BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang sangat terpenting bagi manusia. Dengan pendidikan maka manusia bisa mengembangkan potensi yang di milikinya dan pada akhirnya bisa membawa manfaat yang besar, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Sejak manusia pertama kali di ciptakan hingga saat ini Pendidikan sudah merupakan bagian dari kehidupan..
Pada umumnya banyak orang yang mengatakan bahwa Pendidikan itu di mulai sejak Sekolah dasar hingga Perguruan Tinggi. Pendapat seperti itu merupakan pendapat yang keliru. Pendidikan sebenarnya di mulai sejak manusia lahir hingga manusia meninggal dunia. Dengan kata lain Pendidikan merupakan konsep seumur hidup (long life education). Dengan demikian anak usia dini sudah seharusnya mendapat Pendidikan.
Pendidikan Pra sekolah harus di rancang secara tepat dengan memperhatikan aspek-aspek Perkembangan anak usia dini. Pendidikan harus mengacu Pada perkembangan Intelektual, fisik, emosional, Sosial dan Spiritual. Dengan demikian maka kecerdasan anak bisa berkembang sesuai dengan bakat dasarnya. Pada usia ini perkembangan motorik anak akan mempengaruhi aspek-aspek lainnya. Anak harus di berikan kesempatan bermain yang banyak. Bermain yang cenderung orang artikan perbatan sia-sia sebenarnya memiliki fungsi yang sangat banyak.
Namun pada kenyataannya, program yang di sediakan oleh sekolah kebanyakan belum sesuai dengan apa yang di harapkan. Pendidikan pra sekolah hanya menekankan perkembangan aspek intelektual saja. Hal ini di sebabkan oleh banyak factor. Salah satu yang paling menonjol adalah kurang pahamnya guru-guru tentang keadaan riil anak. Alhasil banyak anak usia dini yang notabene telah mengikuti Pendidikan Pra sekolah masih sama seperti sebelum ia menempuh Pendidikan Pra sekolah. Oleh sebab itu, Rancangan sekolah untuk anak usia dini harus berorientasi pada aspek-aspek Perkembangan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN TUJUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0 tahun sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
• Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
• Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
B. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
2. Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
3. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
4. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
5. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
6. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang
C. PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DAN PENGARUH SEKOLAH TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
1.Perkembangan anak usia dini
Berbagai teori klasik yang ada hingga teori-teori kekinian yang ada merupakan sebuah perjalanan panjang bagaimana dunia pendidikan selalu berubah memberikan solusi terbaik dalam rangka membangun manusia yang mulia cerdas dan baik (good and smart). Beberapa teori yang akan diungkapkan secara ringkas antara lain :
1.1 Teori Perkembangan Kognitif oleh Piaget
Anak usia dini yang berusia 4 hingga 6 tahun berada pada tahapan berfikir preoperasional, yaitu tahapan di mana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis . Kata pra di sini menunjuk pada keterbatasan pemikiran anak . Namun demikian Anak sudah mulai mengenal simbol berupa kata-kata, angka, gambar dan gerak tubuh. Namun cara berfikir ini masih tergantung pada obyek konkrit dan rentang waktu kekinian, serta tempat di mana ia berada. Mereka belum mampu berfikir abstrak sehingga simbol-simbol yang konkrit sangat dibutuhkan untuk dapat dipahami mereka.
1.2. Teori Perkembangan Psikososial oleh Erik Erikson
Menurut Erikson Rentang usia 3 hingga 6 tahun tengah berada dalam tahapan Inisiatif. Menurut Erikson rentang inisiatif ini berada dalam perkembangan emosi. Peran guru sebagai pendidik mesti mampu menghadirkan emosi positif dalam mengiringi proses pendidikan. Hal ini akan membantu anak dalam mengelola konflik-konflik yang terjadi akibat benturan emosi positif dan emosi negatif dalam pergaulan sehari-hari mereka yang berhubungan antarmanusia dan lingkungannya.
1.3. Teori Sosio-Kultural oleh Vygotsky
Vygotsky (1896-1934) sangat setuju dengan adanya pesan budaya dalam proses pembelajaran di sekolah. Ia menyatakan bahwa kontribusi budaya, interaksi sosial, dan sejarah dalam pengembangan mental individual sangat berpengaruh, khususnya dalam perkembangan bahasa, membaca dan menulis pada anak.
1.4. Teori Perkembangan Moral oleh Kohlberg dan Thomas Lickona
Kohlberg sebagai pakar perkembangan moral, bertumpu pada teori Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan afektif (affective development) terjadi pada anak usia 1 hingga 5 tahun. Saat itu anak berada pada ”self oriented Morality”. Sebagai tahapan awal dari perkembangan moral kondisi ini merupakan “the Golden Rule” karena pada tahapan ini mulai tumbuh “mutual respect” pada diri anak. Kepada mereka mulai dapat dikenalkan sopan santun, dan perbuatan baik lainnya,
1.5. Teori Ekologi dan Kontekstual oleh Bronfenbrenner
Bronfenbrenner mengembangkan teori perkembangan anak yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kehidupan manusia. Ringkasnya teori ini mengatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh konteks mikrosistem (keluarga, sekolah dan teman sebaya), konteks mesosistem (hubungan keluarga dan sekolah, sekolah dengan sebaya, dan sebaya dengan individu), konteks ekosistem (latar sosial orang tua dan kebijakan pemerintah), dan konteks makrosistem (pengaruh lingkungan budaya, norma, Agama , dan lingkungan sosial di mana anak dibesarkan. Menurut Pandangan ini anak secara langsung mempersepsikan informasi yang ada di dunia sekitarnya.
2.Pengaruh Lembaga Pendidikan (Sekolah) Terhadap perkembangan anak usia dini
Sekolah memberikan pengaruh dan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan diri anak. Pendidikan yang di terapkan di sekolah dalam hal ini dipahami sebagai suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh seorang pendidik atau pengasuh anak guna mecapai tujuan yang telah ditentukan, atau mencapai kondisi yang lebih baik bagi anak.
2.1. Pengaruh Sekolah bagi perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan awal dan landasan bagi perkembangan aspek lainnya. Sebab perkembangan fisik akan memberikan pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi pengembangan aspek-aspek yang lain. Perkembangan fisik juga dianggap penting karena secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari.
Bentuk-bentuk layanan yang dapat diberikan untuk pengembangan fisik anak, antara lain:
1. Pemberian gizi yang memadai guna mendukung perkembangan fisik. Zat makanan yang mengandung gizi lebih banyak di butuhkan pada tahap Pertumbuhan yang cepat.
2. pemberian kesempatan unttk beraktivitas dan berpartisipasi guna menggerakkan otot dan anggota tubuh.
3. Penyediaan lingkungan yang positif dan kondusif bagi perkembangan fisik.
Pengaruhnya bagi perkembangan fisik anak adalah :
1. Fisik berkembang lebih baik, karena mendapatkan perhatian dan pemenuhan kebutuhan yang memadai.
2. Fisik berkembang lebih kuat, karena ada kesempatan yang leluasa bagi anak untuk beraktivitas dan menggerakkan otot dan
3. anak termotivasi untuk melakukan berbagai aktivitas ditengah lingkungannya yang bermanfaat bagi pengembangan fisik.
4. Anak terhindar dari hal-hal yang mengganggu dan membahayakan perkembangan fisik.
6. Mengefektifkan seluruh anggota badan agar bisa bekerja sesuai fungsinya
2.2. Pengaruh Sekolah bagi perkembangan moral
Perkembangan moral adalah perkembangan perilaku seseorang yang sesuai dengan kode etik dan standar sosial. Bentuk-bentuk pendidikan dan layanan yang dapat dilakukan untuk pengembangan moral anak antara lain:
1. Memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan sosial dan belajar apa saja yang diharapkan oleh anggota kelmpok dan masyarakat.
2. Memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan apa saja yang benar dan yang salah dan kemudian dijelaskan mengapa ini benar dan mengapa itu salah.
3. Mengembangkan keinginan anak untuk melakukan hal-hal yang benar.
4. menumbuhkan rasa malu dan rasa bersalah bila melanggar norma dan aturan yang beraku.
Pengaruhnya terhadap Perkembangan Moral anak antara lain ;
1.Anak mulai mampu melakukan interaksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekitar
2.Anak mulai mampu membedakan mana hal yang benar dan salah.
3.Terciptanya budaya malu untuk melanggar norma dan nilai.
2.3. Pengaruh sekolah bagi perkembangan emosional
Emosi adalah letupan perasaan yang muncul dari dalam diri seseorang baik bersifat positif maupun negatif. Pada usia ini anak sudah mulai menyadari bahwa aku berbeda dengan bukan aku. Bentuk-bentuk pendidikan yang dapat dilakukan untuk pengembangan emosional anak, antara lain:
1. Memberikan reaksi emosi yang positif terhadap anak guna pengembangan emosi positif.
2. melatih anak untuk mengembangan emosi positif.
