BAB I
PENDAHULUAN
Manusia
tidak dapat terlepas dari bahasa. Dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dapat membuktikan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain.
Semua manusia yang normal dapat menguasai
bahasa, sebab sejak manusia lahir telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk
mempelajari bahasa dengan sendirinya. Hal ini terlihat bahwa manusia tidak
memerlukan banyak usaha untuk berbicara. Orang yang dalam jangka waktu yang
lama terus menerus mendengar ucapan suatu bahasa, biasanya ia akan bisa
mengucapkan bahasa tersebut tanpa adanya instruksi khusus atau direncanakan.
Pembelajaran bahasa merupakan aspek penting
dalam kehidupan manusia sebagai pencapaian fitrah. Walaupun menurut teori
manusia dapat berbahasa hanya dengan melihat bagaimana orang berkomunikasi
namun tentunya pengajaran bahasa yang baik perlu diberikan kepada anak. Dengan
perkembangan zaman yang begitu pesat sehingga mengubah budaya masyarakat dalam bertutur
kata tentunya juga akan berpengaruh pada pembelajaran bahasa anak baik itu
pengaruh positif maupun negatif. Oleh sebab itu pada makalah ini akan
dijelaskan bagaimana pola pembelajaran bahasa, aspek-aspek penting pembelajaran
bahasa hingga pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bahasa
Tingkah laku yang sangat jelas yang membedakan antara manusia dengan
binatang lainnya adalah kemampuannya berbahasa. Walaupun itu dapat dibuktikan
dalam situasi hubungan yang terkontrol, dimana sedikit sekali binatang yang
bisa berfikir, mempelajari konsep, mengatasi masalah, maka bahasa sering
disebutkan sebagai keistimewaan pembedaan manusia. Bloch and Trager dalam
Amsal Bakhtiar (2008:176), mengatakan bahwa: “a Language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a
social group cooperates (Bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi
yang arbiter yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk
berkomunikasi).
Bahasa berhubungan
erat dengan pikiran dan problem solving.
Pemikiran lebih mencerminkan keragaman kecerdasan. Kegiatan daya pikir
dihasilkan dari kemampuan kita menggunakan simbol dan konsep serta cara baru
dan berbeda dengan tujuan mencari solusi. Kepentingan berfikir adalah suatu
bukti nyata dalam kegiatan sehari-hari. Manusia disarankan untuk berhati-hati
dalam berfikir, kadangkala kita harus berfikir cepat, secara sistematis atau
jelas dan kadangkala hanya untuk berfikir semata. Secara mendalam pada
kepentingan pengembangan pemikiran terpaku pada moto Think! yang digunakan secara internasional. Pada lapisan
masayarakat yang sama, kepentingan berfikir dibuktikan dengan kenyataan yang
sering diucapkan dalam pendidikan.
Pendidik boleh
mendesak peserta didik untuk berfikir lebih terang tanpa pengertian yang
komplit, dan bagaimana cara mengaitkan dengan kegiatannya. Walaupun pendidik mempunyai
satu pengartian nyata yang dapat diterima peseta didik, namun bagaimana
acaranya untuk membantu peserta didik menulis secara sistematis dan bicara
lancar, itu merupakan tingkat kesulitan tersendiri agar seseorang bisa berfikir
logis. Hal ini disebabkan oleh berfikir berkaitan dengan kegiatan yang
tersembunyi, meskipun kita tidak langsung mengamati atau mengukurnya,
sebaliknya menulis dan bicara adalah cara bahasa yang langsung dapat diamati.
Banyak dari
hasil pikiran kita ditujukan untuk problem
solving yang praktis. Tentu saja anda lebih suka menganggap kebiasaan,
keterampilan dan rutinitas yang lama tidaklah cocok untuk tugas yang baru.
Dalam hal ini diharuskan menyelidiki dan mencari solusi yang baru. Lebih jauh
lagi, ukuran pemikiran dari kejadian yang relatif sederhana ke kejadian yang
agak kompleks. Jika berada dalam satu kelompok dan diminta pendapat tentang
banyak hal seacara langsung anda memberikan contoh yang banyak. Ini mencerminkan
proses kesederhanaan berfikir yang melibatkan asosiasi langsung antara beberapa
kategori konsep dan contoh-contoh yang langsung. Hanya ketika merasa lelah maka
contoh yang diberikan dimulai dari segala kemungkinan. Barangkali akan mulai
dari kategori pohon yang selalu berdaun hijau, yang daunnya selalu berganti dan
beberapa kategori yang tumpang tindih seperti tumbuh-tumbuhan tropical dan kategori lainnya. Aspek
pemikiran ini mencakup dua tahap proses, dimana kata-kata yang spesifik hanya
terucap setelah anda memikirkan dua kategori atau lebih. Kesimpulannya bahasa,
pemikiran, dan problem solving berkaitan erat satu sama lain.
B. Ciri-Ciri
Bahasa
Bahasa adalah
alat dasar bagi manusia untuk berpikir. Jean Piaget, ahli ilmu jiwa
berkebangsaan Swiss telah membuat suatu analogi penting, menjelaskan bahwa
bahasa adalah satu-satunya alat untuk bepikir sebagaimana matematika terhadap
pelajaran Physics. Seperti kita
memakai matematika untuk alat dalam fisika, biasanya bahasa lahir untuk sebuah
relasi yang sama pemikirannya.
Bahasa disusun
dari gabungan kata-kata sesuai dengan peraturan-peraturan tertentu.kata-kata
itu sendiri melambangkan simbol yang disusun berdasarkan bunyi huruf hidup dan
huruf mati. Bunyi-bunyi ini dinamakan phonemes dan melambangkan unit dasar dari
bahasa.
Pada level yang
lebih umum bahasa melambangkan sistem utama dari simbol yang cocok bagi manusia
untuk berkomunikasi. Sistem simbol ini adalah jalan lurus yang tersedia.
Misalnya orang tuli berkomunikasi dengan bahasa isyarat, anak kecil berhitung
dengan mengacungkan jarinya, rumus matematika menyampaikan informasi dan
tanda-tanda untuk perasaan. Semua tanda-tanda ini dalam bentuk perasaan yag
mengau pada arti. Mereka menyediakan beberapa jenis informasi yang secara timbal
ada respon dari orang lain. Simbol ini
melambangkan “peace” tetapi simbol
tidaklah damai/peace itu sendiri.
Agaknya simbol itu berdiri hanya untuk konsep dari peace dan pengharapan untuk
damai bagi seseorang yang memakainya. Dia merupakn suatu kumpulan perasaan dan
sikap bagi pemakai simbol juga menjelaskan arti.
1. Fungsi Bahasa
Bahasa sebagai simbol yang
sangat penting bagi manusia menyajikan empat fungsi yang bisa dikenal yaitu:
a)
Bahasa dapat
dijadikan alat bantu dalam bentuk tata cara berbahasa yang menuntun langsung
pada faedahnya. Misal, anak-anak kecil
boleh belajar dengan mengatakan “please”
sehingga mereka mendapatkan hadiah berupa permen atau kue dari orangtuanya. Permintaan
seperti “stop dan quiet” adalah alat bahasa yang
mengarahkan mereka kepada suasana yang tidak menyenagkan.
b)
Bahasa berperan
sebagai stimulus atau tanda-tanda untuk tingkah laku lainnnya. Ini menyatakan
bahwa bahasa membantu kita dalam berfikir dan mengetengahui dalam bertindak
yang pada akhirnya bisa mencapai kesuksesan sebagai bentuk dari “reward”.
c)
Bahasa berperan
sebagai suatu alat untuk berkomunikasi dengan yang lain. Tentu saja komunikasi
ini bisa langsung sukses sebagai penguatan sipembicara.
d)
Bahasa adalah
penyampaian arti
2. Kesatuan
Dasar dari Bahasa: Phonemes Dan Morphemes
Semua bahasa dibuat dari
suara-suara dasar yang dinamakan phonemes. Manusia dewasa bisa memproduksi
lebih kurang 100 phonemes dan dalam bahasa inggris terdapat 45 phonemes. Bahasa
bervariasi dalam jumlah phonemes, sedikitnya berkisar dari 15 sampai 85. Salah
satu alasan mengapa phonemes itu sulit untuk sebagian orang Amerika mempelajari
bahasa asing, karena phonemes yang berbeda dalam pemakaiannya. Contoh, bahasa
Jerman dan bahasa Slavic berisikan phonemes yang tak pernah dipakai dalam
bahasa Inggris.
Phonemes berdasarkan
urutannya diciptakan lebih kurang 12 dengan keistimewaan yang berbeda. Ahli linguistic yang berkebangsaan Romawi
yang bernama Jakobson telah mengonsep suatu keistimewaan yang berbeda dimana terdapatnya
perbedaan phonemes itu sendiri. Contoh, sebuah phonemes yang diberikan boleh
dibunyikan secara sengau atau lisan. Perbedaaan yang lain yaitu secara lantang
atau cenderung berbunyi berwatak dari beberapa bunyi seperti kita mengucapkan
huruf p atau f.
Unit lain dari bahasa adalah
morphemes yaitu suatu kesatuan arti yang paling kecil dalam bahasa. Morphemes
biasanya terdiri dari gabungan dua atau tiga phonemes dan secara acak cocok
pada kata-kata awal. Kata-kata “good, put
dan go” adalah morphemes tunggal.
“Goodness, putting, dan going” terdiri dari dua morphemes.
Morphemes tunggal bisa merupakan akar kata dari sebuah bahasa, mereka juga
terdiri dari awalan dan akhiran.
Anak-anak kecil yang berusia
lebih kurang dua tahun mulai menggabungkan dua kata untuk membentuk kalimat
yang belum sempurna. Gabungan dari kata-kata yang menjadi kalimat dianggap
sebagai sebuah syntax. Seorang anak kecil akan sering memakai kalimat seperti “want cookie, where ball, drink mommy” dimana
jelas sekali artinya untuk menyampaikan maksud. Kalimat-kalmat ini agak
sistematik, biasanya dimengerti oleh para orang tua, dan sama dengan kalimat
bahasa inggris orang dewasa, yang mana kata-kata yang tidak penting sering
ditinggalakan.
3. Level yang Lebih Tinggi
pada Analisis Ilmu Bahasa
Ilmu
yang mempelajari bunyi/suara yang
membentuk bahasa disebut phonology. dan ilmu yang mempelajari bagaimana bunyi
tersebut berkombanisai untuk menghasilkan morfem disebut morphology. Tapi para
psikolog lebih fokus pada analisis bahasa yang lebih global dari pada yang
berupa fonem dan morfem. Penelitian psikolog mengenai bahasa secara khusus
mengadopsi kata atau phrase sebagai
unit yang paling fundamental (pokok), dibandingkan dengan bunyi dasar.
Ada
beberapa level dimana analisis yang lebih dalam dapat dilakukan. Pertama, dapat
menganalisa kandungan lexical dari sebuah kalimat atau unit lain dari produksi
bahasa. Dalam melakukan sebuah analisis lexical, kamu hanya perlu bertanya
“kata-kata apa yang digunakan dalam contoh bahasa tersebut?”. Ini adalah
pendekatan dasar dari Thorndike dan Lorge yang menyusun frekwensi untuk
membedakan kata-kata bahasa inggris pada sample yang luas pada sebuah
materi/tulisan. Sebagai contoh para peneliti melaporkan bahwa frekwensi
rata-rata kejadian tiap satu juta kata pada teks untuk tiap sejumlah besar
kata-kata umum seperti kitchen/dapur
(lebih dari 100 kali tiap satu juta) dan kata aneh seperti rostrum (satu kali tiap satu juta). Informasi seperi ini sangat bermanfaat dalam memprediksi
kesenangan/kesukaan terhadap berbagai bentuk kata-kata yang dapat dipelajari
pada pola pembelajaran verbal .
Pada
tingkat lain, kandungan sintaktis dari bahasa teks mungkin bisa diselidiki.
Dalam pembelajaran sintaks, fokusnya adalah pada penyusunan atau penempatan
kata-kata untuk membentuk phrasa dan kalimat. Pertanyaan untuk tipe analisis
ini adalah “bagaimana phrasa atau kalimat ini disusun?” psikolog dan ahli
bahasa tertarik dengan teori sintaktis mencoba untuk menetapkan aturan-aturan
yang akan membatasi jumlah anatar penggunaan kalimat yang benar dan kalimat
yang salah secara gramatikal. Perangkat aturan ini mengidentifikasikan bahwa
elemen bahasa mungkin dikombinasikan untuk membuat kalimat yang dapat
dimengerti yang disebut sebagai grammar (tata bahasa). Walaupun sudah banyak
tatabahasa/grammar yang dikembangkan, ahli bahasa masih belum mampu merumuskan
aturan untuk system yang benar-benar kompleks yang bertujuan mengembangkan
semua kalimat yang benar secara sintatis dari bahasa inggris atau bahasa
lainnya. Sekarang ini sudah ada aturan mengenai cirri-ciri dari sebuah
tatabahasa yang baik
Level
yang paling penting dalam analisis bahasa adalah yang mempertimbangkan
kandungan semantik atau makna dari sebuah bagian tulisan (paragraf).
Perspektifnya terhadap hasil bahasa adalah dengan menanyakan pertanyaan
seperti, “ Apakah yang disampaikan oleh paragraf itu?” dan “ apa arti dari
kalimat utamanya?”. Sayangnya, psikolog dan ahli bahasa kurang mengetahui
mengenai aturan untuk menetapkan makna kata dan kombinasi kata serta mengenai
aturan sintaks dan morfologi. Tapi aturan yang baik pada semantik dapat
ditunjukkan dengan jelas pada sejumlah penelitian psikologis. Contohnya, ketika
subjek mendengar paragraph dari pidato, ingatan mereka terhadap kalimat setelah
penundaan singkat lebih sensitif untuk berubah dalam kandungan semantiknya
(contoh: pembalikan subjek-objek) daripada mengubah kandungan sintaktisnya
(contoh: merubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif).
4. Struktur Phrase Pada
Kalimat
Dalam rangka memahami
bahasa orang dewasa, sangatlah penting untuk memeriksa struktur kalimatnya.
Pada satu tingkat analisi kalimat bisa saja hanya dianggap sebagai seuntai
fonem. dan pada level lain sebuah kalimat diangap sebagai rangkaian morfem,
yaitu sekelompok fonem. Tapi pada sudut pandang ini kalimat dilihat sebagai
seuntai kata-kata. Ahli bahasa menemukan bahwa akan lebih bermanfaat jika
mendeskripsikan sebuah kalimat sebagai sebagai phrase, yaitu sekelompok kata.
Analisis sebuah kata
menjadi bermacam phrase mendeskripsikan struktur phrase pada kalimat. sebuah
kalimat disusun oleh dua phrase dasar, yaitu noun phrase dan verb phrase.
Berikut diberikan contoh kalimat sederhana, The
boy rode the bicyle (seorang anak laki-laki mengendarai sepeda). Noun phrase (phrasa benda) disusun oleh determiner dan noun(benda), dan verb phrase (phrasa kata kerja)
disusun oleh sebuah verb (kata
kerja) dan noun phrase, noun phrase yang terakhir juga disusun oleh determiner dan noun.
The boy rode
the bicycle
Kebanyakan kita akan mengucapkannya “ The boy – rode – the bicycle”, berhenti
sejenak setelah kata boy dan rode. Kita tidak mungkin mengucapkan “ The – boy rode – the bicycle” mengelompokkan
boy dengan rode atau “The – boy rode the
–bicycle” mengelompokkan boy, rode dan the. Pada pengucapan yang normal kita
mungkin mencari dan meraba-raba kata utamanya dan sehingga merubah titik
pause-nya, pendengar tetap dapat memahaminya.
5.
Struktur
Permukaan dan Struktur Dalam
(Surface Structure and Deep Structure)
Ahli bahasa membedakan antara struktur
permukaan dan struktur dalam.
Struktur permukaan dalam kalimat yang sebenarnya sebagaimana bunyinya dan
menggambarkan hubungan antar bagian-bagian kalimat, kebalikannya deep structure adalah makna dari kalimat
untuk perincian hubungan yang logis antar kata dalam kalimat.
Kalimat Joni melempar bola itu dan bola
itu dilempar oleh joni kedua kalimat ini memiliki struktur dalam yang sama walaupun
bunyinya berbeda. Tetapi jika kita melihat kalimat “Mereka sedang makan apel”.
Sedang makan bertindak sebagai sebuah kata kerja atau bisa juga memodifikasi
kata benda apel. Jadi deep structure
bisa beragam dalam kalimat yang sama tergantung kepada makna apa yang ingin di
sampaikan kepada di pembicara.
Untuk mengkajinya secara sintaksis,
contohnya dalam bahasa Indonesia, misalnya seseorang merasa tidak mengetahui
tentang suatu hal akan mengatakan
"saya
tidak tahu", atau
"tidak
tahu saya", atau sekedar
"tak
tahu"
Kesemuanya berterima dalam komunikasi.
Namun ketiga kalimat dalam lapisan atas tersebut, mengikuti aturan sintaksis
bahasa Indonesia yang berasas SPO, kesemuanya memiliki makna "Saya tidak
tahu" sebagai lapisan bawahnya, sifatnya pasti. Dalam lapisan atas, syarat
minimal kalimat tuntas, yaitu terdiri dari subjek, predikat, atau jika
diperlukan sebuah objek untuk kalimat transitifnya, bisa dihilangkan atau
dilesapkan. kemudian juga bisa mengubah tatanan sintaksis seperti kalimat
"tidak tahu saya" (subjek ada di belakang setelah predikat). namun
tidak menghilangkan asas fungsi dalam komunikasi alias tetap bisa dimengerti.
Surface
structure dan Deep
structure berhubungan dengan transformasi kaidah kata. Transformasi dalam
bahasa yakni didasarkan atas aturan yang
berlaku pada kalimat, dan transformasi mengizinkan kita untuk membentuk kalimat
sebagai bentuk ekspresi yang sama walaupun itu kalimat aktif atau pasif.
Contohnya “Ibu memasak kue” dan “Kue dimasak oleh ibu”, keduanya memiliki
perbedaan pada struktur kalimat namun sama pada deep structure.
Surface
structure pada sebuah kalimat diproduksi oleh aplikasi pada berbagai aturan
transformasi pada deep structure nya.
Contoh, kalimat pertama adalah transformasi aktif pada deep structure nya dan kalimat kedua adalah sebuah transformasi
pasif. Keberagaman perbedaan pada struktur surface
mungkin dihasilkan oleh kesamaan deep
structure.
C.
Beberapa
Isu/Persoalan Pada bahasa
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa
pokok persoalan pada bahasa yang meliputi perkembangan bahasa, bahasa dan
pikiran, bahasa pada binantang, perbedaan budaya pada bahasa, dan bahasa dan
otak.
1.
Perkembangan
bahasa
Perkembangan bahasa mengikuti urutan
secara wajar. Perkembangan bahasa pada bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan
orang tua tentunya akan berbeda. Permulaan bahasa diawali dengan celotehan yang
merupakan tipe dasar dari vokalisasi. Anak-anak sudah mulai memproduksi suara
sebelum usia 6 bulan namun celotehan secara jelas baru terlihat pada usia 6
bulan. Antara 6 dan 9 bulan bayi mampu memproduksi semua dasar dari suara yang
merupakan pondasi bahasa.
Pengeluaran suara pada usia-usia awal
akan dikontrol oleh orang tua. Untuk contoh apa yang diucapakan bayi pada
umumnya sering diulangi oleh orang tua. Respon ini disebut dengan “echoic response”. Pembelajaran bahasa
bukan hanya merupakan penguatan atas bunyi utama dan rangkaian namun bahasa
meliputi aspek perkembangan.
Membuat bunyi merupakan langkah awal
dalam mempelajari bahasa. Suara yang dikeluarkan merupakan gambaran atas objek,
symbol, dan kejadian yang terjadi
disekitar lingkungan anak. Suara. Anak-anak harus memperoleh pengertian atas
bunyi yang dikeluarkan. Anak harus mengasosiasikan symbol bunyi dengan
kejadian-kejdian yang terjadi dilingkungan. Anak-anak mulai terbiasa dengan
banyak aspek dari lingkungan sebelum ia belajar berbicara. Orang tuanya
merupakan stimulus; mainan, binatang peliharaan, dan hal-hal lain yang familiar
dengan anak-anak merupakan stimulus yang sudah familiar. Contoh jelas asosiasi
yakni anak harus mampu membayangkan sosok ibu dengan bunyi mama. Perkembangan
makna dimulai dengan menambahkan asosiasi antara objek dan kejadian di satu
sisi dan bunyi di sisi lain.
Bunyi utama yang diproduksi oleh anak tidak
terlepas dari faktor
kebudayaan (contohnya orang tua). Penguatan dapat diberikan kepada anak agar
anak mau memproduksi kata-kata yang baik. Contohnya orang tua mengajarkan anak
untuk mengatakan “tolong” ketika ingin meminta sesuatu. Contoh lain mengajarkan
anak untuk mengucapkan terima kasih ketika telah diberi sesuatu. Agar anak
mampu memproduksi kata-kata ini orang tua dapat memberikan hadiah.
Asosiasi antara bahasa dengan lingkungan
tentunya merupakan salah satu dari perkembangan bahasa. Ketika anak telah mempelajari kosa kata
yang belum sempurna untuk membentuk
kalimat. Pada mulanya
anak akan membentuk kalimat sederhana yang mungkin hanya terdiri dari dua kata.
Contohnya ingin minum atau ingin makan. Walaupun kosa katanya baru berkembang
kalimat-kalimat tersebut sudah mulai digunakan.
Walaupun anak mulai membentuk kalimat
yang kompleks dengan melihat bagaimana karakkteristik bahasa orang dewasa. Anak
harus tetap belajar membentuk kalimat dengan apa yang ia dengar. Tugasnya bukan
hanya memahami kalimat tetapi juga membentuk kalimat dengan aturan yang tepat
dan dapat dipahami oleh pendengar.
2.
Bahasa
dan Pikiran
Bahasa dan pikiran merupakan hal yang saling berkaitan.
Kemampuan anak untuk menanangi konsep adalah berhubungan dengan perkembangan
bahasa. Usaha yang paling tegas dalam menghubungkan bahasa dengan pikiran
terlihat dalam hipotesis relatifitas ilmu bahasa/linguistic yang dikembangkan oleh Benjamin Whorf. Yaitu berisi
bahwa struktur suatu bahasa menuju kearah satunya untuk membayangkan dunia
dengan cara yang khusus, cara yang dibedakan dari seseorang yang menggunakan
bahasa yang berbeda. Singkatnya bahasa seseoang menentukan pandangannya
terhadap dunia.
3.
Bahasa
Hewan
Mungkin selama ini kita sering bertanya,
apakah hewan mempunyai bahasa?. Jawabannya tergantung bagaimana definisi bahasa
itu sendiri. Hewan jelas berkomunikasi dengan yang lainnya, pada situasi ini hewan
dapat dikatakan memiliki bahasa. Walaupun demikian komunikasi tidak sama dengan
bahasa walaupun merupakan salah satu bagian dari bahasa.
Psikolog
banyak melakukan percobaan mengajarkan bahasa kepada simpanse. Setiap percobaan yang
dilakukan gagal karena disimpulkan bahwa simpanse tidak memiliki pita suara
seperti manusia. Oleh sebab itu cara berbeda pun diajarkan yakni dengan
menggunakan bahasa nonverbal. Bagaimana cara pengajaran kepada tuna rungu
diajarkan kepada simpanse. Seekor simpanse yang bernana washoe dapat diajarkan
lebih dari
150 bahasa isyarat. Sedangkan kepada simpanse lain yang bernama sarah diajarkan
plastic berwarna yang di pasang pada
papan di mana terdapat chip
untuk setiap kata. Untuk contoh
warna merah untuk pisang. Sarah belajar untuk menulis dengan menempatkan plastic berwarna tadi untuk membentuk
sebuah kalimat.
Dari percobaan tersebut terdapat dua
kesimpulan yang berbeda. Pertama simpanse telah mampu memproduksi kalimat
singkat yang merupakan salah satu criteria dari bahasa. Kedua simpanse tidak
memiliki bahasa karena karakter bahasa lainnya tidak ditampilkan.
4.
Perbedaan
Budaya pada Bahasa
Satu persoalan yang muncul dipermukaan
adalah bagaimana perbedaan individu pada bahasa dapat dijelaskan. Yang lebih
spesifik satu persoalan tentang perkembangan kebudayaan, regional dan perbedaan
etnis dalam bahasa. Seperti yang diketahui bahwa variasi dialek bahasa inggris
di amerika termasuk asosiasi dialek South, New England, New York City, Texas,
dan Midwest. Dialek Midwest merupakan dialek yang standard, pada umumnya digunakan
pada acara televisi dan radio. Sama halnya dengan orang-orang di bank North California
dan Appalachia yang berbicara dengan aksen abad 16.
Dengan perbedaan seperti ini sebenarnya
jangan terlalu dipersoalkan karena dialek yang diucapkan pada umumnya
tergantung pada budaya masing-masing. Kita hargai orang yang berbeda dialek
dengan kita sebagai suatu dialek yang memiliki caranya sendiri maupun aturannya
sendiri.
Kita contohkan di Indonesia. Jelas
berbeda bagaimana dialek bahasa Indonesia yang diucapkan oleh penduduk Jakarta
apabila dibandingkan dengan warga Sumatera Utara. Budaya akan berpengaruh pada
aspek dialek kebahasaan.
5.
Bahasa
dan Otak
Otak manusia terbagi menjadi dua belahan.
Setiap belahan menerima informasi dari indera tetapi setiap belahan menerima
informasi yang terpisah. Faktanya otak manusia
sangat berhubungan dengan bahasa. Pada kebanyak orang dewasa otak bagian
kiri mengonrol fungsi
bahasa yang meliputi bahasa lisan dan bahasa tertulis dan pemahaman informasi
verbal. Sedangkan otak sebelah kanan tidak mampu menghasilkan bahasa atau
kata-kata abstrak. Otak kanan berfokus pada pengenalan gambar dan pembelajaran
bentuk visual.
Pengetahuan kita tentang fungsi kedua
belahan otak berhenti pada apa yang disebut eksperimen split-brain (eksperimen pemisah otak). Pembagian otak biasanya
adalah hasil dari pembedahan yang memutuskan corpus callosum, Penghubung serat kedua belahan, dengan tujuan
untuk mengurangi gejala epilepsy.
Karena hubungan normal antara kedua belahan dihilangkan pada saat pembedahan,
sekarang pemgamatan fungsi tiap belahan dapat dilakukan. Keterlibatan keduanya
dalam perilaku berbahasa telah ditemukan. Contohnya, ketika pasien split-brain memegang sebuah benda ditangan kanannya, informasi sensori
akan dikirim menuju otak belahan kiri, dia mampu menamakan dan mendeskripsikan
benda itu. Kebalikannnya ketika pasien memegang benda ditangan kiri dan info
sensori disampaikan menuju otak belahan kiri, dia tidak mampu mendeskripsikan benda
itu secara lisan walaupun ia bisa mencocokan
benda
dengan yang sama persis dalam tugas pengenal.
D.
Teori
Pembelajaran Bahasa
Satu persoalan yang menjadi pertanyaan
adalah bagaimana cara belajar berbicara dan memproduksi bahasa. Pertanyaan
tersebut dapat dijawab dengan menggunakan 2 teori yakni pendekatan pembiasaan
dan pendekatan psikolinguistik.
1.
Pendekatan
Pembiasaan
Pendekatan pembiasaan dalam mempelajari
bahasa didasari atas prinsip dasar pembiasaan. Menurut pandangan B.F. Skinner
anak-anak yang belajar bahasa sama caranya dengan mereka mempajari semua tingkah
laku. Gagasan dasarnya adalah bahwa perilaku lisan/verbal seperti perilaku
diperoleh melalui penguatan dari respon verbal yang tepat. Skinner berpendapat
bahwa anak-anak meniru bahasa verbal yang diucapakan oleh orang dewasa
disekitarnya dan jika anak melakukannya dengan baik maka mereka akan diberi
hadiah.Contohnya seorang anak akan diberi hadian oeh orang tuanya jika ia
mengucapkan kata “anjing”.
Setelah
anak mengucapkan apa yang diajarkan oleh orang tuanya maka ia diberi hadiah
seperti kue, dan lain sebagainya.
Prinsip generalisasi dan perbedaan juga
berlaku pada pendekatan pembiasaan dalam pembelajaran bahasa. Misalnya saat
mereka belajar kata anjing, mereka mungkin mengira kambing dan kucing seperti
anjing sehingga mereka memanggil kedua hewan tersebut dengan anjing. Karena
memiliki cirri-ciri yang sama orang tua harus mengajari bagaimana membedakan
hewan-hewan tersebut.
Pendekatan pembiasaan dalam pembelajaran
verbal sangat sering kita lakukan terutama kepada anak-anak. Kita sering sekali
mengajak anak untuk
mengucapkan sesuatu, mengucapkan terima kasih atau mengucapkan kata-kata lain.
Berdasarkan teori ini anak mempelajari apa yang ia dengar dari orang yang lebih
dewasa. Bagaimana karakter lingkungan tempat anak tumbuh akan berpengaruh pada
tata cara berbicara maupun penguasaan kosa kata. Dikhawatirkan ketika anak
telah mengenal lingkungan yang lebih luas ia akan mendapatkan beragam kosa kata
yang ia dengar dari orang-oang disekitarnya termasuk yang berkonotasi negatif.
2.
Pendekatan
Psikolinguistik
Noam Chomsky sangat mengkritik teori
pembiasaan dalam pembelajaran bahasa yang dikemukakan oleh skinner. Menurutnya
anak belajar suatu perangkat aturan yang kompleks dalam pembelajaran bahasa,
walaupun mereka tidak bisa menjelaskan aturan tersebut. Terlebih lagi, anak
belajar aturan ini tanpa perlu memiliki seseorang untuk mengajari mereka dalam formal sense, dam mereka belajar aturan
ini di usia
yang sangat muda. Menurut psikolinguistik kemampuan untuk mengembangkan sebuah
aturan abstrak untuk menghasilkan bahasa adalah unik untuk manusia.
Pendekatan
psikolinguistik menekankan pada perbedaan antara surface dan deep
struktur. fokusnya adalah bagaimana manusia mampu menghasilkan kalimat yang
unik dan asli yang belum mereka dengar atau baca. Menurut salah satu teori
Chomsky, kita mempelajari dua perangkat aturan, satu yang berhubungan dengan surface struktur bahasa dan satunya lagi
dengan deep struktur bahasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa memainkan peranan yang penting dalam
pembelajaran. Adapun fungsi-fungsi bahasa antara lain: bahasa dapat dijadikan
alat bantu dalam bentuk tata cara berbahasa yang menuntun langsung pada faedahnya,
merupakan nilai stimulus, sarana untuk berkomunikasi, dan sarana untuk
menyampaikan makna. Unit dasar dari bahasa adalah phonemes dan morphemes.
Kalimat dipengaruhi oleh dua hal yakni struktur permukaan dan sturktur dalam. Selanjutnya
tentang isu-isu dalam bahasa diantaranya dibicarakan tentang perkembangan
bahasa, bahasa dan pikiran, bahasa hewan, perbedaan budaya pada bahasa, dan bahasa dan otak. Kesemuanya itu tentunya harus dipahami oleh setiap
manusia terutama pendidik dalam mengajarkan bahasa. Mempelajari bahasa tentunya
tidak terlepas dari teori-teori
pembelajaran bahasa yakni teori pembiasaan dan teori psikolinguistik. Menurut
teori pembiasaan anak mempelajari bahasa dari orang-orang yang ada di
sekitarnya, teori ini juga berbicara tentang pemberian hadiah jika anak mampu
mengucapkan sebuah kalimat. Teori psikolinguistik berpendapat bahwa
anak belajar suatu perangkat aturan yang kompleks dalam pembelajaran bahasa.
B. Saran
Kepada
pembaca khususnya calon-calon pendidik atau pendidik diharapkan
untuk terus meningkatkan kompetensi dan wawasan yang berhubungan dengan bidang psikologi belajar,
hal ini dikarenakan dalam
membelajarkan peserta didik tentunya harus diketahui dulu bagaimana
konsep-konsep tingkah laku dalam pembelajaran sehingga dapat digunakan
pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai.
KEPUSTAKAAN
Desmita. 2008. Psikologi perkembangan.
Bandung. PT Remaja rosdakarya.
Ellis, H.C. 1978. Fundamentals of Human Learning, memory and cognition. Iowa. W. C. Brown Co.
Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta.
Rineka Cipta.
Thomas, Linda, dkk. 1999. Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan (Alih
Bahasa Sunoto, dkk). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
terimakasih untuk informasinya.
BalasHapusYou should see how my buddy Wesley Virgin's autobiography begins with this SHOCKING and controversial VIDEO.
BalasHapusWesley was in the military-and shortly after leaving-he unveiled hidden, "self mind control" tactics that the government and others used to get whatever they want.
As it turns out, these are the exact same secrets lots of famous people (especially those who "come out of nowhere") and the greatest business people used to become wealthy and successful.
You probably know that you use only 10% of your brain.
That's really because most of your BRAINPOWER is UNTAPPED.
Maybe this thought has even taken place IN YOUR very own brain... as it did in my good friend Wesley Virgin's brain around seven years back, while riding an unregistered, beat-up garbage bucket of a car with a suspended driver's license and with $3.20 on his debit card.
"I'm absolutely fed up with living paycheck to paycheck! When will I finally succeed?"
You've been a part of those those types of conversations, right?
Your own success story is waiting to start. Go and take a leap of faith in YOURSELF.
Take Action Now!