KORELASI ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERILAKU KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VIII SMP N 34 PEKANBARU
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan sekitarnya. Dalam rangka mengetahui gejala di lingkungannya ini menuntut manusia untuk berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat, seseorang akan terisolasi jika tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain. Akibat keterisolasian ini dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks.
Carl Hovland memberikan definisi komunikasi sebagai suatu proses di mana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain[1]. Sedangkan para Sosiolog mengartikan Komunikasi sebagai proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap sikap dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan,pembicaraan, gerak-gerik, sikap dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia alami[2]. Komunikasi antar pribadi sendiri di artikan Effendy sebagai komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut di anggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya dialogis[3].
Siswa merupakan bagian dari masyarakat yang juga dituntut dapat berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan dimana siswa berinteraksi. Lingkungan yang dimaksud adalah sekolah. Karena hampir sebagian waktu siswa banyak digunakan untuk berinteraksi di sekolah.
Dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada pasal 3 menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk manusia indonesia yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dapat dijelaskan bahwa dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang bermartabat dan cakap serta berilmu ini dapat dikembangkan melalui kegiatan sekolah yaitu kegiatan kokurikuler, intra kurikuler dan ektra kurikuler, di samping itu bimbingan konseling juga ikut andil di dalamnya, yakni membimbing siswa meraih pengembangan diri yang optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan yang positif .
Bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar individu mampu mandiri. Proses kemandirian individu tidak lepas dari adanya komunikasi dalam proses sosialisasi di lingkungan dimana individu tersebut berada. Komunikasi ini sangat berperan dalam pembentukan kepribadian individu. Dengan komunikasi individu dapat melangsungkan hidupnya baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Di lingkungan sekolah siswa dituntut mampu berkomunikasi dengan baik dengan warga sekolah yakni guru, staf tata usaha dan teman sebaya, maupun personil sekolah lainnya. Siswa yang memiliki perilaku komunikasi antarpribadi yang baik akan mudah bersosialisasi dan lancar dalam memperoleh pemahaman dari guru dan sumber belajar di sekolah. Belajar bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar merupakan proses tak henti-hentinya dalam kehidupan individu.
Siswa di Sekolah Menengah Pertama memasuki tahap perkembangan remaja. Remaja adalah suatu tahapan perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang di tandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial[4]. Remaja biasanya dikatakan bukan anak-anak dan juga belum dewasa tetapi masih dalam posisi ambang dewasa. Perubahan yang terjadi masa remaja akan mempengaruhi perilaku individu tergantung pada kemampuan atau kemauan individu pada masa remaja untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain, sehingga ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Hal ini berarti kemampuan komunikasi yang baik dengan orang lain akan mempermudah individu memperoleh pandangan-pandangan sehingga dalam memasuki tahap perkembangan remaja individu akan dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik. Anak yang merasa sulit atau tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain lebih banyak berperilaku negatif dari pada anak yang mampu dan mau berkomunikasi. Individu merasa senang jika berada diantara teman-temannya dan membicarakan hal-hal yang menarik, karena pertemuan seperti ini merupakan kesempatan untuk mengeluarkan isi hati dan memperoleh pandangan baru terhadap suatu masalah yang dihadapi. Sesuatu yang menjadi ganjalan atau masalah yang ada dalam individu itu sifatnya unik, masing-masing individu juga bersifat unik, mereka mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Siswa merupakan individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dalam proses perkembangannya memerlukan bantuan dalam mengadakan komunikasi antar pribadi yang positif di lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Kurang dapat berkomunikasi akan dapat menghambat pembentukan kepribadian dan aktualisasi diri dalam kehidupan, terutama dalam meraih prestasi di sekolah dan dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih kompleks lagi.
Berdasarkan Pengamatan dan Informasi dari Guru Pembimbing SMP N 34 Pekanbaru masih di temukan Siswa yang mengalami kesulitan Berkomunikasi antar pribadi. Hal ini terlihat dari gejala-gejala:
1. Masih ada perilaku komunikasi antar pribadi siswa yang kurang baik baik itu dari segi etika, kehangatan, maupun keterbukaan dengan teman sekelas maupun kelas lain.
2. Banyak siswa yang cenderung diam ketika diberi kesempatan untuk bertanya baik di dalam proses Bimbingan kelompok, layanan Bimbingan Konseling maupun kegiatan Belajar-mengajar.
3. Siswa dapat berkomunikasi dengan baik tetapi cukup banyak pula siswa yang mengalami kesulitan komunikasi antar pribadi.
4. Layanan bimbingan dan konseling di SMP N 34 Pekanbaru dilaksanakan satu jam pelajaran dalam satu minggu untuk masing-masing kelasnya, namun untuk bimbingan kelompok itu sendiri pelaksanaannya kurang intensif, Padahal bimbingan kelompok tersebut merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang seharusnya dilaksanakan secara rutin.
Upaya peningkatan perilaku komunikasi antarpribadi dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok. Layanan Bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan kepada Individu melalui kegiatan kelompok[5]. Kegiatan ini membahas topik-topik umum dimana masing-masing anggota kelompok di dalamnya saling mengemukakan pendapat, memberikan saran maupun ide-ide, menanggapi, saling berkomunikasi menciptakan dinamika kelompok untuk mengembangkan diri yaitu berlatih mengkomunikasikan pendapat-pendapat yang ada pada tiap-tiap anggota dalam membahas suatu topik . Hal ini sejalan dengan peranan yang harus di mainkan oleh anggota kelompok yang salah satunya agar mampu berkomunikasi secara terbuka[6].
Layanan bimbingan kelompok diperkirakan tepat digunakan sebagai salah satu bentuk layanan bimbingan dan konseling untuk dapat diberikan kepada siswa yang memiliki perilaku komunikasi antar pribadi masih kurang di lingkungannya, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Selain itu kelima aspek efektifitas perilaku komunikasi antar pribadi yang meliputi keterbukaan, rasa positif, empati, dukungan dan kesetaraan, tertampung dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok, bukan pada layanan bimbingan konseling lainnya. Sehingga diharapkan secara optimal siswa dapat mengalami perubahan dan mencapai peningkatan yang positif setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok. Siswa yang mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dapat secara langsung berlatih menciptakan dinamika kelompok, yakni berlatih berbicara, menanggapi, mendengarkan dan bertenggang rasa dalam suasana kelompok. Kegiatan ini merupakan tempat pengembangan diri dalam rangka belajar berkomunikasi antarpribadi secara positif dan efektif dalam kelompok kecil. Dari kegiatan tersebut siswa dapat menerapkan kedalam kehidupan sosial masyarakat yang sesungguhnya.
Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas maka Penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Korelasi antara Layanan Bimbingan Kelompok dengan Perilaku Komunikasi antar pribadi Siswa kelas VIII SMP N 34 Pekanbaru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Adakah Korelasi antara Layanan Bimbingan kelompok dengan perilaku komunikasi antar pribadi Siswa kelas VIII SMP N 34 Pekanbaru ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi Perilaku komunikasi antar pribadi Siswa kelas VIII SMP N 34 Pekanbaru ?
C. Metode penelitian
1. Waktu dan tempat penelitian
Waktu penelitian ini adalah setelah judul ini di terima atau setelah seminar proposal penelitian. Adapun penelitian ini akan di lakukan di SMP N 34 Pekanbaru.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah Siswa kelas VIII SMP N 34 Pekanbaru. Sedang Objek Penelitian ini adalah Korelasi antara Layanan Bimbingan kelompok dengan perilaku Komunikasi antar pribadi Siswa kelas VIII SMP N 34 Pekanbaru.
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian[7]. Jadi populasi dalam Penelitian ini adalah Siswa kelas VIII SMP N 34 Pekanbaru. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti[8]. Mengingat Populasi dalam Penelitian ini terlalu besar maka akan di lakukan pengambilan sampel sebanyak 50% dari 118 orang Siswa atau sekitar 59 Orang Siswa dari 3 kelas. Sampel di ambil dengan menggunakan teknik Sampling bertujuan (Purposive sampling).
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Angket
Penulis membuat pertanyaan secara tertulis yang di ajukan dan di sebarkan kepada sampel yakni sebanyak 59 Orang Siswa. Angket berisi Indikator-indikator pada Objek penelitian yang telah di tentukan.
b. Dokumenter
Diperoleh dari pihak-pihak sekolah terkait, seperti kepala sekolah untuk memperoleh data tentang sejarah dan perkembangan sekolah, tata usaha untuk memperoleh data-data sarana dan prasarana sekolah, keadaan siswa dan guru serta masalah-masalah yang berhubungan dengan administrasi sekolah yaitu berupa arsip dan tabel-tabel yang didapat dari kantor Tata Usaha SMP N 34 Pekanbaru.
5. Analisis data
Analisis data yang di gunakan untuk mengetahui Hubungan antara Layanan Bimbingan kelompok dengan perilaku komunikasi antar pribadi Siswa kelas VIII SMP N 34 Pekanbaru adalah dengan menggunakan teknik analisis Korelasi Koefisien Kontingensi. Rumus yang akan di gunakan untuk mencari koefisien kontingensi adalah:
Rumus untuk mencari adalah:
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto , Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan dan praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan, 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana prenada media group.
Desmita, 2008. Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Liliweri, Alo, 1997. Komunikasi antar pribadi. Bandung: PT Citra Aditya bakti.
Prayitno, 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok (Dasar dan profil). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tohirin, 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo persada .
Widjaja, H.A.W, 2000. Ilmu komunikasi pengantar studi. Jakarta: Rineka cipta
[1] H.A.W. Widjaja, Ilmu komunikasi pengantar studi. (Jakarta: Rineka cipta, 2000). hlm. 26
[2] Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi. (Jakarta: Kencana prenada media group, 2008). hlm.57
[3] Alo Liliweri, Komunikasi antar pribadi. (Bandung: PT Citra Aditya bakti, 1997). hlm. 12
[4] Desmita. Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008).,h. 190
[5]Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi). (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2008). hlm. 170
[6] Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok (Dasar dan profil). (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995). hlm. 32
[7] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan dan praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).,h. 130
[8] Suharsimi arikunti, Ibid., h. 131
Tidak ada komentar:
Posting Komentar