. 1997. Manajemen. Yogyakarta:
BPFE
Thantawi R. MA. 1995. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Pamator Pressindo
Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
nice artikelnya gan, sangat bnagus.
BalasHapusjangan lupa kunjungi kembali website kami ya gan ^^
Use this diet hack to drop 2 lb of fat in just 8 hours
BalasHapusAt least 160000 women and men are using a simple and secret "water hack" to burn 1-2 lbs each night while they sleep.
It's easy and it works with anybody.
Here are the easy steps for this hack:
1) Take a drinking glass and fill it up half glass
2) And then follow this weight losing hack
and become 1-2 lbs skinnier the very next day!