3. Mengembangkan emosi positif sebagai emosi yang dominan.
4. melatih anak untuk mengendalikan emosi (katarsis emosi).
Pengaruhnya bagi perkembangan emosional anak, antara lain:
1. Anak mengembangkan emosi positif berdasarkan apa yang dia lihat, ia dengar dan ia rasakan.
2. Anak terlatih untuk mengembangkan emosi positif.
3. Anak mengembangkan emosi positif sebagai emosi yang dominan.
4. Anak terlatih untuk mengendalikan emosi dan menetralkan emosi(katarsis emosi)
5. Anak mampu meredam gejolak emosi.
2.4. Pengaruh sekolah bagi perkembangan intelektual anak
Kemampuan intelektual adalah kemampuan untuk memahami sesuatu. kemampuan iniperlu dilatih dan distimulasi sejjak dini agar dapat berkembang secara optimal.
pengembangan intelektual anak antara lain:
1. memberikan stimulasi positif bagi pengembangan intelektual anak sesuai dengan tahap pengembangannya.
2. melatih dan membimbing anak untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya.
3. Menanamkan konsep positif terhadap apa saja yang dikenal dan diketahui oleh anak.
4. Menghindarkan hal-hal yang dapat menghambat dan merugikan perkembangan intelektual anak.
Pengaruhnya bagi pekembangan intelektual anak antara lain
1. Anak mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya secara lebih baik.
2. anak memiliki konsep positif terhadap apa saja yang dikenal dan diketahui.
3. Anak mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki sesuai dengan kemampuan yang ada.
D.RANCANGAN SEKOLAH YANG TEPAT UNTUK ANAK USIA DINI
Pada umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Selain itu, Kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya terjadi dalam bentuk permainan . Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, Penguasaan kosa kata anak akan meningkat .
Dengan adanya tugas perkembangan yang diemban anak-anak, diperlukan adanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak yang selalu “dibungkus” dengan permainan, suasana riang, enteng, bernyanyi dan menari. Bukan pendekatan pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat, apalagi dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan pembiasaan yang tidak sederhana lagi seperti paksaan untuk membaca,menulis, berhitung dengan segala pekerjaan rumahnya yang melebihi kemampuan anak-anak.
Salah satu hal yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan perkembangan kecerdasan anak adalah suasana keluarga dan kelas yang akrab, hangat serta bersifat demokratis, sekaligus menawarkan kesempatan untuk menjalin hubungan sosial melalui interaksi yang bebas. Hal ini ditandai antara lain dengan adanya relasi dan komunikasi yang hangat dan akrab. .
Pada masa usia 2 – 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang membutuhkan kemerdekaan dan perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa ingin tahu yang besar dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Guru hendaknya memberikan jawaban yang wajar.
Perlu diingat juga bahwa minat anak pada sesuatu itu tidak berlangsung lama, karena itu guru harus pandai menciptakan kegiatan yang bervariasi dan tidak menerapkan disiplin kaku dengan rutinitas yang membosankan. Anak pada masa ini juga akan berkembang kecerdasannya dengan cepat kalau diberi penghargaan dan pujian yang disertai kasih sayang, dengan tetap memberikan pengertian kalau mereka melakukan kesalahan atau kegagalan. Dengan kasih sayang yang diterima, anak-anak akan berkembang emosi dan intelektualnya, yang penting adalah pemberian pujian dan penghargaan secara wajar.
Untuk memfasilatasi tingkat perkembangan fisik anak, pada Sekolah perlu dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat keterampilan lainnya. Bermain yang terlihat sebagai kegiatan sederhana ternyata berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bahasa, logika, matematika, sosial, bodi kinestetik, musical, interpersonal dan kemampuan naturalis secar integral. Selain itu Bermain juga membantu anak meredam ketakutan dan stress yang muncul akkibat tekanan dan aturan lingkungan.
Secara Rinci Rancangan Sekolah yang tepat untuk anak usia dini di deskripsikan sebagai berikut:
1. Rancangan Program
Program yang diterapkan harus terarah dan sesuai dengan kelompok usia anak sehingga dapat mengoptimalkan perkembangan anak secara fisik (physical development), perkembangan intelektual (intellectual development), perkembangan sosial-emosional (social-emotional development) maupun optimalisasi kemampuan anak dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan keinginannya (language development). Pada usia prasekolah, tingkat perkembangan masing-masing anak berbeda. Keempat perkembangan dasar tersebut harus distimulasikan secara seimbang dalam bentuk kegiatan “belajar sambil bermain” dalam proses yang komunikatif dan penuh kasih sayang, sehingga anak-anak merasa betah di sekolah.
Program prasekolah akan makin lengkap jika ada program kunjungan (excursion) ke tempat-tempat yang menarik, seperti pengenalan alam dan binatang. Hal ini penting untuk menambah wawasan dan mengembangkan imajinasi anak
2. Rancangan Aktivitas
Dalam usia prasekolah, anak-anak umumnya cepat bosan pada aktivitas yang diberikan. Aktivitas sebaiknya dirancang bervariasi dalam bentuk indoor activities (di dalam ruangan) dan outdoor activities (di luar ruangan). Aktivitas di dalam ruangan difokuskan untuk melatih konsentrasi, menstimulasi daya imajinasi dan menumbuhkan kreativitas serta logika berpikir anak. Selain itu, indoor activities bermanfaat untuk melatih disiplin anak dalam kebiasaan sehari-hari, seperti membiasakan merapikan mainannya sendiri, makan sendiri, mengangkat piring makannya ke trolley yang telah disediakan (dikenal dengan pendekatan Montessori).
Aktivitas di luar ruangan difokuskan untuk optimalisasi perkembangan fisik dan sosial-emosional anak, seperti berlari, bermain ayunan, perosotan, bermain pasir, melatih anak untuk bersosialisasi dengan sesamanya, dan bermain air di kolam renang yang juga merupakan aktivitas yang sangat digemari anak. Suasana yang nyaman dan menyenangkan akan membuat anak-anak tidak cepat bosan dalam meniti hari-harinya
3.Rancangan Fasilitas
Fasilitas yang dimiliki, seperti gedung sekolah, ruang kelas, sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas anak. Pada usia prasekolah, merupakan saat anak-anak mulai menunjukkan kebolehannya melakukan sesuatu yang diinginkan. Keseimbangan fisik anak belum stabil, sehingga sering terjadi anak-anak terjatuh atau terpeleset saat bermain. Oleh karena itu, kegiatan prasekolah tidak dilakukan di gedung bertingkat untuk mengurangi risiko terjatuh di tangga yang dapat berakibat fatal terhadap perkembangan fisiknya. Selain itu sekolah harus di lengkapi dengan arena bermain.
Pada intinya Rancangan Sekolah yang tepat untuk anak usia dini adalah program yang bisa mengembangkan potensi anak. Dengan berkembangannya potensi maka anak memiliki bekal yang cukup untuk melanjutkan ke jenjang Pendidikan selanjutnya.
KESIMPULAN
Pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Rancangan Sekolah sangat berpengaruh pada perkembangan anak usia dini. Rancangan Sekolah harus berorientasi pada aspek-aspek perkembangan anak. Pada usia ini anak harus di berikan kesempatan bermain. Bermain sangat memiliki fungsi yang sangat berarti. Selain mampu mengembangkan aspek fisik anak, bermain juga mampu mengembangkan keseluruhan aspek perkembangan . contoh penyusunan Balok-balok yang bisa meningktakan kemampuan berfikir anak. Pada usia ini anak berfikir secara pra operasional. Oleh sebab itu pembelajaran jangan hanya menekankan agar anak mampu berfikir. Pembelajaran lebih berkesan apabila di sertai dengan gambar/ bentuk lain yang berhubungan. Hal ini akan memungkinkan anak untuk mengkorelasikan apa yang di pelajarinya dengan apa yang di lihatnya.
Sekolah anak usia dini harus di susun secara sistematis. Antara lain rancangan Programnya, rancangan fasilitasnya dan rancangan aktifitasnya. Dengan adanya rancangan yang tepat maka akan sangat mendukung perkembangan Intelektual, fisik, emosional, spiritual dan sosial anak. Selain itu pihak sekolah, dalam hal ini guru harus benar-benar memiliki kompetensi yang cukup dan mengetahui keadaan anak, dengan demikian Guru bisa memperlakukan anak dengan semestinya dan mampu memberikan timbal balik yang bisa membangkitkan dan mengembangkan potensi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita,2008. Psikologi perkembangan. Bandung. PT Remaja rosdakarya
Fajar, A Malik, 2005. Holistika pemikiran pendidikan. Jakarta. Raja grafindo persada
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan anak. Jakarta. Erlangga
Said mursi, Syaikh Muhammad,2004. Seni mendidik anak. Jakarta. Pustaka
Al-kautsar
Santrock, John W. 2007. Perkembangan anak. Jakarta. Erlangga
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung.
PT Remaja rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar