Pages

Sabtu, 09 April 2011

TEORI KEDATANGAN ISLAM DI NUSANTARA


TEORI KEDATANGAN ISLAM
Oleh : Nurazmani

            Ada banyak pendapat para ahli mengenai teori-teori tentang masuk dan berkerkembangnya islam dinusantara, dan ada tiga masalah pokok yang sering dibicarakan oleh para ahli yaitu: asal kedatangan islam, waktu datang islam, dan siapa yang membawanya. Mengenai datangnya islam kedunia melayu ataupun ke asia tenggara ada tiga tiori:

  1. Islam Datang Langsung Dari Arab.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Sir John Crawford, menurutnya islam langsung dari Arab alasannya adalah karena kaum muslimin alam melayu berpegang kepada mazhab Syafi’I yang lahir dari semenanjung Arab tepatnya di Hadramaut meskipun demikian ia menyarankan bahwa interaksi penduduk nusantara dangan kaum muslimin yang berasal dari pantai timur India juga merupakan fator penting dalam penyebaran islam di Nusantara.
Sementara itu Keyzer beranggapan islam datang dari Mesir, karena Mesir merupakan negeri yang bermazhabkan Syafi’I yang paling tua.
Teori semacam ini juga pernah dikemukakan oleh Hamka dalam Seminar Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia tahun 1962. menurutnya islam langsung datang dari Arab, bukan melalui India, bukan pula pada abad ke 11 malainkan pada abad pertama Hijrah/ VII Msehi.
            Teori ini didukung oleh Naguib Al-Attas, ia menjelaskan bahwa bukti yang paling penting dikaji ketika membahas kedatangan islam ke Nusantara adalah karakteristik internal islam di Dunia Melayu- Indonesia itu sendiri. Ia mengajukan “teori tentang islamisasi Nusantara” yang terlihat dalam lperubahan konsep-konsep dan istilah kunci dalam literature  Melayu-Indonesia abad ke10-11/16-17. yang menyebutkan peran-peran bangsa Arab dalam proses islamisasi Nusantara, tidak yang lainnya.
            Dalam hikayat raja-raja pasai diceritakan seorang Syekh Ismail datang dari mekkah ke pasai dan mengislamkan merah silu, penguasa setempat kemudian bergelar sultan Malik al-Shalih. Dalam silsilah raja-raja dari kesultanan sulu di Filifina juga meriwayatkan bahwa islam disebarkan diwilayah ini pada paruh kedua abad ke 18/14 oleh seorang arab bernama Syarif Awliya Karim al-Makhdum yang datang melalui melaka pada 782//1380.
            Setelah itu datang pula seorang Arab yang bernama Aminullah al-Makhdum yang bergelar Sayid Al-Niqab bersama muslim dari Cina.

  1. Islam Datang Dari India
            Pendapat ini pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’idari Gujarat dan Malabar di India yang membawa islam ke asia tenggara. Argumentasi yang dikemukakan bahwa melalui perdagangan amat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah Persia yang dibawa dari India dan digunakan oleh masyrakat pelabuhan Nusantara.
            Teori ini dikembangakan lebih lanjut oleh Snouk hurgronje yang melihat pula para pedagang kota pelabuhan Dakka di India selatan sebagai pembawa-pembawa islam pertama kewilayah Nusantara, pada abad 12 dan baru disusul oleh para pedagang Arab.
            Moquetto, seorang sarjana dari belanda menyebutkan tempat asal islam pertama di Nusantara adalah dari Gujarat pendapat ini dia simpulkan setelah ia mengamati bentuk nisan yang ada di Pasai yang mirip dengan batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat. Berdasarkan batu nisan tersebut iaberkesimpulan bahwa batu nisan ini dihasilkan bukan hanya untuk pasar local, tetapi juga untuk diekspor kekawasan lain termasuk Sumatera dan Jawa. Selanjutnya dengan mengimpor batu nisan tersebut terjadilah proses islamisasi.
            Argumentasi Moquetto di atas ditentang oleh Fatimi yang menyatakan keliru mengaitkan seluruh batu nisan dipasai maupun batu nisan yang ada dimakam Malik Al-Shaleh mirip dengan yang ada di Gujarat. Menurut penelitiannya, batu nisan itu justru gaya dan bentuknya lebih mirip dengan yang ada di Bengal (Bengali) inilah alasannya islam yang ada di Indonesia berasal dari Bengal. Dia mengemukakan kebanyakan orang yang terkemuka ada di Pasai adalah orang Bengali atau keturunannya.
            Drewes yang mendukung teori snouck membantah teori Fatimi ini, terutama karena  karena penafsiran atas prasasti yang ada dinilai “perkiraan liar belaka” lagi pula mazhab yang dominant di Bengali adalah mazhab hanafi, bukan mazhab Syafi’i seperti yang disemenajung dan Nusantara umumnya.
                       
            Teori-teori tentang Gujarat dan Bengali sebagai tempat asal islam di Nusantara mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. Pendapat ini dikatakan oleh Marrison, katanya meskipun batu-batu nisan yang ditemukan ditempat-tempat tertentu diwilayah Nusantara baleh jadi berasal dari dari Gujarat ataupun Bengali seperti yang dikemukakan oleh para ahli. Lantas tidak berarti islam harus berasal dari wilayah itu.
            Menurut Marrison pada masa islamisasi samudra pasai yang raja pertamanya wafat 698/1297 Gujarat masih merupakan kerajaan hindu.da baru setahun kemudian  Bombay, Gujarat  ditaklukkan oleh kaum muslim. Atas dasar inilah Marrison mengemukakan bahwa islam yang ada dinusantara  bukan berasal dari Gujarat, melainkan dibawa penyebar muslim dari pantai Coromandel pada akhir abad ke-13.

  1. Islam Datang Dari Cina
Teori ini dikemukakakan oleh Immanuel Gadinho de Erade seorang scientist Spanyol yang menulis pada tahun 1613 M. Katanya  sesungguhnya akidah Muhammad telah diterima di Pattani dan Sam di pantai Timur kemudian di terima dan dikembangkan oleh permaisyuri (paramesywara) pada tahun 1411 M.
Teori ini didukung oleh Ibrahim Tien Ying walauppun ia tidak mengatakan bahwa Cina bukanlah satu-satunya tempat asal masuknya islam ke Nusantara.namun berdasarkan catatan Ma Huan (seorang juru tulis jendral Sam Po Bo),dari sumber Cina bahwa pada abad 15 M, dimasa Dinasti Ming, muncul seorang panglima yang beragama islam bernama Admiral Muhammad Cheng Ho yang bergelar San Pao Kung dan San Po Bo.
Panglima ini telah berlayar delapan kali ke laut selatan dan barat, terkadang ia singgah ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.  Dalam pelayarannya ikut serta pula raja Paramesywara dan akhirnya masuk islam yang bergekar Sultan Iskandar Syah, adapun daerah yang pernah disinggahi adalah Campa, Malaka, Majapahit, India, hormuz sampai Mogadisu.
Dari ketiga teori tersebut yang paling kuat adalah teori yang pertama yang menyatakan islam dinusantara berasal dari Arab terutama dengan mengajukan beberapa bukti hubungan dunia Melayu dengan timur tengah. Walaupun teori-teori yang lain tidak dapat diabaikan pada akhirnya semua teori di atas jelaslah belum final,sehingga meskkipun telah banyak sejarawan yang menulis tentang masalah ini, tetapi masih banyak lagi peluang bagi munculnya penafsiran-penafsiran baru.
Dari beberapa argumen kebanyakan sarjana barat menganut paham bahwa islam datang kenusantara berasal dari India dan berkembang pada abad 13 melalui pantai timur Aceh. Tapi menurut seminar yang diadakan dimendan pada tahun 1963 menyimpulkan bahwa islam berangsur-angsur datang keindonesia sejak abad-abad pertama hijrah atau sejak abad ke 7dan 8 M langsung dari Arab .Rumusan diatas merupakan koreksi terhadap versi barat yang mengatakan bahwa islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke13, melalui India dan Persia.
Diantara muballig islam periode pertama itu terdapat orang-orang dari Malabar, Gujarat, dan Persia adalah suatu hal yang biasa tetapi seperti yang dikatakan buya Hamka, sebenarnya intinya adalah  saudagar-saudagar Arab, sekalipun mereka dari Gujarat, Malabar, atau Persia tetapi asalnya arab jugakan.  
Pandapat diatas didukung oleh keberadaan Nusantara dalam lalu lintas perdagangan Cina Timur Tengah sejak abad awal Masehi. Aktivitas perdagangan Cina sudah dimulai sekitar abad ke 4M. Menurut catatan Cina pada abad ke7 sudah terdapat komunitas muslim di Katon (Cina) dan khalifah Usman pernah mengirimkan utusan kepada Kaiser Goa Zhong Dari Dinasti Tang.
Dalam seminar sejarah masuk islam dan berkembangnya islam di aceh, husein azmi menyebutkan beberapa kerajaan islam yang telah berkembang sebelum munculnya samudra pasai pada abad 12M diantaranya adalah kerajaan Ta Shi dan Perlak. Berdasarka catatan melayu dan peninggalan yag masih tersisa dikerajaaan perlak tersebut  terbagai dua Negara bagian, yaitu benua dan bendahara.
Memang pada abad   ke 8 sampai 12 selat malaka dikuasai oleh Sriwijaya dan terjadi kontak senjata antara perlak islam dan sriwijaya, namun demikian bukan berarti dakwah islam dinusantara terhenti , sebab pada abad  ke5 M Sriwijaya merupakan  tempat berlindungnya pelarian muslim yang memberontak terhadap Kaisar Hi Tung. Bahkan menurut catatan Cina sejak paruh kedua abad ke 10 sampai 12 duta-duta Sriwijaya untuk Cina adalah orang-orang islam mereka adalah:

Hubungan timur tengah (Arab)  dengan dunia melayu atau asia tenggara tidak terlepas dari menyebutkan jasa hubungan timur tengah-cina sebelumnya. Dinasti cina menceritakan istana T’ang dikunjungi duta pertama dari negeri Tashih (istila Cina menyebut Arab). Empat tahun kemudian T’ang menerima duta kedua yang disebut sumber Cina sebagai Tan-mi-mo-ni’ (Amir Al-Mukminin) yang datang pada masa Khalifah ketiga, Ustman bin Affan.
Kunjungan ini berlanjut selama sekitar 90 tahun, dan tak kurang dari 17 duta muslim datang dari Cina, dan 18 duta yang dikirim dinasti Abassiyah pada priode pertama. Kunjungan yang begitu intensif tiu mendorong berkembangnya koloni Ta Shih di Kanfu (kanton) yang terbentuk  pada paruh kesua abad ke-7 M. menjelang abad ke-8 muslim Arab dan Persia di Kanton menjadi begitu banyak dan mampu melakukan pemberontakan terhadap penguasa Cina.  Tidak diketahui secara pasti alasan pemberontakan tersebut, tetapi tak lama kemudian Kantondibuka kembali bagi kaum muslimin dan diangkat penguasa Cina untuk menegakkan kamanan dan ketertiban di antara saudara-saudara seagamanya, dan sekaligus mengadministrasikan  berlakunya hukum islam.
Seorang pendeta Cina yang bernama Kan Shin (Kien Cheng) melaporkan eksistensi komunitas Po-see (muslim Persia) yang cukup besar di Pulau Hainan. Selain itu terdapat pula pemukiman besar muslim dikota yang Chou yang cukup makmur ketika penguasa local itu memberontak pasukan pusat Cina dikirim untuk menumpasnya, sehingga beberapa ribu pedagang Arab-Persia ikut terbunuh sementara harta benda mereka dirampas.
  Seorang pengembara Cina menginfomasikan bahwa pertama kali kontak antara timur tengah dengan asia tenggara  ketika ia menumpang kapal Arab atau Persia dari Kanton berlabuh dipelabuhan muara sungai Bhoga (sekarang sungai musi). Disinilah mulai menanjak pamor Kerajaan sriwijaya dan hampir menguasai suluruh sumatera, semenanjung malay, dan jawa sampai lima abad kemudian. Disamping sebagai pusat perdagangan Sriwijaya juga merupakan pusat ilmu pengetauan Budha dinusantara menjelang mereka melanjutkan studi keilmuan dan keagamaan Budha di India. 
Sriwijaya kian hari banyak dikunjungi oleh musllim dari Arab dan Persia, Yuan Tchao mengatakan setelah kerusuhan di kanton banyak muslim Arab dan Persia menuju palembang untuk berlindung. Dan akibat interaksi dengan orang Arab dan Persia mengisyaratkan batas-batas tertentu penduduk setempat, sriwijaya telah mengenal sebagai ajaran-ajaran islam. Bahkan Al-Ramhurmuzi dalam ‘Aja’ib Al-Hind  mengisyratkan tentang sejumlah muslim pribumi di kalangan penduduk Sriwijaya sendiri. Riwayat ini dibenarkan Chau Ju-Kua, yang menyatakan sejumlah besar penduduk
San-Fo-Chi memiliki nama awal “p’u berasal dari kata “Bu”singkatan “Abu” (Bapak) yang banyak terdapat dalam nama pribadi orang-orang muslim.
            Penguasa Sriwijaya pernah mengirim utusan bernama P’u-Ho-li (atau Abu Ali atau Fadhl atau Abu Husayn) ke istana T’ang, ia diperkenalkan sebagai kepala orang asing di Sriwijaya dank arena itu sangat memungkinkan ia adalah seorang muslim asal timr tengah, bukan muslim pribumi sriwijaya.      
            Azra mengutip Nakahara dan sumber-sumber Cina, menyusun daftar duta-duta muslimyang dikirim oleh kerajaan sriwijaya ke istana Cina. Mereka datang paruh abad ke-10 dan penggalan pertama abad ke-12 mereka adalah:          
  1. Li A-Mu (Li(Ali)Muhammad)                                                962
  2. Wakil Duta Li Ho-mu (Li(Ali)Muhammad)                           971
  3. Duta P’u T’o-han (Abu Adam)                                               975
  4. Duta Li Fu-hul (Abu Hayyah)                                                            980
  5. Utusan Dagang P’u-ya-t’o-lo (Abu Abd Allah)                     983
  6. Duta Chin-hua-ch’a (Hakim Khawajat)                                  985
  7. Pemilik Kapal P’u-ya-t’o-li (Abu Abd Allah)             988
  8. Duta P’u-p’o-lan (Abu Bahram)                                             1.008
  9. Wakil Duta P’u-mo-shi (Abu Musa)                                       1.017
  10. Duta P’u-ya-t’o-lo-hsieh (Abu Abd Allah)                             1.028
  11. Duta Ssu-ma-chieh (Ismail)                                                    1.155
  12. Duta P’u-chin (Abu Sinah) P’u-hsia-‘erh (Abu Aghani) P’u-ya-t’o-li (Abu Abd Allah)
Hubungan erat antara timur tengah dengan Sriwijaya dibuktikan pula melalui dua pucuk surat  raja Sriwijaya kepada Khalifah di timur tengah. Sementara itu Chau Ju-Kua melaporkan suatu kerajaan di Borneo barat mengirim pula seorang duta bernama P’u A-li ke istina Cina yang kala itu du kuasai dinasti Sung.P’u A-li adalah seorang pedagang yang sebenarnya bernama Abu Ali. Sejarah dinasti Sung, melaporkan ada tiga duta yang dikirim Borneo Barat.
Duta ini ini sebenarnya adalah seorang arab yang kapalnya berlabuh du muara sungai kerajaan Borneo Barat, dan kemudian diminta penguasa setempat sebagai duta keistana Cina, raja Borneo itu bernama Hiang-ta, dengan nama itu diperkirakan ia belum meragama islam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar