Pages

Senin, 25 Februari 2013

BAHASA: PSIKOLOGI BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN


Manusia tidak dapat terlepas dari bahasa. Dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dapat membuktikan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain.
Semua manusia yang normal dapat menguasai bahasa, sebab sejak manusia lahir telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempelajari bahasa dengan sendirinya. Hal ini terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak usaha untuk berbicara. Orang yang dalam jangka waktu yang lama terus menerus mendengar ucapan suatu bahasa, biasanya ia akan bisa mengucapkan bahasa tersebut tanpa adanya instruksi khusus atau direncanakan.
Pembelajaran bahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia sebagai pencapaian fitrah. Walaupun menurut teori manusia dapat berbahasa hanya dengan melihat bagaimana orang berkomunikasi namun tentunya pengajaran bahasa yang baik perlu diberikan kepada anak. Dengan perkembangan zaman yang begitu pesat sehingga mengubah budaya masyarakat dalam bertutur kata tentunya juga akan berpengaruh pada pembelajaran bahasa anak baik itu pengaruh positif maupun negatif. Oleh sebab itu pada makalah ini akan dijelaskan bagaimana pola pembelajaran bahasa, aspek-aspek penting pembelajaran bahasa hingga pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran bahasa.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bahasa
Tingkah laku yang sangat jelas yang membedakan antara manusia dengan binatang lainnya adalah kemampuannya berbahasa. Walaupun itu dapat dibuktikan dalam situasi hubungan yang terkontrol, dimana sedikit sekali binatang yang bisa berfikir, mempelajari konsep, mengatasi masalah, maka bahasa sering disebutkan sebagai keistimewaan pembedaan manusia.  Bloch and Trager dalam Amsal Bakhtiar (2008:176), mengatakan bahwa: “a Language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates (Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi).
Bahasa berhubungan erat dengan pikiran dan problem solving. Pemikiran lebih mencerminkan keragaman kecerdasan. Kegiatan daya pikir dihasilkan dari kemampuan kita menggunakan simbol dan konsep serta cara baru dan berbeda dengan tujuan mencari solusi. Kepentingan berfikir adalah suatu bukti nyata dalam kegiatan sehari-hari. Manusia disarankan untuk berhati-hati dalam berfikir, kadangkala kita harus berfikir cepat, secara sistematis atau jelas dan kadangkala hanya untuk berfikir semata. Secara mendalam pada kepentingan pengembangan pemikiran terpaku pada moto Think! yang digunakan secara internasional. Pada lapisan masayarakat yang sama, kepentingan berfikir dibuktikan dengan kenyataan yang sering diucapkan dalam pendidikan.
Pendidik boleh mendesak peserta didik untuk berfikir lebih terang tanpa pengertian yang komplit, dan bagaimana cara mengaitkan dengan kegiatannya. Walaupun pendidik mempunyai satu pengartian nyata yang dapat diterima peseta didik, namun bagaimana acaranya untuk membantu peserta didik menulis secara sistematis dan bicara lancar, itu merupakan tingkat kesulitan tersendiri agar seseorang bisa berfikir logis. Hal ini disebabkan oleh berfikir berkaitan dengan kegiatan yang tersembunyi, meskipun kita tidak langsung mengamati atau mengukurnya, sebaliknya menulis dan bicara adalah cara bahasa yang langsung dapat diamati.
Banyak dari hasil pikiran kita ditujukan untuk problem solving yang praktis. Tentu saja anda lebih suka menganggap kebiasaan, keterampilan dan rutinitas yang lama tidaklah cocok untuk tugas yang baru. Dalam hal ini diharuskan menyelidiki dan mencari solusi yang baru. Lebih jauh lagi, ukuran pemikiran dari kejadian yang relatif sederhana ke kejadian yang agak kompleks. Jika berada dalam satu kelompok dan diminta pendapat tentang banyak hal seacara langsung anda memberikan contoh yang banyak. Ini mencerminkan proses kesederhanaan berfikir yang melibatkan asosiasi langsung antara beberapa kategori konsep dan contoh-contoh yang langsung. Hanya ketika merasa lelah maka contoh yang diberikan dimulai dari segala kemungkinan. Barangkali akan mulai dari kategori pohon yang selalu berdaun hijau, yang daunnya selalu berganti dan beberapa kategori yang tumpang tindih seperti tumbuh-tumbuhan tropical dan kategori lainnya. Aspek pemikiran ini mencakup dua tahap proses, dimana kata-kata yang spesifik hanya terucap setelah anda memikirkan dua kategori atau lebih. Kesimpulannya bahasa, pemikiran, dan problem solving berkaitan erat satu sama lain.

B.     Ciri-Ciri Bahasa
Bahasa adalah alat dasar bagi manusia untuk berpikir. Jean Piaget, ahli ilmu jiwa berkebangsaan Swiss telah membuat suatu analogi penting, menjelaskan bahwa bahasa adalah satu-satunya alat untuk bepikir sebagaimana matematika terhadap pelajaran Physics. Seperti kita memakai matematika untuk alat dalam fisika, biasanya bahasa lahir untuk sebuah relasi yang sama pemikirannya.
Bahasa disusun dari gabungan kata-kata sesuai dengan peraturan-peraturan tertentu.kata-kata itu sendiri melambangkan simbol yang disusun berdasarkan bunyi huruf hidup dan huruf mati. Bunyi-bunyi ini dinamakan phonemes dan melambangkan unit dasar dari bahasa.
Pada level yang lebih umum bahasa melambangkan sistem utama dari simbol yang cocok bagi manusia untuk berkomunikasi. Sistem simbol ini adalah jalan lurus yang tersedia. Misalnya orang tuli berkomunikasi dengan bahasa isyarat, anak kecil berhitung dengan mengacungkan jarinya, rumus matematika menyampaikan informasi dan tanda-tanda untuk perasaan. Semua tanda-tanda ini dalam bentuk perasaan yag mengau pada arti. Mereka menyediakan beberapa jenis informasi yang secara timbal ada respon dari orang lain.  Simbol ini melambangkan “peace” tetapi simbol tidaklah damai/peace itu sendiri. Agaknya simbol itu berdiri hanya untuk konsep dari peace dan pengharapan untuk damai bagi seseorang yang memakainya. Dia merupakn suatu kumpulan perasaan dan sikap bagi pemakai simbol juga menjelaskan arti.
1.       Fungsi Bahasa
Bahasa sebagai simbol yang sangat penting bagi manusia menyajikan empat fungsi yang bisa dikenal yaitu:
a)      Bahasa dapat dijadikan alat bantu dalam bentuk tata cara berbahasa yang menuntun langsung pada faedahnya.  Misal, anak-anak kecil boleh belajar dengan mengatakan “please” sehingga mereka mendapatkan hadiah berupa permen atau kue dari orangtuanya. Permintaan seperti “stop dan quiet” adalah alat bahasa yang mengarahkan mereka kepada suasana yang tidak menyenagkan.
b)      Bahasa berperan sebagai stimulus atau tanda-tanda untuk tingkah laku lainnnya. Ini menyatakan bahwa bahasa membantu kita dalam berfikir dan mengetengahui dalam bertindak yang pada akhirnya bisa mencapai kesuksesan sebagai bentuk dari “reward”.
c)      Bahasa berperan sebagai suatu alat untuk berkomunikasi dengan yang lain. Tentu saja komunikasi ini bisa langsung sukses sebagai penguatan sipembicara.
d)     Bahasa adalah penyampaian arti

2.      Kesatuan Dasar dari Bahasa: Phonemes Dan Morphemes
Semua bahasa dibuat dari suara-suara dasar yang dinamakan phonemes. Manusia dewasa bisa memproduksi lebih kurang 100 phonemes dan dalam bahasa inggris terdapat 45 phonemes. Bahasa bervariasi dalam jumlah phonemes, sedikitnya berkisar dari 15 sampai 85. Salah satu alasan mengapa phonemes itu sulit untuk sebagian orang Amerika mempelajari bahasa asing, karena phonemes yang berbeda dalam pemakaiannya. Contoh, bahasa Jerman dan bahasa Slavic berisikan phonemes yang tak pernah dipakai dalam bahasa Inggris.
Phonemes berdasarkan urutannya diciptakan lebih kurang 12 dengan keistimewaan yang berbeda. Ahli linguistic yang berkebangsaan Romawi yang bernama Jakobson telah mengonsep suatu keistimewaan yang berbeda dimana terdapatnya perbedaan phonemes itu sendiri. Contoh, sebuah phonemes yang diberikan boleh dibunyikan secara sengau atau lisan. Perbedaaan yang lain yaitu secara lantang atau cenderung berbunyi berwatak dari beberapa bunyi seperti kita mengucapkan huruf p atau f.
Unit lain dari bahasa adalah morphemes yaitu suatu kesatuan arti yang paling kecil dalam bahasa. Morphemes biasanya terdiri dari gabungan dua atau tiga phonemes dan secara acak cocok pada kata-kata awal. Kata-kata “good, put dan go” adalah morphemes tunggal. “Goodness, putting, dan going” terdiri dari dua morphemes. Morphemes tunggal bisa merupakan akar kata dari sebuah bahasa, mereka juga terdiri dari awalan dan akhiran.
Anak-anak kecil yang berusia lebih kurang dua tahun mulai menggabungkan dua kata untuk membentuk kalimat yang belum sempurna. Gabungan dari kata-kata yang menjadi kalimat dianggap sebagai sebuah syntax. Seorang anak kecil akan sering memakai kalimat seperti “want cookie, where ball, drink mommy” dimana jelas sekali artinya untuk menyampaikan maksud. Kalimat-kalmat ini agak sistematik, biasanya dimengerti oleh para orang tua, dan sama dengan kalimat bahasa inggris orang dewasa, yang mana kata-kata yang tidak penting sering ditinggalakan.

3.      Level yang Lebih Tinggi pada Analisis Ilmu Bahasa
Ilmu yang mempelajari bunyi/suara yang membentuk bahasa disebut phonology. dan ilmu yang mempelajari bagaimana bunyi tersebut berkombanisai untuk menghasilkan morfem disebut morphology. Tapi para psikolog lebih fokus pada analisis bahasa yang lebih global dari pada yang berupa fonem dan morfem. Penelitian psikolog mengenai bahasa secara khusus mengadopsi kata atau phrase sebagai unit yang paling fundamental (pokok), dibandingkan dengan bunyi dasar.
Ada beberapa level dimana analisis yang lebih dalam dapat dilakukan. Pertama, dapat menganalisa kandungan lexical dari sebuah kalimat atau unit lain dari produksi bahasa. Dalam melakukan sebuah analisis lexical, kamu hanya perlu bertanya “kata-kata apa yang digunakan dalam contoh bahasa tersebut?”. Ini adalah pendekatan dasar dari Thorndike dan Lorge yang menyusun frekwensi untuk membedakan kata-kata bahasa inggris pada sample yang luas pada sebuah materi/tulisan. Sebagai contoh para peneliti melaporkan bahwa frekwensi rata-rata kejadian tiap satu juta kata pada teks untuk tiap sejumlah besar kata-kata umum seperti kitchen/dapur (lebih dari 100 kali tiap satu juta) dan kata aneh seperti rostrum (satu kali tiap satu juta). Informasi seperi ini sangat bermanfaat dalam memprediksi kesenangan/kesukaan terhadap berbagai bentuk kata-kata yang dapat dipelajari pada pola pembelajaran verbal .
Pada tingkat lain, kandungan sintaktis dari bahasa teks mungkin bisa diselidiki. Dalam pembelajaran sintaks, fokusnya adalah pada penyusunan atau penempatan kata-kata untuk membentuk phrasa dan kalimat. Pertanyaan untuk tipe analisis ini adalah “bagaimana phrasa atau kalimat ini disusun?” psikolog dan ahli bahasa tertarik dengan teori sintaktis mencoba untuk menetapkan aturan-aturan yang akan membatasi jumlah anatar penggunaan kalimat yang benar dan kalimat yang salah secara gramatikal. Perangkat aturan ini mengidentifikasikan bahwa elemen bahasa mungkin dikombinasikan untuk membuat kalimat yang dapat dimengerti yang disebut sebagai grammar (tata bahasa). Walaupun sudah banyak tatabahasa/grammar yang dikembangkan, ahli bahasa masih belum mampu merumuskan aturan untuk system yang benar-benar kompleks yang bertujuan mengembangkan semua kalimat yang benar secara sintatis dari bahasa inggris atau bahasa lainnya. Sekarang ini sudah ada aturan mengenai cirri-ciri dari sebuah tatabahasa yang baik
Level yang paling penting dalam analisis bahasa adalah yang mempertimbangkan kandungan semantik atau makna dari sebuah bagian tulisan (paragraf). Perspektifnya terhadap hasil bahasa adalah dengan menanyakan pertanyaan seperti, “ Apakah yang disampaikan oleh paragraf itu?” dan “ apa arti dari kalimat utamanya?”. Sayangnya, psikolog dan ahli bahasa kurang mengetahui mengenai aturan untuk menetapkan makna kata dan kombinasi kata serta mengenai aturan sintaks dan morfologi. Tapi aturan yang baik pada semantik dapat ditunjukkan dengan jelas pada sejumlah penelitian psikologis. Contohnya, ketika subjek mendengar paragraph dari pidato, ingatan mereka terhadap kalimat setelah penundaan singkat lebih sensitif untuk berubah dalam kandungan semantiknya (contoh: pembalikan subjek-objek) daripada mengubah kandungan sintaktisnya (contoh: merubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif).

4.      Struktur Phrase Pada Kalimat
Dalam rangka memahami bahasa orang dewasa, sangatlah penting untuk memeriksa struktur kalimatnya. Pada satu tingkat analisi kalimat bisa saja hanya dianggap sebagai seuntai fonem. dan pada level lain sebuah kalimat diangap sebagai rangkaian morfem, yaitu sekelompok fonem. Tapi pada sudut pandang ini kalimat dilihat sebagai seuntai kata-kata. Ahli bahasa menemukan bahwa akan lebih bermanfaat jika mendeskripsikan sebuah kalimat sebagai sebagai phrase, yaitu sekelompok kata.
Analisis sebuah kata menjadi bermacam phrase mendeskripsikan struktur phrase pada kalimat. sebuah kalimat disusun oleh dua phrase dasar, yaitu noun phrase dan verb phrase. Berikut diberikan contoh kalimat sederhana, The boy rode the bicyle (seorang anak laki-laki mengendarai sepeda). Noun phrase (phrasa benda) disusun oleh determiner dan noun(benda), dan verb phrase (phrasa kata kerja) disusun oleh sebuah verb (kata kerja) dan noun phrase, noun phrase yang terakhir juga disusun oleh determiner dan noun.
kalimat
       Noun phrase                                      Verb phrase          
Determiner             Noun                  Verb                  Noun phrase
                                                                                    Determiner          noun
The                          boy                      rode           the             bicycle     
            Kebanyakan kita akan mengucapkannya “ The boy – rode – the bicycle”, berhenti sejenak setelah kata boy  dan rode. Kita tidak mungkin mengucapkan “ The – boy rode – the bicycle” mengelompokkan boy dengan rode atau “The – boy rode the –bicycle” mengelompokkan boy, rode dan the. Pada pengucapan yang normal kita mungkin mencari dan meraba-raba kata utamanya dan sehingga merubah titik pause-nya, pendengar tetap dapat memahaminya.

5.      Struktur Permukaan dan Struktur Dalam (Surface Structure and Deep Structure)
Ahli bahasa membedakan antara struktur permukaan dan struktur dalam. Struktur permukaan dalam kalimat yang sebenarnya sebagaimana bunyinya dan menggambarkan hubungan antar bagian-bagian kalimat, kebalikannya deep structure adalah makna dari kalimat untuk perincian hubungan yang logis antar kata dalam kalimat.
Kalimat Joni melempar bola itu dan bola itu dilempar oleh joni kedua kalimat ini memiliki struktur dalam yang sama walaupun bunyinya berbeda. Tetapi jika kita melihat kalimat “Mereka sedang makan apel”. Sedang makan bertindak sebagai sebuah kata kerja atau bisa juga memodifikasi kata benda apel. Jadi deep structure bisa beragam dalam kalimat yang sama tergantung kepada makna apa yang ingin di sampaikan kepada di pembicara.
Untuk mengkajinya secara sintaksis, contohnya dalam bahasa Indonesia, misalnya seseorang merasa tidak mengetahui tentang suatu hal akan mengatakan 
"saya tidak tahu", atau
"tidak tahu saya", atau sekedar 
"tak tahu"
Kesemuanya berterima dalam komunikasi. Namun ketiga kalimat dalam lapisan atas tersebut, mengikuti aturan sintaksis bahasa Indonesia yang berasas SPO, kesemuanya memiliki makna "Saya tidak tahu" sebagai lapisan bawahnya, sifatnya pasti. Dalam lapisan atas, syarat minimal kalimat tuntas, yaitu terdiri dari subjek, predikat, atau jika diperlukan sebuah objek untuk kalimat transitifnya, bisa dihilangkan atau dilesapkan. kemudian juga bisa mengubah tatanan sintaksis seperti kalimat "tidak tahu saya" (subjek ada di belakang setelah predikat). namun tidak menghilangkan asas fungsi dalam komunikasi alias tetap bisa dimengerti.
Surface structure dan Deep structure berhubungan dengan transformasi kaidah kata. Transformasi dalam bahasa yakni didasarkan  atas aturan yang berlaku pada kalimat, dan transformasi mengizinkan kita untuk membentuk kalimat sebagai bentuk ekspresi yang sama walaupun itu kalimat aktif atau pasif. Contohnya “Ibu memasak kue” dan “Kue dimasak oleh ibu”, keduanya memiliki perbedaan pada struktur kalimat namun sama pada deep structure.
            Surface structure pada sebuah kalimat diproduksi oleh aplikasi pada berbagai aturan transformasi pada deep structure nya. Contoh, kalimat pertama adalah transformasi aktif pada deep structure nya dan kalimat kedua adalah sebuah transformasi pasif. Keberagaman perbedaan pada struktur surface mungkin dihasilkan oleh kesamaan deep structure.

C.    Beberapa Isu/Persoalan Pada bahasa
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa pokok persoalan pada bahasa yang meliputi perkembangan bahasa, bahasa dan pikiran, bahasa pada binantang, perbedaan budaya pada bahasa, dan bahasa dan otak.
1.      Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa mengikuti urutan secara wajar. Perkembangan bahasa pada bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua tentunya akan berbeda. Permulaan bahasa diawali dengan celotehan yang merupakan tipe dasar dari vokalisasi. Anak-anak sudah mulai memproduksi suara sebelum usia 6 bulan namun celotehan secara jelas baru terlihat pada usia 6 bulan. Antara 6 dan 9 bulan bayi mampu memproduksi semua dasar dari suara yang merupakan pondasi bahasa.
Pengeluaran suara pada usia-usia awal akan dikontrol oleh orang tua. Untuk contoh apa yang diucapakan bayi pada umumnya sering diulangi oleh orang tua. Respon ini disebut dengan “echoic response”. Pembelajaran bahasa bukan hanya merupakan penguatan atas bunyi utama dan rangkaian namun bahasa meliputi aspek perkembangan.
Membuat bunyi merupakan langkah awal dalam mempelajari bahasa. Suara yang dikeluarkan merupakan gambaran atas objek, symbol, dan kejadian yang terjadi disekitar lingkungan anak. Suara. Anak-anak harus memperoleh pengertian atas bunyi yang dikeluarkan. Anak harus mengasosiasikan symbol bunyi dengan kejadian-kejdian yang terjadi dilingkungan. Anak-anak mulai terbiasa dengan banyak aspek dari lingkungan sebelum ia belajar berbicara. Orang tuanya merupakan stimulus; mainan, binatang peliharaan, dan hal-hal lain yang familiar dengan anak-anak merupakan stimulus yang sudah familiar. Contoh jelas asosiasi yakni anak harus mampu membayangkan sosok ibu dengan bunyi mama. Perkembangan makna dimulai dengan menambahkan asosiasi antara objek dan kejadian di satu sisi dan bunyi di sisi lain.
 Bunyi utama yang diproduksi oleh anak tidak terlepas dari faktor kebudayaan (contohnya orang tua). Penguatan dapat diberikan kepada anak agar anak mau memproduksi kata-kata yang baik. Contohnya orang tua mengajarkan anak untuk mengatakan “tolong” ketika ingin meminta sesuatu. Contoh lain mengajarkan anak untuk mengucapkan terima kasih ketika telah diberi sesuatu. Agar anak mampu memproduksi kata-kata ini orang tua dapat memberikan hadiah.
Asosiasi antara bahasa dengan lingkungan tentunya merupakan salah satu dari perkembangan bahasa. Ketika anak telah mempelajari kosa kata yang belum sempurna untuk membentuk kalimat. Pada mulanya anak akan membentuk kalimat sederhana yang mungkin hanya terdiri dari dua kata. Contohnya ingin minum atau ingin makan. Walaupun kosa katanya baru berkembang kalimat-kalimat tersebut sudah mulai digunakan.
Walaupun anak mulai membentuk kalimat yang kompleks dengan melihat bagaimana karakkteristik bahasa orang dewasa. Anak harus tetap belajar membentuk kalimat dengan apa yang ia dengar. Tugasnya bukan hanya memahami kalimat tetapi juga membentuk kalimat dengan aturan yang tepat dan dapat dipahami oleh pendengar.
2.      Bahasa dan Pikiran
Bahasa dan pikiran  merupakan hal yang saling berkaitan. Kemampuan anak untuk menanangi konsep adalah berhubungan dengan perkembangan bahasa. Usaha yang paling tegas dalam menghubungkan bahasa dengan pikiran terlihat dalam hipotesis relatifitas ilmu bahasa/linguistic yang dikembangkan oleh Benjamin Whorf. Yaitu berisi bahwa struktur suatu bahasa menuju kearah satunya untuk membayangkan dunia dengan cara yang khusus, cara yang dibedakan dari seseorang yang menggunakan bahasa yang berbeda. Singkatnya bahasa seseoang menentukan pandangannya terhadap dunia.
3.      Bahasa Hewan
Mungkin selama ini kita sering bertanya, apakah hewan mempunyai bahasa?. Jawabannya tergantung bagaimana definisi bahasa itu sendiri. Hewan jelas berkomunikasi dengan yang lainnya, pada situasi ini hewan dapat dikatakan memiliki bahasa. Walaupun demikian komunikasi tidak sama dengan bahasa walaupun merupakan salah satu bagian dari bahasa.
Psikolog  banyak melakukan percobaan mengajarkan bahasa kepada simpanse. Setiap percobaan yang dilakukan gagal karena disimpulkan bahwa simpanse tidak memiliki pita suara seperti manusia. Oleh sebab itu cara berbeda pun diajarkan yakni dengan menggunakan bahasa nonverbal. Bagaimana cara pengajaran kepada tuna rungu diajarkan kepada simpanse. Seekor simpanse yang bernana washoe dapat diajarkan lebih dari 150 bahasa isyarat. Sedangkan kepada simpanse lain yang bernama sarah diajarkan plastic berwarna yang di pasang pada papan di mana terdapat chip untuk setiap kata. Untuk contoh warna merah untuk pisang. Sarah belajar untuk menulis dengan menempatkan plastic berwarna tadi untuk membentuk sebuah kalimat.
Dari percobaan tersebut terdapat dua kesimpulan yang berbeda. Pertama simpanse telah mampu memproduksi kalimat singkat yang merupakan salah satu criteria dari bahasa. Kedua simpanse tidak memiliki bahasa karena karakter bahasa lainnya tidak ditampilkan.
4.      Perbedaan Budaya pada Bahasa
Satu persoalan yang muncul dipermukaan adalah bagaimana perbedaan individu pada bahasa dapat dijelaskan. Yang lebih spesifik satu persoalan tentang perkembangan kebudayaan, regional dan perbedaan etnis dalam bahasa. Seperti yang diketahui bahwa variasi dialek bahasa inggris di amerika termasuk asosiasi dialek South, New England, New York City, Texas, dan Midwest. Dialek Midwest merupakan dialek yang standard, pada umumnya digunakan pada acara televisi dan radio. Sama halnya dengan orang-orang di bank North California dan Appalachia yang berbicara dengan aksen abad 16.
Dengan perbedaan seperti ini sebenarnya jangan terlalu dipersoalkan karena dialek yang diucapkan pada umumnya tergantung pada budaya masing-masing. Kita hargai orang yang berbeda dialek dengan kita sebagai suatu dialek yang memiliki caranya sendiri maupun aturannya sendiri.
Kita contohkan di Indonesia. Jelas berbeda bagaimana dialek bahasa Indonesia yang diucapkan oleh penduduk Jakarta apabila dibandingkan dengan warga Sumatera Utara. Budaya akan berpengaruh pada aspek dialek kebahasaan.
5.      Bahasa dan Otak
Otak manusia terbagi menjadi dua belahan. Setiap belahan menerima informasi dari indera tetapi setiap belahan menerima informasi yang terpisah. Faktanya otak manusia  sangat berhubungan dengan bahasa. Pada kebanyak orang dewasa otak bagian kiri mengonrol fungsi bahasa yang meliputi bahasa lisan dan bahasa tertulis dan pemahaman informasi verbal. Sedangkan otak sebelah kanan tidak mampu menghasilkan bahasa atau kata-kata abstrak. Otak kanan berfokus pada pengenalan gambar dan pembelajaran bentuk visual.
Pengetahuan kita tentang fungsi kedua belahan otak berhenti pada apa yang disebut eksperimen split-brain (eksperimen pemisah otak). Pembagian otak biasanya adalah hasil dari pembedahan yang memutuskan corpus callosum, Penghubung serat kedua belahan, dengan tujuan untuk mengurangi gejala epilepsy. Karena hubungan normal antara kedua belahan dihilangkan pada saat pembedahan, sekarang pemgamatan fungsi tiap belahan dapat dilakukan. Keterlibatan keduanya dalam perilaku berbahasa telah ditemukan. Contohnya, ketika pasien split-brain memegang sebuah benda ditangan kanannya, informasi sensori akan dikirim menuju otak belahan kiri, dia mampu menamakan dan mendeskripsikan benda itu. Kebalikannnya ketika pasien memegang benda ditangan kiri dan info sensori disampaikan menuju otak belahan kiri, dia tidak mampu mendeskripsikan benda itu secara lisan walaupun ia bisa mencocokan benda dengan yang sama persis dalam tugas pengenal.
D.    Teori Pembelajaran Bahasa
Satu persoalan yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara belajar berbicara dan memproduksi bahasa. Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menggunakan 2 teori yakni pendekatan pembiasaan dan pendekatan psikolinguistik.
1.      Pendekatan Pembiasaan
Pendekatan pembiasaan dalam mempelajari bahasa didasari atas prinsip dasar pembiasaan. Menurut pandangan B.F. Skinner anak-anak yang belajar bahasa sama caranya dengan mereka mempajari semua tingkah laku. Gagasan dasarnya adalah bahwa perilaku lisan/verbal seperti perilaku diperoleh melalui penguatan dari respon verbal yang tepat. Skinner berpendapat bahwa anak-anak meniru bahasa verbal yang diucapakan oleh orang dewasa disekitarnya dan jika anak melakukannya dengan baik maka mereka akan diberi hadiah.Contohnya seorang anak akan diberi hadian oeh orang tuanya jika ia mengucapkan kata “anjing”. Setelah anak mengucapkan apa yang diajarkan oleh orang tuanya maka ia diberi hadiah seperti kue, dan lain sebagainya.
Prinsip generalisasi dan perbedaan juga berlaku pada pendekatan pembiasaan dalam pembelajaran bahasa. Misalnya saat mereka belajar kata anjing, mereka mungkin mengira kambing dan kucing seperti anjing sehingga mereka memanggil kedua hewan tersebut dengan anjing. Karena memiliki cirri-ciri yang sama orang tua harus mengajari bagaimana membedakan hewan-hewan tersebut.
Pendekatan pembiasaan dalam pembelajaran verbal sangat sering kita lakukan terutama kepada anak-anak. Kita sering sekali mengajak anak untuk mengucapkan sesuatu, mengucapkan terima kasih atau mengucapkan kata-kata lain. Berdasarkan teori ini anak mempelajari apa yang ia dengar dari orang yang lebih dewasa. Bagaimana karakter lingkungan tempat anak tumbuh akan berpengaruh pada tata cara berbicara maupun penguasaan kosa kata. Dikhawatirkan ketika anak telah mengenal lingkungan yang lebih luas ia akan mendapatkan beragam kosa kata yang ia dengar dari orang-oang disekitarnya termasuk yang berkonotasi negatif.
2.      Pendekatan Psikolinguistik
Noam Chomsky sangat mengkritik teori pembiasaan dalam pembelajaran bahasa yang dikemukakan oleh skinner. Menurutnya anak belajar suatu perangkat aturan yang kompleks dalam pembelajaran bahasa, walaupun mereka tidak bisa menjelaskan aturan tersebut. Terlebih lagi, anak belajar aturan ini tanpa perlu memiliki seseorang untuk mengajari mereka dalam formal sense, dam mereka belajar aturan ini di usia yang sangat muda. Menurut psikolinguistik kemampuan untuk mengembangkan sebuah aturan abstrak untuk menghasilkan bahasa adalah unik untuk manusia. 
Pendekatan psikolinguistik menekankan pada perbedaan antara surface dan deep struktur. fokusnya adalah bagaimana manusia mampu menghasilkan kalimat yang unik dan asli yang belum mereka dengar atau baca. Menurut salah satu teori Chomsky, kita mempelajari dua perangkat aturan, satu yang berhubungan dengan surface struktur bahasa dan satunya lagi dengan deep struktur bahasa.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bahasa memainkan peranan yang penting dalam pembelajaran. Adapun fungsi-fungsi bahasa antara lain: bahasa dapat dijadikan alat bantu dalam bentuk tata cara berbahasa yang menuntun langsung pada faedahnya, merupakan nilai stimulus, sarana untuk berkomunikasi, dan sarana untuk menyampaikan makna. Unit dasar dari bahasa adalah phonemes dan morphemes. Kalimat dipengaruhi oleh dua hal yakni struktur permukaan dan sturktur dalam. Selanjutnya tentang isu-isu dalam bahasa diantaranya dibicarakan tentang perkembangan bahasa, bahasa dan pikiran, bahasa hewan, perbedaan budaya pada bahasa, dan bahasa dan otak. Kesemuanya itu tentunya harus dipahami oleh setiap manusia terutama pendidik dalam mengajarkan bahasa. Mempelajari bahasa tentunya  tidak terlepas dari teori-teori pembelajaran bahasa yakni teori pembiasaan dan teori psikolinguistik. Menurut teori pembiasaan anak mempelajari bahasa dari orang-orang yang ada di sekitarnya, teori ini juga berbicara tentang pemberian hadiah jika anak mampu mengucapkan sebuah kalimat. Teori psikolinguistik berpendapat bahwa anak belajar suatu perangkat aturan yang kompleks dalam pembelajaran bahasa.

B.     Saran
Kepada pembaca khususnya calon-calon pendidik atau pendidik diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan wawasan yang berhubungan dengan bidang psikologi belajar, hal ini dikarenakan dalam membelajarkan peserta didik tentunya harus diketahui dulu bagaimana konsep-konsep tingkah laku dalam pembelajaran sehingga dapat digunakan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai.

KEPUSTAKAAN

Desmita. 2008. Psikologi perkembangan. Bandung. PT Remaja rosdakarya.
Ellis, H.C. 1978. Fundamentals of Human Learning, memory and cognition. Iowa. W. C. Brown Co.
Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Rineka Cipta.
Thomas, Linda, dkk. 1999. Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan (Alih Bahasa Sunoto, dkk). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


2 komentar:

  1. You should see how my buddy Wesley Virgin's autobiography begins with this SHOCKING and controversial VIDEO.

    Wesley was in the military-and shortly after leaving-he unveiled hidden, "self mind control" tactics that the government and others used to get whatever they want.

    As it turns out, these are the exact same secrets lots of famous people (especially those who "come out of nowhere") and the greatest business people used to become wealthy and successful.

    You probably know that you use only 10% of your brain.

    That's really because most of your BRAINPOWER is UNTAPPED.

    Maybe this thought has even taken place IN YOUR very own brain... as it did in my good friend Wesley Virgin's brain around seven years back, while riding an unregistered, beat-up garbage bucket of a car with a suspended driver's license and with $3.20 on his debit card.

    "I'm absolutely fed up with living paycheck to paycheck! When will I finally succeed?"

    You've been a part of those those types of conversations, right?

    Your own success story is waiting to start. Go and take a leap of faith in YOURSELF.

    Take Action Now!

    BalasHapus