Pages

Sabtu, 09 April 2011

DIALOG KONSELING PRAYITNO

NAH BAGI TEMAN2 ATAU ADIK2 SEMUA YANG DAPAT TUGAS DARI DOSEN UNTUK NYATAT DIALOG KONSELING PRAYITNO DENGAN SALAH SATU SISWA .... LENGKAPNYA DI BAWAH INI ..




Ko : Bisa kita mulai totok ? Iya,, kita sudah janji beberapa lama ya .. baru sekarang bisa di tepati, katanya tadi anda computer ya, latihan computer ya, gi mana itu latihan komputernya .
Ki : Latihan Komputer di SMU 2, ya kayak gitu aja lah .
Ko : Ya … anda pernah konseling seperi ini atau tidak
Ki : Hmm  pernah sih tapi di Sekolah
Ko : Di Sekolah ya, dengan Guru pembimbing gitu ya, tentu barangkali anda sudah tahu bahwa kita akan membicarakan hal-hal yang perlu di bicarakan oleh kita, gitu ya … dari anda dan pembicaraan ini tidak akan tersebar ke mana-mana lah yaa, dan anda di minta secara sukarela dan terbuka mengemukakan apa yang ingin anda kemukakan sehingga nanti kita bisa bahas,  sebelum kita membahas sesuatu ada menanyakan sesuatu atau gi mana, atau mau langsung saja
Ki : Ya mana yang bagus
Ko : Ya terserah anda saja
Ki : Ya langsung saja lah
Ko : Oh langsung saja yaa, baik ., silahkan-silahkan apa yang terasa
Ki : Kemarin saya sudah konseling dengan Ibu cece
Ko : Iyaa
Ki : Lalu waktu itu membahas tentang apa yang sebenarnya baku dengan pelajaran saya
Ko : oo
Ki : Apa.. mental apa gitu, lalu mungkin pada saat itu saya bicarakan tentang apa yang saya bicarakan pada saat ini … eee sebetulnya untuk masalah belajar ini kadang-kadang saya berfikir untuk mencari sesuatu yang lebih baik.
Ko : He ..eh
Ki : Misalnya saya di Sekolah menghandle beberapa Organisasi
Ko : Wah .. hebat ini
Ki : Saya rasanya agak terobsesi sampai di sana, sampai pelajaran bisa di bilang tertinggal, kalau di sana kan di SMU 2 nilai itu di perhitungan juga dengan absen, seandainya udah jarang masuk berarti absen kita kena Otomatis nilai kita rendah, walau sebagus apapun nilai kita
Ko : Nilai mata pelajaran itu yaa
Ki : Jadi di tambah dengan itu kan lebih baik itu aja lagi, tidak di usahakan benar, karena sudah ada factor eks keluar yang bisa menjatuhkan
Ko : Ok, misalnya apa yang terjadi selama ini ? anda berat di situ eh ternyata di sini di rugikan
Ki : Contohnya begitu, kemarin kami lomba
Ko : Di sekolah ya
Ki : Di sekolah untuk keluar gitu, jadi itu yang namanya di Pramuka saya juga masuk, perlu menghandle untuk latihannya kan saya harus
Ko : Lomba apa itu
Ki : Lomba Pionering waktu itu yang di adakan di ranting, oleh karena tiu otomatis saya jarang masuk
Ko : Waktu tersita
Ki : Waktu tersita juga, tenaga tersita, lagi pula dia latihannya jam 9, jadi pas proses belajar saya keluar, itu contohnya .
Ko: Nah keluarnya itu atas izin guru guru yang mengajar atau bagaimana
Ki : Atas izin guru yang mengajar, saya sudah mengaakan “Buk saya minta izin keluar, ada gini …. Ginii .gini …, ya silahkan “
Ko :Nah ketika anda sudah di izinkan, anda di anggap masuk atau di anggap izin atau di anggap alfa atau di anggap apa
Ki : Biasanya izin.. biasanya izin .. Cuma kita gak taulah gi mana Sistem Guru itu
Ko : Berapa lama anda latihan Pionerring
Ki : Latihan Pionerring itu Cuma seminggu, Cuma yang namanya banyak Organisasi yang di handle jadi kita otomatis sering keluar
Ko : Ada Pionerring ada apa lagi
Ki : Kadang-kadanag kan di sana ada, seperti kemarin Musmamitra, Mugus, banyak lah., Kita juga masa transisi jadi kita yang megang sementara
Ko : Oh anda ketua OSIS
Ki ; Bukan, Ketua pramukanya sebenarnya udah kelas Tiga jadi terlalu sibuk, Kelas dua yang bantu, Jadi kita bukan hanya di sana, di luar juga ada, ya istilahnya gitu, kita kan sering juga di sana jadi pasa pulang sudah malam, liat buku aja udah malas, Di tambah lagi daftar absen, jadi campak saja
Ko :Tahu-tahu waktu Ujian
Ki : Ya waktu ulangan kita belajar kilat, jawabannya sih rasanya cukup bisa, tapi ya tentunya absen tidak maksimal, di tambah belajar kurang, di tambah absen, tugas jarang buat, Klop deh
Ko : Misalnya pelajaran apa itu yang sebetulnya anda bisa tapi ternyata nilainya rendah
Ki : Contohnya seperti Bahasa Indonesia, lalu kita coba ke Matematika rasanya bisa, Fisika, tapi ternyata nilainya tidak memuaskan
Ko : Berapa itu
Ki : Kalau untuk Bahasa Indonesia 7, Matematika 7, Fisika 6
Ko: Padahal anda bisa di situ
Ki : Rasanya bisa
Ko : Nah bisa mencapai lebih jika bagaimana, di tambah waktu atau bagaimana
Ki : Rasanya waktu harus lebih, itu otomatis karena kita sudah kekurangan waktu, lalu selain itu rasanya absen harus baik
Ko : Kata wali kelas begitu atau bagaimana tentang absen
Ki : Tentang absen sih sudah di umumkan secara Universal, sudah di umumkan ke guru masuk, bahwa nilai itu di tambah nilai tugas, ulangan, absen di bagi 3. Di antara itu kita sudah 2 kurang
Ko : Kalau absennya atas nama izin, jelas, tidak di pertimbangkan “
Ki : Itu yang belum tahu, soalnya setiap kita keluar selain Izin, kita jarang juga Alfa, kalau sekali-sekali itu ada tapi dulu, itu pun sakit
Ko : Yang paling parah itu apa ? Waktu gak masuk tanpa sepengetahuan yang kedua sakit , itu tidak masuk tapi alasan jelas, itu anda termasuk yang ringan sekali, tidak termasuk yang parah, pernah parah ?
Ki : Pernah
Ko : Pernah , hahaha
Ki : Kalau yang ini anda rela atau bagaimana
Ki : Ya karena udah kayak gitu ya udah malas aja masuk lagi, ya di rumah saja
Ko : Tapi dulu –dulu atau sekarang juga
Ki : Sekarang ini dicawu dua belum
Ko : Belum, jadi akan
Ki : Hahaha
Ko : Akan di lalui ini, ini kan paling parah, sakit, izin, ya barangkali tidak separah ini, jadi bagaimana pengaruhnya yang tidak parah ini bagi anda
Ki : Sama saja, masalahnya gini, kita kan izin di jam ke 2, itu misalnya kalau latihan itu lama kadang-kadang sampai pulang, itu gak mungkin juga, kita kan Cuma surat untuk masuk kembali, Cuma khusus sama ibu itu izin pagi, tapi ketika tukar Guru kita kena Alfa, saya juga gak tau, biasanya teman-teman saya di kelas dulu mereka langsung bilang “Oh itu ke sana buk”, tapi sekarang gak ada, mereka Cuma bilang gak tau buk, ntah ibu itu buat alfa atau izin saya gak tau juga
Ko : Kenapa tidak bilang ketua kelas, tapi ketua kelasnya bagaimana
Ki : Ketua kelasnya spontan bilang oh rapat OSIS buk
Ko : Waktu yang kelas 1, yang kelas 2 ?
Ki : Yang kelas dua gak ada mereka bilang kayak gitu, palingan bilang tidak tahu aja
Ko : Barangkali kurang kompak
Ki : Mereka itu teman kelas 1, kelas unggulan jadi banyak siswa unggulan di kelas lama
Ko : Atau saling bersaing untuk menjatuhkan
Ki : Tak, saya rasa bukan, persaingan itu masalah remeh bagi saya
Ko : Bagaimana remehnya
Ki : Kalau bersaing dalam pelajaran itu orang bodoh, mengapa ? Karena kalau seorang itu pintar itu lebih terpacu untuk lebih pintar dari dia
Ko : Ya
Ki : Tapi bukan dengan cara , oh gitu, kita harus ini, gak, cari bidang lain yang bisa kita kuatkan,sehingga dia sendiri yang misalnya dia juara satu bidang ini dia angguk-angguk, oh  ternyata sama-sama bersaing, tak ada rasanya respect gitu
Ko: Sekarang situasinya mereka tau kalau anda OSIS ?
Ki : Rasanya tau
Ko : Tapi di bilang tidak tahu bagaimana
Ki: Kayaknya gitu, Ya selama saya dengar kayak gitu, teman-teman melapor, oh kamu di buat Alfa, saya gi mana lagi, terserah mereka kan, mereka yang punya hak untuk …
Ko : bagaimana itu kalau termasuk strategi persaingan
Ki : Kalau mereka bersaing, saya gak bisa bilang apa-apa, mungkin secara saya pribadi sya hanya mendalami satu hal
Ko : Kalau hal itu benar terjadi di kelas anda bagaimana
Ki : Tidak masalah
Ko : Anda di rugikan atau bagaimana
Ki : Di satu pihak memang kita keluar, memang di rugikan tapi walaupun demikian kita sudah tau kalau kita sering kelaur, pas pada saat itu tidak melapor pada guru yang sedang mengajar, mungkin melapornya pas mau keluar.
Ko : Nah, soalnya gak hadir pakai izin di alfakan, itu kan tidak sesuai dengan sebenarnya, bagaimana sikap anda.
Ki : Biarkan saja, walaupun di rugikan itu kan Cuma masalah nilai
Ko : Rela anda
Ki : Rela
Ko : Ok, dalam keadaan seperti itu adakah kerugian ?
Ki : Kerugian jelas banyak, awalnya saja kita mundur dari rangking 4 ke rangking 2 dari belakang, kalau sudah seperti itu kita serasa di jelek-jelekan orang, pandangan umum, Guru itu sudah beda saja, nembak kita terus karena kita sering keluar, kayak gitu lah kerugian, Orang tua
Ko : bagaimana anda menyikapi hal demikian
Ki : Bagi diri saya pribadi itu bukan masalah karena pandangan umum mereka tidak tahu yang sebenarnya. Saya selalu menyingkirkan pandangan umum, sama orang tua kita perlu menjelaskan, sama guru kita cuek saja
Ko : Bagaimana sikap orang tua anda tentang keadaan ini
Ki : Awalnya mereka marah tapi Cuma beri penejelasan dikit-dikit akhirnya selamat.
Ko : Bagaimana triknya
Ki : Kita kembali pada kenyataan bahwa bagaimana system Pendidikan di SMU 2, Kalau kita majukan seperti nilai mungkin itu hanya terangkat sedikit karena itu tidak di dukung oleh Tugas dan Absen, jadi sama saja kita mengangkat barang yang terlalu berat, ada penyangga sehingga tidak bisa di angkat
Ko : Ada sesuatu yang terasa berat untuk di angkat
Ki : Saya rasa demikian, walaupun kita sudah berusaha, misalnya talinya kita angkat berat
Ko : Secara Komplit apa yang anda rasa berat untuk di angkat
Ki : Masalah absen, itu tidak mungkin kita bisa, masalah tugas yang gak di kumpulin
Ko : Ok, absen, kemungkiinan apa yang anda bicarakan dengan teman-teman, Ketua kelas agar mereka memberikan keterangan sesuai dengan keadaan.
Ki : Mungkin tadi bapak sudah nyentuh, mungkin ini suatu trik untuk persaingan tidak sehat, kalau begitu bagaimana kita mau membicarakannya, sia-sia saja untuk di beritahukan
Ko : Kalau melalui ketua kelas bagaimana ?
Ki : Lebih mementingkan tujuan mereka
Ko : Oh, jadi ketua kelas yang ini sama
Ki : Bukan gitu, ketika teman –teman yang lain bilang dia gak tau tapi ketua kelas bilang ke sana buk, pasti hanya satu suara apakah mau di dengar
Ko : Ko : Kalau di bikin kesepakatan,ada musyawarah bagaimana
Ki : Susah itu, yang lain contohnya, Nampak surat aja dan piket maka kami bilang izin walaupun kami tidak tahu apa keterangannya, karena itu bagaimana, apakah berhasil sampai untuk saya tidak ada
Ko : Nah ini kan masalah surat, bagaimana kalau kamu coba dengan surat
Ki : Sudah saya coba tapi saya tidak tau apakah sampai pada jam terakhir atau tidak
Ko : bagaimana anda bisa cek keberhasilan
Ki : Buku absen dia yang megang
Ko : Wali kelas yang megang
Ki : Gak, Guru bidang
Ko : Kan hari berikutnya anda bisa bertanya, buk kemarin saya izin
Ki : Untuk melihat hari besok saja ibu itu sudah kesal karena jarang datang, setiap saya berdiri itu tau kalau saya mau keluar
Ko : Memang sudah terkenal tukang keluar atau bagaimana
Ki : Kayaknya gitu
Ko : Oleh karena cap sering keluar tidak bernada negative, bagaimana cara mengubah yang negative itu menajdi positif
Ki : Sebenarnya ibu itu sudah tau kalau saya keluar itu positif, misalnya ikut lomba dan menang , sudah tau mereka
Ko : Menang kan sudah tentu dapat bonus, ya tunjukan saja bonusnya
Ki : Mareka itu sudah tau kalau saya keluar untuk urusan positif tapi mereka tidak bisa mengkompromikannya, Pimpinan Sekolah juga sudah tau kalau kegiatan saya positif, ya otomatis saya sepele aja sama pelajaran.
Ko : Nampaknya anda susah mengatasi ini karena factor guru dan teman yang tidak mau bekerja sama
Ko : Benar, Guru itu tidak melihat izin atau alfa, mereka lihat dari tatap muka, kelihatannya seperti itu.
Ko : Kalau begitu itu kan tidak sesuai pramuka, pramuka kan mencintai kebenaran, termasuk dasadarma gak tu ? Nah itu kan keadilan, keadilan itu berdasarkan kebenaran, banyak ketidakadilan karena banyak yang bertindak gak sesuai dengan kebenaran, sehingga yang salah di benarkan dan yang benar di salahkan, nah anda tokoh pramuka di antara siswa, ya kan ? satu sisi yang tidak bisa di tegakan
Ki : Misalnya gini lah, kita debat dengan Guru, kemungkinan pas kita debat, cap kita berbeda lagi, tadi cap sering keluar ini capnya bandel, parah lagi nilainya
Ko : Bukan debat tapi bermusyawarah atau usul mungkin capnya lebih baik, tentu tidak totok saja yang maju tapi ada beberapa kawan, misalnya totok saja yang maju di antara sekiar ratus siswa ya tentu sulit
Ki : Yang sering keluar itu gak banyak
Ko : Di kelas lain
Ki : Tidak ada, mungkin rada seimbang dengan Ketua OSIS/Sekretaris OSIS, Cuma 3 orang dari seribu orang
Ko : Luar biasa
Ki : Untuk urusan Positif, untuk urusan negative banyak. Tiga orang membicarakan dengan Guru apakah mau di dengar ?
Ko : Ya siapa tau, kan ada Ketua OSIS, bicara baik-baik, banyak senyumnya gitu
Ki : Sudah pernah saya Coba tapi susah, untuk menyingkirkan masalah tatap muka agak susah bagi mereka , entah mengapa, saya bingung. Pernah saya bicara dengan Guru BK, waktu itu Ibu Sulastri, saya langsung tembak, untuk apa tatap muka kalau kita di rumah jauh lebih baik menguasai bahan itu dari pada di kelas. Kalau di kelas masuk tidur-tiduran, bagus keluar cari aktifitas lain, Ibu itu gak bisa jawab apa-apa.
Ko : Yang anda inginkan jawabannya bagaimana ?
Ki : Ibu itu gak bisa jawab apa-apa, saya bilang saya kasih fakta. Ibu mengasih bahan-bahan belajar dan saya belajar yang untuk kuliah, apa itu salah ?
Ko : Kalau jawabannya begini “ Oke anda datang dan saya kasih bahan tambahan “
Ki : Saya rasa gak mungkin
Ko : Saya tau sebagai Guru anda anak pintar
Ki : Gini ya, yang di buku Fisika sekolah saya kurang serius karena kurang mendalam, kan gak mungkin pas belajar dengan dia dan kita bawa buku dan baca, udah pernah saya coba begitu dan Ibu itu ngamuk
Ko : kalau anda sudah mempelajari bahan lain dan anda sudah tahu lalu ada bahan lain di meja anda, anda bagaimana ?
Ki : Misalnya Guru sedang menerangkan dan kita sudah tahu, nanti kita mencari suatu kesibukan lain, Contohnya membaca buku itu, sedangkan Guru sedang menerangkan biasanya saya langsung di cap, pernah saya mencoba, anak-anak mencatat dan saya tidak karena di rumah sudah ada, saya Cuma duduk dan perhatikan, Langsung saya di marahi, kebetulan nilai saya tidak bagus karena saya tidak membawa kalkulator jadi perhitungannya lama, waktu habis, jadi nilai di bilang bagus juga tidak, di bilang jelek juga tidak, kalau untuk rata-rata sudah normal, bahkan banyak yang lebih rendah, tapi kita tetap saja kena tembak, seperti itu contohnya, apalagi kalau kita tidak memperhatikan.
Ko : Apa lagi kalau menggambar
Ki : Tidak,, tidak bisa menggambar
Ko : Ok baik ya, jadi ada beberapa masalah-masalah, dengan Guru anda tidak bisa mengatasi karena sangat bergantung pada maunya Guru, gitu yaa .. Kalau ada Dialognya bagaimana itu ?
Ki : Dialog jalan terus tapi Nilai tetap …
Ko : Ok .. tadi kan kita sudah membicarakan masalah Absen, ada lagi yang kurang kita angkat, yaitu masalah Tugas, ya kan karena anda banyak kegiatan, kemudian ada Guru yang ngasih tugas tapi anda tidak tahu. Selama ini anda Mengatasinya bagaimana .
Ki : Ya kalau gak ngumpul tugas ya sudah, biarin aja gak ngumpul
Ko : Itu barangkali sering terjadi ya ..
Ki : Nampaknya sih begitu, belakangan ini sudah terjadi …
Ko : nah bagaimana cara kita mengantisipasi agar kejadian itu di kurangi, bagaimana kira-kira, ada sesuatu yang mungkin di lakukan atau bagaimana …
Ki : Kita sudah berusaha kalau pulang jam 10 atau 11 saya gak buat tugas, tapi saya sudah mencoba taktik baru .. Kalau pulang malam saya selalu buat tugas walaupun dengan system Kilat, ada lagi factor luar yang mengganggu kalau ada tugas kita gak tau ya kelabakan.
Ko : Kalau gak tau mau apa kan
Ki : Ternyata kumpul, padahal saya lagi keluar, jadi tidak tau kalau ada tugas yang di kumpulkan hari itu..
Ko : Kadang-kadang kita sering bingung juga, lho kok tiba-tiba ada tugas, gitu ..
Ki : Itu sering juga kayak gitu ..
Ko : Seperti kecolongan saja ya kayak gitu, untuk mengatasi ketidaktahuan itu bagaimana
Ki : nampaknya kalau kita keluar kita bisa menelepon teman
Ko : Nah, kelihatannya ada gak yang bisa di ajak kerja sama dalam artian baik.
Ki : Kalau dia nelpon gak, kalau kita nelpon mungkin .
Ko : Anda yang nelpon karena anda yang butuh, jadi ini salah satu cara, anda nelpon. Misalnya anad pulang Jam 8, langsung telpon “ Eh tadi ada tugas gak ?”, sebenarnya ada gak yang bisa di ajak kerja sama. Bukan kerja sama dalam isinya. Bagaimana Tok ? Saya pikir anak seaktif ini mampu mencari
Ki : Mencari sih bisa Cuma kadang-kadang ini masalash Obsesi, kadang pelajaran itu pun malas di sentuh
Ko : Oh itu sih sisi lain, ada orang yang bisa saya Tanya ?
Ki : Ada
Ko : Kira-kira berapa orang, sebut namanya
Ki : Sebenarnya kalau kita nembak kayak gitu mereka tidak berani untuk menunjukan persaingan tidak sehat, misalnya kalau kita Tanya langsung Open.
Ko : Justru dari sini kita mulai kerja sama, pastinya kan anda mau kerja sama yang bagus, menunjukan tugas kan bagus, atau apakah anda ikut bersaing juga
Ki : Masalahnya bukan gitu, bukan gak mau nunjukin tugas, kita gak buat tugas jadi kita sering minjem tugas kawan
Ko : Nah itu yang jelek, itu artinya menembak kuda yang lagi tidur.
Ki : Misalnya begini, yang buat tugas anggaplah Tiga. Yang lain pada tinggal Kopi saja, kalau keburu langsung Kopi
Ko : Itu yang tidak bagus, saya sebagai Guru tidak setuju.
Ki : Melihat kondisi teman yang kayak gitu ya kita ikut-ikutan aja. Mengapa mereka berpikir demikian, karena ada tugas yang tidak membutuhkan pemikiran.
Ko : Misalnya
Ki : Tugas Biologi, buat apa susah-susah, Tugas Bahasa Inggris, misalnya tugas mencari sejarah hidup pangeran Diponegoro, itu saya tidak suka, Tapi tugas-tugas yang membutuhkan Pemikiran itu baru tugas namanya. Tugas banyak tapi mutunya kurang berkualitas.. jadi gitu lah
Ko : Jadi dari segi tidak tahu ada tugas, itu ada cara gak
Ki : Ada, nelpon
Ko : Itu sebenarnya tidak jadi masalah
Ki : Sebetulnya jadi masalah juga, kita harus mempertimbangkan waktu, kita mau nelpon jam 10, etis gak ?
Ko : Kan tergantung kalau dia kawan akrab kita
Ki : Ya kebetulan kita tidak terlalu akrab, di bikin mereka tapi mereka ingin kita mengikuti mode mereka, misalnya ngumpul-ngumpul pulang sekolah, sedang kita untuk hal itu saja tidak ada waktu, gi mana kita mau akrab ngumpul  untuk sesuatu yang kurang berguna, bagus saya mimpin rapat di sana, tentu sudah habis waktu, jadi saya pertimbangkan waktu lagi, mana tau dia tidur, kesopanan kurang. Mau ada tugas atau enggak biarlah
Ko : Biarlah itu kan kalau anda berani berkorban tidak apa-apa, sesuatu yang ada resikonya, kita harus berani menempuh ini ..
Ki : Hasilnya nanti pada orang tua
Ko : Nah bagaimana jadi membicarakan dengan orang tua
Ki : Kemarin dengan orang tua sudah dialog, sekali saya rasa bisa mengerti tapi kalau lebih saya rasa tidak
Ko : Mungkin orang tua meragukan pilihan, kurangi ekstrakurikuler perbanyak kegiatan Pelajaran.
Ki : Itu seperti yang saya katakan tadi, saya rasa ke sekolah sia-sia karena belajar mata pelajaran yang sedikit mutunya, saya rasa di rumah lebih bagus belajar dari pada di sekolah, kadang-kadang orang tua nembak saya, kenapa ke sekolah ? Biar dapat Ijazah
Ko : Jadi ini adalah Problematika anak pintar, di sekolah hanya di ajarkan sesuatu yang sudah tahu, jadi itu problema anak pintar , Dilema itu apa ?
Ki : Saya tau
Ko  : Nah kalau anak pintar bukan saja hanya tau tapi mampu menjelaskan. Sekolah susah apalagi kalau tidak sekolah.  Nak sekarang mana yang di beratkan, saya yakin tidak ada yang tidak menaikan kelas
Ki : Maksudnya
Ko : Karena satu hal anada tidak naik kelas
Ki : Saya rasa gak
Ko : Nah, sekarang bagaimana kepuasan anda. Taruhlah anda rela, Orang tua, apalagi Guru apalagi kawan-kawan. Barang kali mereka nilainya tinggi tapi tidak seperti anda yang sering keluar-keluar. Orang tidak menghitung berapa kali kita keluar, berapa kali kita ketua OSIS, padahal itu kan harus di hitung. Untuk melihat generasi itu betul-betul berkualitas. Tapi sekarang kan anda sudah menyadari bahwa Saya sebenarnya bisa tapi keadaannya seperti itu, atau apa, atau ngomel tentang hal itu
Ki : Sebenarnya gini, kalau kita nerima juga hal itu, itu karena factor orang tua yang tidak pengen, itu namanya ketidak adilan, ketidak benaran, kadang-kadang kita ngerasa gi mana di sini kalau gak aktif, sekolah pasti kayak gitu lagi, kalau kita tinggalkan di sini siapa  yang menjadi Ujung tombak di situ, kalau kita tinggalkan di sini Pembinanya marah, saya pikir gitu, mana yang harus saya jalani.
Ko : Bagaimana kalau meminta kepada Pembina untuk mengatakan kepada Guru Mata pelajaran, bahwa anda di butuhkan, kemungkinannya bagaimana
Ki : Kemungkinannya kecil karena antara Guru Pembina dan Mata pelajaran sering ada Konflik. Menyebabkan Guru Bidang marah kepada Pembina dan akhirnya kepada Siswa, kebetulan yang paling sering di OSIS. Kebanyakan Guru gak suka dengan orang OSIS, karena sering keluar. Kalau Konflik dengan Pembina OSIS, orang OSIS kena juga. Pas keluar langsung tidak boleh
Ko : Gajah sama gajah apa ? Tahu peribahasa itu gak ?
Ki : Tidak
Ko : Aduh bagaimana ini Bahasa Indonesia nya, Gajah sama gajah kelahi Pelanduk mati di tengah-tengah, tahu artinya ? Gajah besar Pembina OSIS dan Guru, apa begitu
Ki : Sepanjang saya lihat kayaknya begitu, kadang susah pembinanya bilang ke bidang studi
Ko : Nah kalau kita masih seperti itu, atasan masih ada kan ?. Kepseknya, tapi jangan mengadu, bagaimana sebaiknya pak ? atau bersama-sama Pembina OSIS, Guru Pembina, bagaimana ini pak, kan masih ada Kepseknya.
Ki : Iya sih tapi saya yakin tidak ada aksesnya
Ko : Belum di coba belum yakin
Ki : Melihat Kondisi, kita kan istilahnya Orang-orang Organisasi bisa mempertimbangkan sesuatu, kalau melihat kondisi dari dalam , kiri kanan, tidak bisa masuk ke sana
Ko : Anda kan sebagai orang Organisasi harus berbagai cara di tempuh.
Ki : Benar, tapi kan kita harus mempertimbangkan dulu factor-faktor eksnya
Ko : Yang mana
 Ki : Seperti batu tehimpit lalu kita tarik juga batang yang di tengah-tengah
Ko : Makanya jangan di tarik, anda naik dulu ke atas gunung apa ini, akhirnya bicara dengan kepsek, mudah-mudahan Kepala sekolahnya melindungi, mengayomi, mudah-mudahan.
Ki : Kepseknya gitu susah di cari, kalu kita mempertimbangkan factor orang yang kita perimbangkan, nampaknya kalau ngomong dengan KEPSEK itu susah, bahkan sebagai orang organisasi kita bisa menimbang, apakah kita bisa masuk atau tidak.
Ko : Ok, itu problem anak pintar, tapi dia akan melihat pintar kalau kita maju terus
Ki : Saya juga kadang-kadang berpikir seperti itu tamat di SMA nampaknya lebih senang lagi, karena di kuliah kita lebih bebas nampaknya
Ko : kita bisa mencari sendiri, Dosen itu istilahnya Cuma ngasih penerangan, sedangkan kita yang mencarinya untuk kesungguhannya. Kalau begitu saya rasa lebih sesuai, di SMP juga saya terkekang. Saya pikir masuk SMA bebas ternyata gak
Ko : SMU 2 Terkenal itu katanya
Ki : Katanya di negeri itu bebas, entah mau masuk atau enggak itu terserah
Ko : Itu enggak, kalau bebas dalam arti itu enggak, gak ada yang bebas kayak gitu, kuliah aja gak ada yang kayak gitu kok.
Ki : Di kuliah dengar-dengar yang penting nilai Ujian semester
Ko : Enggak juga
Ki : Nilai kuis
Ko : Enggak juga, banyak perguruan tinggi yang mempertimbangkan kehadiran, itu saya pikir Informasi yang berlebihan juga. Di sana belajar mandiri lebih banyak, peranannya lebih tinggi
Ki : itu yang saya senangi, waktu SMP saya belajar Komputer sendiri, jadi karena terbiasa saya belajar sesuatu melalui Buku, dengan penjelasan orang cepat saya menangkap tapi cepat juga hilang, gitu kebiasannya
Ko : Ok lah, tadi yang masih agak tersisa Kepala Sekolah, Guru, OSIS, Orang tua, mungkin ini masih agar tersisa permasalahannya, yang belum agak mendalam. Apakah benar orang tua anda menyaksikan Aktivitas anda yang begitu hebat atau bagaimana
Ki : Ya kita tau sendiri kalau orang tua, orang tua yang umum, melihat hanya dari nilai. Walaupun orang tua saya itu tau kalau saya sibuk itu dengan Tujuan positif, beliau tau, setiap saya keluar beliau tidak pernah melarang, Cuma dia selalu mengingatkan tentang nilai, mungkin orang tua saya bebeda dengan yang lain, orang tua yang lain marah-marah, tapi beliau enggak tapi saya tau nadanya kurang enak, nada beliau kurang suka
Ko : harapan-harapan apa orang tua kepadaAnda
Ki : Ya nilainya baik, bisa dapat Beasiswa dan masuk Perguruan tinggi favorit
Ko : kalau perlu tanpa UMPTN
Ki : Gak, kalau UMPTN rasanya enggak
Ko : Mau swasta saja
Ki : Pokoknya terserah, dapat Beasiswa itu tujuannya, mau di swasta atau negeri itu terserah
Ko : Beasiswa itu mulainya dari nilai-nilai SMU atau sudah berada di Perguruan tinggi
Ki : Ketika kita baru masuk itu biasanya nilai SMU kita yang di nilai
Ko : Tentu iya, apalagi belum ada nilainya, dan biasanya Beasiswa tidak sejak awal
Ki : Saya melihat saudara saya cukup berhasil, bahkan 4 orang anaknya, yang tiga dapat Beasiswa dari pemerintah
Ko : Itu riwayat keaktifannya sama seperti anda atau bagaimana
Ki : Bebeda, dia itu memang kutu Buku, masuk kamar langsung baca buku
Ko : Nah dalam hal ini bagaimana anda mennggapi, anda cukup bahagian dengan perbedaan itu atau anda cukup menyesal dengan perbedaan itu
Ki : Cukup puas dengan perbedaan itu
Ko : Ok itu penting, saya memang harus berbeda dengannya, saya tdak melakukan yang jelek, kecuali kalau anda Narkotika, itu memang harus di tembak kan ? Kan orang Narkotika perlu di tembak itu, hehehe, kan gitu. Tapi kalau anda mimpin rapat, rapatnya bagus kan ? atau rapat mau tawuran gitu
Ki : Oh tidak
Ko : Kalau itu yang anda lakukan dan anda siap menerima resiko berbeda dari dia yang enggak kutu buku, ok memang harus berbeda, ya kan ? Nah kalau anda bisa menerima seperti itu ya hebat, justru ini yang akan menjadi pemuda yang bertanggung jawab, dalam artian bisa berguna bagi orang lain, bisa juga menerima diri sendiri, ternyata bisa belajar sendiri dan bisa pintar, masalah Beasiswa kalau orang tua bisa membiayai itu kan tidak masalah. Dalam arti anda bisa ngebut dengan belajar sendiri, Mau negeri boleh, swasta juga boleh, itu kan bisa ngebut
Ki : Cuma orang tua inilah
Ko : Biayanya, maklumlah orang tua mengharapkan anaknya begini, kalau tidak begitu orang tua apa itu namanya, orang tua tentu mengharapkan yang terbaik bagi anaknya. Yang penting anda bisa membuktikan bahwa yang anda kerjakan itu baik dan sekali-sekali mendengarkan pelajaran, pelajaran sama sekali tidak di lihat dan nilainya 5 ke bawah itu baru parah, rata-rata 7 ke atas ya …
Ki : Gak juga rata-rata 7
Ko : 3 dari bawah untuk kelas unggul ya, itu kalau dari bawah untuk kelas unggul mungkin bisa 10 dari atas untuk kelas biasa, begitulah kira-kira ukurannya
Ki : Nampaknya gitu, istilahnya kayak gini sebenarnya tanggapan Guru susah di hilangkan tapi saya pikir kalau untuk mengejar susah tapi untuk meningkatkan saya pikir bisa, untuk meningkatkan 2 dari bawah ke 2 dari atas atau 4 dari atas itu saya bisa, seandainya Guru itu bersifat netral, tapi yang saya takutkan itu Guru gak bisa bersikap netral, lagi pula seperti tadi kena Pembina atau Guru Bidang, itu saya perhitungkan, masalahnya ini saya naik ke kelas tiga, kalau saya gak naik ke kelas 3 itu no problem, karena saya ingin naik ke kelas 3 makanya saya ketemu Pembina, kalau saya acuh kepada Pembina itu dapat lagi masalah, kayak gitu
Ko : Ya memang masalahnya murid itu kelihatannya susah mengubah Guru kan, dari pada kita mati-matian mengubah Guru mungkin lebih baik mengubah diri sendiri, lebih mudah. Sama dengan anak yang ingin mengubah Orang tua, gi mana itu. Ya sebaiknya istilahnya kita menyesuaikan diri lah pada orang tua yang seperti itu, Guru yang seperti itu. Memang kita sering gi mana gitu tapi begitulah situasinya.
Ki : Menurut Bapak gi mana cara nyesuaikan gitu, sementara Pembina itu Guru, kemungkinan bisa jadi Guru Bidang studi kita sendiri, kalau kita menyesuaikannya dengan Guru bidang studi …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar