Pages

Sabtu, 09 April 2011

“DESAIN DAN PRAKTEK KONSELING INDUSTRI”


Tugas individu                                                                                         DosenPembimbing
Konseling industry                                                                              Drs.Sukri , M. Pd. Kons


“DESAIN DAN PRAKTEK KONSELING INDUSTRI”


UIN LOGO.jpg
 






Disusun oleh :
Budiman
Eko sujadi
Lina Afrida
Marlinda
Nurhasanah
Robiatul Adawiyah
Salma Patmawati
Siti Rofiah
Yeni Gusrianti
Zuriatul Khairi




JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
                                                            2011



KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Penyayang
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam kita ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini, penulis telah menyusun makalah yang berjudul “Desain dan Praktek Konseling Industry ”. Walaupun dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami kendala. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.Sukri, M.Pd, Kons  yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembahasan ini kurang dari kesempurnaan disebabkan keterbatasan pengetahuan dan literatur penulis. Oleh sebab itu, penulis memohon maaf atas segala kesalahan dalam pembahasan ini. Penulis juga menerima kritikan dan saran menuju kesempurnaan penyusunan makalah ini. Penulis berharap pembahasan ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

                                                                                               
                                                                                               

                                                                                                Pekanbaru,  Maret 2011


                                                                                                                  Penulis




BAB I
PENDAHULUAN



A.  Latar Belakang
Dunia berkembang begitu pesatnya di dalam berbagai bidang dan sector kehidupan. Begitupun dalam dunia industri dan sector usaha yang berkembang berkat penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian kompleksnya masyarakat modern, masalah – masalah manusia dalam sistem ekonomi dan produsi yang semakin penting khususnya menyangkut pembinaan staf manajer , tenaga karyawan ataupun buruh.
Dengan adanya perkembangan dalam hal tersebut khususnya perkembangan dalam dunia niaga, bisnis, industry akan memberikan dampak terhadap kondisi social atau pun mental dari masyarakat yang selaku pelaku dalam dunia industry.
Banyak hal yang tentunya akan dialami oleh pimpinan atau manejer, karyawan ataupun buruh saat bekerja di suatu industry sehingga membutuhkan konselor sebagai tenaga yang membantu mereka dalam berprestasi dalam bekerja. Karena prestasi kerja bergantung pada suasana hati pribbadi dan kondisi fisik serta lingkungan kerjanya.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Pelaku dalam industry
2.      Konseling di industry
3.      Pendekatan konsling di industry
4.      Praktek  konseling industri


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pelaku dalam Industry
Buruh dan karyawan adalah makhluk social yang menjadi bagian dari suatu kelompok kerja dan tim kerja tertentu. Jika dia tidak sanggup bekerjasama secara kooperatif dengan teman sejawatnya, betapapun tinggi kemampuan teknis dan kemampuan intelektualnya, pastilah dia tidak akan betah bekerja di tempat itu dan tidak mampu bekerja dengan maksimal. Maka penekanan psikologis dalam dunia industry akan mempengaruhi prestasi kerjanya. Untuk itu konselor diperlukan dalam dunia industry untuk mengatasi permasalahan yang di hadapi oleh karyawan atau para buruh agar  mampu mengoptimalkan potensinya dalam bekerja.
Tidak hanya itu, konselor juga membantu pemimpin ataupun manejer dalam industry  yaitu dalam menangani masalah atau kondisi serta kesejahteraan karyawan atau buruh. Kemudian, menangani karawan atau buruh yang tampak tidak disiplin, tidak bersemangat, dan tidak berminat dalam pekerjaannya. Hal inilah yang perlu diatasi leh konselor di suatu industry atau perusahaan.

B.  Konseling di Industri
Konseling di dunia industri memiliki space yang sangat luas, karena sebenarnya kita sedang membicarakan mengenai apa itu industri, siapa konselornya, karyawannya (sebagai konseli), dan sistemnya. Dunia industri memang berjenjang dan bisa dikategorikan. Namun, tidak sama halnya dengan sekolah (yang rata-rata usia anak SMP 12-15 thn), konseli di dunia indsutri sangat beragam, baik dari segi usia maupun latar belakang karyawannya. Secara rasial, di dunia industri pun orangnya sangat beragam. Berbeda halnya dengan sekolah yang masih bergenre_ sekolah kristen, sekolah islam, dan sekolah kejuruan, misalnya. Sekali datang ke dunia industri, kita akan menemukan komunitas-komunitas yang unik. Namun, satu hal yang bisa dicirikan dari karakteristik orang-orang di dunia industri; mempunyai visi dan misi yang sama untuk perkembangan karir dan perusahaan.


Jika menyinggung tentang kata industri, kita akan dihadapkan pada dua hal, yaitu industri di bidang jasa dan industri di bidang produk.
Steve Cooper (2005:14) mendefinisikan konseling di industry sebagai usaha yang sengaja untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang dapat memberdayakan karyawan, menenangkan karyawan, membantu atau memberikan konsultasi untuk menyelesaikan masalah mereka dengan cara mereka sendiri.
Pendapat lain dikemukakan oleh Gustard, 1953 (dalam Baraja, 2006 : 11) yang menyatakan bahwa konseling merupakan suatu proses yang mempunyai orientasi pada belajar, dilakukan dalam lingkungan sosial oleh seseorang terhadap orang lain (konselor terhadap klien), dengan memberikan bantuan secara profesional (mempunyai pengetahuan dalam bidangnya), serta membantu klien dengan metode yang sesuai dengan masalah yang dihadapi klien agar dapat memahami dan menghayati tujuan yang ditetapkan bersama dalam proses konseling sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang lebih produktif dan bahagia.
Dari definisi-definisi tersebut di atas digambarkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan timbal balik antara konselor dengan klien yang dalam lingkungan kerja yang disebut sebagai Karyawan, yang mempunyai sifat profesional secara individu maupun kelompok yang dirancang untuk membantu karyawan mencapai perubahan yang bermakna bagi kehidupannya dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Interaksi antara dua orang yaitu seorang karyawan dan seorang konselor
2. Karyawan yang datang pada konselor biasanya mengalami atau mempunyai masalah.
3. Karyawan datang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya baik atas kemauan sendiri atau atas anjuran Perusahaan
4. Konselor adalah seorang yang terlatih dan mempunyai guidence secara teori yang umum berlaku.
5. Tujuan konseling adalah menolong dan membantu klien untuk dapat mengerti dan menerima keadaannya, yang kemudian diharapkan dapat menemukan jalan keluar dan mengembangkan potensi dirinya.
6. Proses konseling menitikberatkan pada masalah yang jelas, terang dan nyata serta dalam kesadaran diri.
7. Kembali kepada Feedback Perusahaan Konseling mempunyai manfaat penempatan jalur yang sama (keseragaman) arah terhadap Visi, Misi, Tujuan, Strategi, penyeragaman kemampuan dan skills, pusat penerangan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan terutama peraturan dan kebijakan perusahaan.

C.  Pendekatan  Konseling di Industry
Dalam pelaksanaan konseling di industry tipe – tipe yang dipakai dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh karyawan terdapat beberapa tipe yaitu:
1. Directive Counseling
Directive Counseling adalah proses mendengarkan masalah emosional individu membuat keputusan bersama tentang apa yang harus dia lakukan, dan memberitahu serta memotivasinya untuk melakukan hal tersebut. Directive Counseling sebagian besar menggunakan fungsi konseling advice (nasihat) juga reassurance, communication, memberikan emotional release dan sedikit clarified thinking. Reorientation jarang digunakan dalam directive counseling. Konselor directive counseling harus menjadi pendengar yang baik jika ingin memahami masalah karyawan sehingga karyawan mengalami emotional release. Setelah mengalami emotional release disertai beberapa ide dari konselor, karyawan diharapkan dapat menjernihkan pikirannya.

2.  Non-directive Counseling
Non-directive counseling atau client-centered counseling adalah proses mendengarkan karyawan sepenuhnya dan mendorongnya untuk menjelaskan masalah emosionalnya, memahami masalah tersebut dan menentukan tindakan-tindakan yang akan diberikan. Tipe konseling ini memfokuskan perhatian pada karyawan, konselor tidak bertindak sebagai penilai atau penasihat makanya disebut client-centered. Konselor non-directive counseling tidak menggunakan advice dan reassurance, tetapi menggunakan empat fungsi konseling lainnya. Emotional release lebih efektif digunakan dalam non-directive counseling begitu juga clarified thinking. Keuntungan khas dari non-directive counseling adalah kemampuannya untuk mengarahkan karyawan melakukan reorientation yang menekankan pada perubahan dirinya. Dalam tipe konseling ini konselor membangun suatu hubungan permisif yang mengarahkan klien untuk berbicara dengan bebas. Hal utama yang dilakukan oleh konselor non-directive adalah menetapkan hubungan konseling dengan menjelaskan bahwa konselor tidak memberikan penyelesaian masalah karyawan tetapi dapat membantu karyawan untuk menjelaskan perasaannya. Kemudian konselor mendorong karyawan untuk mengekspresikan perasaanya, menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang dikemukakan dan menerimanya tanpa menyalahkan atau memujinya. Sehingga karyawan dapat mencurahkan perasaan negatif, dan diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan positifnya, hal ini merupakan tanda dimulainya perkembangan emosional pada karyawan. Setelah semuanya berjalan dengan baik, karyawan seharusnya sudah memperoleh insight tentang masalahnya dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah. Selanjutnya karyawan dapat memilih beberapa langkah positif dan dapat menemukan cara untuk mencoba langkah tersebut. Kemudian karyawan merasa kebutuhan akan pertolongan konselor berkurang dan menyadari hubungan konseling harus berakhir.
3. Cooperative Counseling
Non-directive counseling yang murni dilakukan oleh karyawan tidak banyak digunakan karena biaya yang mahal dan keterbatasan lainnya. Directive counseling tidak terlalu disukai karena tidak tepat untuk situasi konseling saat ini. Untuk mengatasi dua tipe konseling yang ekstrim di atas, ada semacam penggabungan kedua tipe konseling tersebut yang dinamakan cooperative counseling. Cooperative counseling tidak seluruhnya client-centered counseling atau counselor-centered, tetapi merupakan kerjasama saling menguntungkan antara konselor dan karyawan untuk menerapkan perbedaan pandangan pengetahuan dan nilai terhadap masalah. Hal ini ditetapkan sebagai diskusi yang saling menguntungkan tentang masalah emosional karyawan dan usaha kerja sama untuk membangun kondisi yang akan memulihkan karyawan. Cooperative counseling dimulai dengan menggunakan tehnik mendengarkan non-directive counseling: tetapi ketika interview berkembang, manager memainkan peran yang lebih positif daripada memainkan peran konselor non-directive. Manager menawarkan pengetahuan dan insight yang dipunyainya, mendiskusikan situasi dari pandangan yang luas dari organisasi kemudian memberikan pandangan yang berbeda dengan karyawan sebagai perbandingan. Secara umum, manager dalam perannya sebagai konselor cooperative menerapkan empat fungsi konseling yaitu reassurance, communications, emotional release dan clarify thinking. Dalam konseling, karyawan lebih banyak berbicara sedangkan konselor lebih banyak mendengarkan. Konselor lebih berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

D.    Praktek Konseling di Industri
Proses konseling merupakan suatu kegiatan pencarian data dari seseorang yang mengalami masalah yang berlangsung selama konseling dengan menggunakan langkah-langkah konseling.
               Langkah-langkah konseling sebagai berikut :
1.Menyatakan kepedulian atau keprihatinan dan membentuk kebutuhan akan bantuan.
                 Langkah pertama ini memberikan kepedulian terhadap masalah-masalah yang dihadapi karyawan, baik yang disebabkan oleh diri karyawan sendiri maupun disebabkan oleh lingkungan yang memberikan tekanan kepadanya. Dengan kepedulian dan perhatian terhadap karyawan dapat membentuk rasa keinginan dan semangat untuk menyelesaikan masalahnya, sehingga karyawan akan menunjukkan suatu keseriusan dan kejujuran terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Kemudian memberikan penjelasan dan pengertian agar klien menyadari atas perlunya bantuan untuk menyelesaikan masalahnya dan karyawan bersedia masuk dan terikat dalam proses konseling.
2.Membentuk hubungan
                 Karyawan dan konselor memulai proses membangun suatu hubungan yang bercirikan kepercayaan, keyakinan, dengan didasari atas keterbukaan dan kejujuran atas semua pernyataan karyawan dan konselor dalam proses konseling.
3.Menentukan tujuan dan eksplorasi pilihan
                 Dalam langkah ini dilakukan pembahasan masalah dengan melakukan diskusi dengan karyawan untuk mengeksplorasi tujuan konseling.
4.Menangani masalah
                 Konselor berusaha untuk dapat menentukan prioritas masalah karyawan yang harus ditangani sehingga dapat mengarahkan karyawan untuk benar-benar mengungkapkan masalahnya dan berdiskusi untuk memecahkannya.
5.Menumbuhkan kesadaran
               Menumbuhkan kesadaran pada karyawan agar karyawan benar-benar mengetahui dengan jelas masalah yang dihadapinya. Konselor berusaha mengarahkan karyawan untuk mendapatkan insight atau understanding, karyawan memahami apa yang sedang dialami dan apa yang harus dikerjakan dalam menyelesaikan masalahnya sebagai hasil dari proses konseling atau berdasarkan hal-hal yang dilihat dan dirasakannya.
6.Merencanakan cara bertindak
              Setelah mendapatkan insight karyawan harus melakukan suatu tindakan untuk menyelesaikan masalahnya. Jika karyawan merasa ragu dan bingung untuk mengambil keputusan dalam bertindak maka konselor dapat memberikan berbagai pilihan rencana tindakan.
7.Menilai hasil dan mengakhiri konseling
               Langkah ini adalah langkah terakhir untuk melihat keberhasilan jalannya konseling berdasarkan sejauh mana klien mencapai tujuan konseling. Keputusan untuk mengakhiri atau menghentikan konseling merupakan keputusan bersama antara konselor dan karyawan berdasarkan dua hal yaitu apakah tujuan konseling telah terpenuhi dan apakah hasil dari konseling sudah didapat.

             Sebelum melaksanakan proses konseling karyawan, konselor hendaknya menyiapkan hal-hal sebagai berikut:
1)Mempertimbangkan berapa kali konseling diperlukan, besarnya intensitas pembicaraan, dan tingkat kesiapan karyawan
2)Memperjelas alasan mengapa konselor melakukan konseling dan juga sasaran dilaksanakannya konseling
3)Melakukan evaluasi terhadap sasaran pekerjaan dan prestasi yang sudah dicapai karyawan
4)Memberi tahu karyawan tentang jadwal dan tempat pelaksanaan konseling.
5)Setiap konseling dilaksanakan minimal 30 menit
6)Tidak ada gangguan (menerima telepon, tamu, dll) ketika melaksanakan konseling
7)Memindahkan peralatan (meja, dll) yang tidak diperlukan, yang dianggap dapat menciptakan suasana yang kurang akrab.
8)Mencatat hal-hal yang akan dibicarakan dalam proses konseling
9)Mencatat hasil pembicaraan dan rencana tindak lanjut.

             Pedoman pelaksanaan konseling karyawan yang berhasil:
1.Memperlakukan karyawan dengan hangat dan ramah. Menggunakan bahasa tubuh, kontak mata, dan menatap wajah klien.
2.Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan konseling (jika karyawan dipanggil oleh konselor) atau menanyakan maksud dan tujuan karyawan (jika karyawan datang sendiri).
3.Bertanya dengan pertanyaan terbuka tentang hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan karyawan.
4.Mendorong karyawan untuk mengungkapkan alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya.
5.Berusaha menggali pendapat karyawan tentang konsekuensi dari alternatif pemecahan masalah yang disampaikannya.
6.Menghindari mengemukakan pandangan, namun tetap memberikan tambahan informasi yang akan membantu klien dalam mengambil keputusan.
7.Memperlihatkan empati dan menunjukkan kepercayaan terhadap kemampuan karyawan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
8.Memberikan dukungan mental dan/ atau sumber daya seperlunya.
9.Meneruskan kepada ahlinya apabila masalah yang dihadapi tidak bisa diatasi sendiri.
10.Membuat catatan rangkuman pertemuan dan hal-hal yang dibicarakan pada akhir pertemuan untuk klarifikasi dan kesepakatan mengenai rencana tindak lanjut.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Konseling  sangat memiliki peranan yang penting dalam membantu para pelaku atau pekerja dalam industry. konseling di industry  merupakan suatu usaha yang sengaja untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang dapat memberdayakan karyawan, menenangkan karyawan, membantu atau memberikan konsultasi untuk menyelesaikan masalah mereka dengan cara mereka sendiri.
Pelaksanaan konseling di industry dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu :
Ø  Directive Counseling
Ø  Non-directive Counseling
Ø  Cooperative Counseling
B.     Saran
Setelah mempelajari pembahasan ini, maka tentu banyak penafsiran dan penjelasan berbeda, itu semua tidak lepas dari sifat fitrah penulis sebagai manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan. Jadi maklumlah kiranya jika terdapat berbagai pendapat dan penjelasan penulis simpulkan. Oleh karena itu, jika sampai terdapat beberapa perbedaan pendapat, tentunya bisa dipelajari.
Penulis juga membutuhkan saran dan kritikan dari pembaca, terutama dari dosen pembimbing. syukron…
C. 
 
Daftar Pustaka
Kartini, Kartono, 2002, psikologi social untuk manajemen, perusahaan dan industry, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Prof. Dr. Prayitno, 2005, Dasar – Dasar Bimbingan dan konseling, 
hhtp//www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar