Pengaruh Film Terhadap Pembentukan Watak
Di era globalisasi seperti saat sekarang ini,perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi merupakan hal yang wajar. Berbagai produk teknologi selalu ditemukan dan dikembangkan. Pada hakikatnya berbagai produk tersebut bertujuan untuk memudahkan segala aktivitas manusia. Salah satu produk teknologi yang sering dikonsumsi masyarakat adalah televise. Berkembangnya produk televisi diiringi dengan semakin berkembangnya produk – produk film. Berbagai film dengan genre tertentu terus diproduksi seperti horror, komedi, religi, action, legenda dan sebagainya.
Siaran televisi memiliki daya penetrasi yang sangat kuat terhadap kehidupan manusia sehingga ia mampu mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dalam rentang waktu yang relatif singkat. Dengan jangkauannya yang begitu luas, siaran televise memiliki potensi yang luar biasa untuk dimanfatkan semaksimalbagi kepentingan pendidikan/pembelajaran. Dalam hal ini film – film anak – anak ditelevisi merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk penanaman budi pekerti.
Pendidikan budi pekerti sering diartikan dengan pendidikan akhlak. Budi pekerti dan akhlak merupakan dua istilah yang memiliki kesamaan essensi. Di dalam akhlak terkandung nilai – nilai budi pekerti, baik yang bersumber dari ajaran agama maupun dari kebudayaan manusia. Budi pekerti mencakup pengertian watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah laku baik dan buruk yang terukur oleh norma – norma sopan santun, tata karma dan adapt istiadat. Sedangkan akhlak diukur dengan menggunakan norma – norma agama.
Apa yang dihadirkan televisi bersifat audiovisual, sehngga sangat membantu pemirsa untuk cepat mengerti dan mencernakan pesan yang diterimanya. Dari layer televisi dapat dipahami lebih mudah dan mendalam. Karena siswa mendengar dan melihat pernyataan dari berbagai pihak yang langsung terlibat berikut gambaran visual yang menarik dan mengena urutan peristiwanya.
Dalam kaitannya dengan perkembangan psikolgis seseorang, maka kita ketahui bahwa watak merupakan resultante dari potesi kebaikan dan ketidakbaikan seseorang yang dibawanya sejak lahir dengan pengaruh – pengaruh lingkungan dalam pembentukannya. Pada usia muda kemenurutan anak sangat ditentukan oleh idolanya yang kemungkinan akan selalu dicontohnya, tanpa mempertimbangkan apakah itu baik atau buruk. Dalam pertumbuhan seorang anak, setiap tindakannya terkait dengan kecenderungan dan kemauan serta kehidupan emosional yang bersentuhan dengan faktor eksogen (lingkungan) yang sifatnya amat kompleks dan bervariasi. Salah satu faktor eksogen yang berpengaruh terhadap pembentukan watak dan pribadi seseorang adalah media yang berbentuk bacaan atau film. Berbagai nilai estesis, moral, sosial, kultur maupun teoritis melalui media tersebut sangat berpengaruh baik secara langsung maupun yidak langsung bagi seluruh perkembangan watak pribadi. Anak pada usia 8 tahun sampai dengan 18 tahun memiliki kepekaan terhadap pengaruh eksogen tersebut. Dengan demikian, dalam hal ini diperlukan perhatian dari pihak terkait terutama orang tua agar bisa lebih selektif dalam memilih setiap bacaan maupun tontonan film yang baik serta mendidik bagi anak sehingga bisa memberikan pesan positif yang bisa berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembentukan watak dan pribadi seorang anak, tentunya ini diharapkan agar tidak menimbulkan dampak yang negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
Namun pada kenyataan isi dari film – film yang terus diproduksi banyak bernilai negatif. Tidak dipungkiri bahwa hasil produksi film di Indonesia cenderung hanya bersifat entertainment belaka tanpa disertai unsur – unsure pendidikan. Seperti film – film horror dengan adegan – adegan vulgar. Tentu saja hal ini sangat berbahaya bagi anak – anak. Degra dari moral tidak bisa dibendung. Berbagai efek ditimbulkan dari film – film itu, seperti pembentukan watak kearah negatif. Ketika anak secara berkesinambungan terus mengkonsumsi film – film berbau vulgar maka akan terjadi pembentukan watak vulgar didiri anak. Berbagai perilaku menyimpang kemungkinan besar terjadi pelecehan seksual maupun penyimpangan lain.
Semua pihak perlu bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan – permasalahan , khususnya watak negatif yang dimiliki anak. Keluarga merupakan pihak pertama yang harus menanamkan nilai – nilai dan membentuk benteng pada diri anak. Orang tua harus jeli terhadap ap yang ditonton anak. Teknik filterisasi merupakan hal yang dapat dilakukan orang oleh tua. Orang tua harus mampu menyaring film – film apa saja yang pantas ditonton anak. Selanjutnya orang tua harus selalu memberikan nasehat secara terus menerus kepada anak agar berperilaku positif dan menghindari hal – hal yang berbau vulgar. Memang karena dalam mengubah pola perilaku anak tidak mudah terutama apabila anak sudah bergaul dengan dunia luar, namun dengan pola nasehat yang benar hendaknya bisa terjadi perubahan pada diri anak.
Selain itu pendidikan disekolah juga bisa dijadikan lomong atau binters terhadap nilai – nilai negatif yang menyerang anak. Pihak – pihak sekolah dalam hal ini tenaga pendidik perlu menanamkan pendidikan budi pekerti pada diri anak. Bukan hanya mengejar materi pelajaran. Perubahan paradigma pendidikan sangat diperlukan. Selama ini telah menjadi rahasia umum bahwa sekolah merupakan tempat mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi sebenarnya peran sekolah sangat luas dan lebih dari pada itu.
Semau usaha yang dilakukan pemerintah tidak akan mungkin tercapai apabila film – film seperti itu masih beredar dan masih mendapat izin tayang. Sudah seharusnya pemerintah bersikap tegas terhadap produksi film – film seperti itu. Lembaga sensor film yang sudah dibuat pemerintah harus bekerja semestinya. Berbagai batasan – batasan film perlu dibuat dan ditegakkan. Selain itu pola sanksi dan boikot film perlu dilakukan oleh semua kalangan. Hal ini bertujuan untuk menimbulkan efek jera bagi berbagai rumah produksi. Sekali lagi ditekankan bahwa segala macam upaya harus dilakukan secara terkait oleh semua pihak. Film – film berkualitas dalam artian nilai dan moral akan membentuk watak anak – anak Indonesia yang berkualitas juga.
Zuli Afrida Wati,
BK IVB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar