Pages

Jumat, 15 April 2011

METODOLOGI PEMBINAAN AKIDAH TAUHID


BAB I 
PENDAHULUAN

Di dalam kehidupan dunia ini, manusia tidak luput dari kesalahan dan kehilapan, justru manusia itu harus bertobat dan meluruskan niat dengan tekad bulat, bahkan di zaman permulaan Islam, sudah mulai juga terjadi penyelewengan-­penyelewengan aqidah, yang dalam istilah agama disebut dengan riddah (berbalik atau putar haluan).
Penyelewengan aqidah tauhid itu banyak bentuknya, semua kegiatan tersebut membawa dampak negatif bagi umat Islam (pelaku khususnya). Melihat kepada bentuk, dosa-dosa itu ada tiga bagian: pertama dosa kecil, yaitu seperti salah lihat, salah dengan, salah raba dan lain sebagainya ini bisa terhapus oleh pahala yang dilakukan,  yang kedua adalah dosar besar, ini harus bertaubat baru terhapus. Dan ketiga dosa yang tidak diampuni oleh Allah SWT, yaitu syirik, durhaka kepada kedua orang tuayakni krtika ajal baru menjelang baru bertaubat. Dosa tesebut selain tidak diampuni maka Allah melarang memintakan ampun untuknya.
Oleh sebab itu telah dijelaskan dalam hadis, bahwa Rasulullah itu diutus kedunia hanyalah untuk menyempurnakan ahlak (baik dari segi Aqidah maupun ibadah). Sedangkan dalam ayat dijelskan mengenai tugas pokok Rasulullah Saw, diantaranya adalah menyampaikan ayat-ayat ilahi, mengajarkan kitab suci dan hikmat (ilmu pengetahuan), dan mensucikan membersihkan rohani manusia. Unutk lebih memperluas pengetahuan kita, mari ikuti uraian selanjutnya.






BAB II
PEMBAHASAN
METODOLOGI PEMBINAAN AKIDAH TAUHID

A. Pengertian Metodologi Pembinaan Akidah Tauhid
Metodologi berasal dari kata, "metodos" yaitu cara atau jalan dan "logos" yaitu ilmu. Jadi metodologi ialah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara/jalan atau metodologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.
Akibat menurut bahasa, akidah berada dari bahasa Arab, aqada-ya-gidu-ugdatan-wa aqidatan, artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi tempat bagi hari dan hatu nurani terikat kepadanya.
Sedangkan menurut istilah akidah adalah suatu pokok atas dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya, maka yang dimaksud dengan akidah islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenaranya oleh setiap muslim berdasarkan dakil nagli dan aqli (nash dan akal).
Sedangkan dasar dari akidah islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Di dalam Al-Qur’an banyak disebut pokok-pokok akidah, yakni keimanan, maka akidah disini identik dengan keimanan[1].  
Sedangkan pengertian Tauhid adalah diambil dari bahasa arab yaitu wahhada yuwahhidu yang secara etimologisn berarti keesaan  yakni percaya bahwa Allah SWT itu adalah satu.
Jadi akidah tauhid adalah keyakinan atau iman yang kuat bahwasanya tiada Tuhan selain Allh tempat kepatuhan dan ketaatan.[2] Atau dapat kita simnulkan bahwa metodologi pembinaan akidah tauhid ialah suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara kita untuk tetap mempercayai dan meyakini kabenaran serta keesaan Allah Swt dan hati nurani manusia sesuai dengan ajaran Islam yang berpedoman kepada Al-Quran dan Al-Hadits.
Pada dasarnya keinginan manusia bergerak menuruti petunjuk pengetahuan yang paling dominan dalam jiwanya.pengetahuan yang dominan dalam jiwa merupakan sekumpulan keyakinan dalam hidup. Misalnya, kenapa kita tidak meletakkan kedalam api? Jawabannya adalah bahwa setelah kita pengetahuan tentang api, maka pengetahuan tersebut megarahkan kehendak kita untuk mengambil sikap terhadap api. Kita menjadi yakin bahwa api itu membakar. Dan jika ia membakar akan membawa dampak negatif terhadpa diri kita.
Dalam hal ini, betapa pentingnya pengetahuan dalam rangka memberikan suatu kemaslahatan atau menghindari segala bentuk kemudharatan. Jika suatu pengetahuan yang dominan melekat dengan mantap kedalam jiwa, maka hati kita akan merasa tentram, insyaallah akidah pun menjadi mantap[3].
Tujuan akidah islam bagi setiap muslim adalah
a.       Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan sejak lahir
b.      Memelihara manusia dari kemusrikitan
c.       Menghindar diri dari pengaruh akal yang menyesatkan.[4]

B. Hal-Hal Yang Mempengarui Akidah Tauhid
Penyelewengan akidah tauhid itu banyak sekali bentuknya, tapi negeri kita ini yang dianggap paling berbahaya ada empat, yaitu: “paham syirik, tawasul dan paham kebatinan”.

l. Paham syirik
Setiap orang beriman harus membasmi paham ini. Hal inilah yang dilakukan nabi-nabi zaman dahulu, dan semua itu tidaklah sedikit halangan serta rintangan yang mereka hadapi.
Dosa orang-orang syirik tidak akan diampini oleh Allah SWT. Tidak boleh dimintakan ampunannya oleh siapa saja, bahkan oleh nabi sendiri sekalipun. Oleh sebab itu, sudah menj adi kewaj iban kita sebagai orang yang beriman untuk menumpas paham syirik ini sampai keakar-akarnya. Allah Swt berfirman:
Artinya: "sekalipun dimintakan ampun (bagi orang yang syirik) tujuh puluh kait, namun Allah tidak akan mengmpuninya. " (At-Taubah:80)
Da1am Islam, orang musrik itu tidak boteh diangkat menjadi seorang pemimpin, tidak boleh diperintah oleh orang musyrik, Allah juga telah menjelaskan bahwa jenazahnya tidak boleh disembahyangkan. Firman Allah :
Artinya: "dan janganlah sekali-kali kamu menyembayangkan jenazah orang yang mati diantara mereka (musyrik) dan jangan berdiri diatas perkutiurannya". (At-Taubah:84)
Terhadap mereka yang musyrik, setiap orang yang beriman harus bersikap tegas dalam hal akidah. Kalau dalam segi muammalah yakni dalam pergaulan sehari-hari, atau sama-sama jadi buruh dalam pabrik, atau sama-sama pegawai dalam sebua.h kantor, dan sebagainya. Maka hal ini tidak menjadi suatu permasalahan[5]
Sekarang mari kita tinjau pula apa yang terjadi dalam masyarakat orang arab jahiliyah. Sebelum Rasulullah lair mereka beranggap bahwa semua bintang-bintang dilangit mempunyai Tuhan-tuhan tersendiri, dan tiap-tiap suku di Mekah waktu itu mempunyai bintang-bintang tertentu.
Kemudian anggapan bahwa Tuhan itu lebih dari satu dan anggapan bahwa Tuhan itu mempunyai anak, maka ini semua adalah syirik.
Setiap orang beriman harys merasa terpanggil untuk membetulkan akidah yang salah ini, itulah sebabnya ditingkatkan keimanan dan dakwah. Dakwah itu bukan hanya melalui media dakwah saja, melainkan banyak cara yang bisa dilakukan untuk berdakwah.
a.  Hal-hal yang termasuk syirik
Setiap yang beriman harus mengetahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari ada hal-hal yang oleh Allah dinyatakan dalam Al-Quran termasuk syirik, diantaranya adalah:
-        Berhakim kepada Thaghuf
Berhakim kepada thaghuf maksudnya ialah apabila memutuskan suatu permasalahan atau sengketa dengan hukum buatan manusia, bukan dengan Al­quran dan Hadis Rasulullah Saw. Firman Allah
Artinya: ".... Mereka masih berhakim kepada thaghuf , padahal mereka telah diperintahkan mengingkari thaghuf itu, dan syaitan hendak menyesatkan untuk selama-lamanya. (An-Nisa' :60)

-    Memakai jimat
Artinya: hadis dari Uqbah bin Amir r.a berkata:
Bersabda Nabi Saw, "siapa saja yang menggantungkan tamimah maka Allah tidak akan menyempurnakan (menyembuhkan). Dan siapa yang menggantungkan wada'ah maka Allah tidak akan meninggalkannya (rawi: Ahmad). Dalam riwayat lain dikatakan, "siapa saja yang menggantungkan tamimah sesungguhnya dia adalah syirik".
Tamimah` artinya jimat. Biasanya digantungkan di leher, di tangan, di punggung, dan di tempat-tempat lainnya untuk tangkal penyakit, atau untuk mendapatkan keberkahan, dan lain-lain.
-    Menggantungkan tali leher
Menurut anak-anak muda pada zaman j ahiliyah, mereka merasa bangga bilamana dia membuhul jenggotnya, atau menggantungkan tulanglgigi binatang pada lehernya. Ini semua adalah kebiasaan-kebiasaan orang musyrik arab pada zaman jahiliyah.
-    Guna-guna (doa pekasih)
Guna-guna adalah perbuatan yang memakai jampi-jampi dan ramuan untuk mmbuat orang cinta padanya.
-    Meminta berkah kepada kayu atau batu
Latta dan Ulla adalah patung yang terdapat disekeliling ka'bah. Sedangkan Munah adalah patung yang terletak diatas bukit Saffa. Ketiga patung tersebut dijadikan tempat untuk meminta berkah oleh orang-orang musyrik arab pada zaman jahiliyah. Begitu juga dengan orang-orang yang memantau dibawah pohon kayu, atau diatas batu besar dengan membawa ayam, kemenyan, minyak nwangi untuk memanggil mahluk halus, dan lain sebagainya.
-    Bernazar kepada selain Allah
Bernazar kepada selain Allah umpamanya, seseorang megatakan : "kalau aku sembuh dari penyakit yang parah ini, aku akan menyembelih kambing diatas kuburan kiyai, atau misalnya aku akan mengantar makanan diatas pohon besar". -           Berlindung kepada selain Allah
Sabda Rasulullah; "siapa saja yang turun dari rumahnya maka bacalah doa yang berbunyi : aku berlindung dengan Allah yang firmannya sempurna dari keburukan apa yang dijadikan, tidak satu juapun yang dapat mendatangkan kemudharatan kepadanya sampai dia kembali kerumah itu. " (H.R. Muslim)
-    Minta hujan kepada bintang
Kebiasaan orang musyrik Mekkah, apabila pada musim kemarau dia satang kedukun, kemudian oleh dukun dibacakan jampi jampi meminta kepada dewa bintang supaya turun hujan. Ini semua adalah syirik.
-    Bersumpah kepada slain Allah
Bersumpah kepada selain Allah adalah syirik. Misalnya demi bulan, demi bapak/ibu, demi mbah dukun, dan sebagainya.
-    Tahayul
Ketika akan berpergian kemudian ada burung trbang disebelah kirinya maka orang tersebut tidak jadi meneruskan perjalanannya karena kalau tetap pergi alamat sial. Ini adalah salah satu contohnya.
Salah satu usaha untuk membasminya adalah dengan dimulai dari diri sendiri, berikut istri, anak-anak dalam keluarga.
Hal-hal yang harus dibasmi, antara lain ialah:
-  Sihir
Sihir yaitu jampi jampi untuk merusak orang yang disihir, ada yang dilengkapi dengan jimat /ramuan, dan ada pula yang tidak meminta kepada kekuasaan ghaib untuk merusak, misalnya untuk mendatangkan penyakit atau rt,,embuna oranb lain, atau meMbuat orang menjadi gila. Merusak orang dengan ilmu ghoib inilah yang dinamakan sihir.
-    Tenung dan mengundi nasib
Disamping sihir, maka tenung juga termasuk penyakit masyarakat yang sukar pengobatannya. Menurut kebiasaannya rata-rata pada zaman purba apabila ada mimpi yang ganjil-ganjil maka mereka menanyakan takwilnya itu kepada tukang tenung.

2. Tawasul wasilah
Tawasul ialah berdo'a kepada Allah dengan memakai perantara. Tawasul ada yang dengan perantaraan amal saleh, melalui perantaraan orang yang masih hidup, dan ada pula dengan perantaraan orang yang sudah meninggal. Hal yang terakhir inilah yang dilarang. Pada zaman dahulu, dalam agama-agama lama orang bertawasul atau meminta jepada yang ghoib yaitu dengan perantaraan dewa matahari, dewa bulan dan sebagainya.
Demikian juga nenek moyang kita pada zaman dahulu, yang hidup pada zaman animisme. Mereka menyembah kayu besar, batu-batu besar, tenpat-tempat yang dianggap mulia, sebab menurut mereka ini semua akan menolong menyampaikan dia atau permintaannya itu kepada yang mempunyai kekuasaan tinggi maha ghoib.
Akan tetapi bertawasul ini ada tiga macam, yaitu:
a. Bertawasul dengan amal shaleh
Didalam hadis diterangkan bahwa ada tiga orang yang terkurung didalam gua untuk bertawasul, berdo'a meminya kepada allah dengan menyebut amal-amal shaleh yang pernah mereka kerjakan itu. Bertawasul dengan amal shaleh adalah boleh, malah dianggap baik.
b. Bertawasul dengan setiap orang yang masih hidup
Ini juga boleh, umpamanya seseorang berdo'a dan orang-orang selebihnya itu meng-aminkan do'a yang dibacanya itu. Ini sering terjadi diwaktu mengadakan acara-acara seperti walimah, kenduri dan lain-lain.
c. Bertawasul dengan orang yang sudah meninggal
Yang ketiga ini hukumnya adalah haram karena berdo' a kepada selain Allah ialah syirik. Misalnya, minta kepada orang yang ada didalam kubur, meminta kepada mahluk halus, dan sebagainya.
3. Membasmi paham kebatinan
Diantara usaha-usaha yang harus dijalankan untuk memurnikan kembali akidah tauhid umat Muhammad Saw ialah dengan membasmi paham kebatinan. Paham ini terdapat pada setiap masa ditempat yang terpancar-pancar dalam dunia Islam, juga temasuk penyakit kronis dalam dunia Islam, penyakit yang tidak sembuh-sembuhnya sampai sekarang[6].

C. Metodologi Penerapan Akidah Tauhid
Kita merasakan yakin tentang keberadaan berbagai zat atau sifat di alam ini. Hati kita merasa tentram dengan keyakinan tersebut dan tidak merasa ragu sedikit pun. Sekalipun orang lain dengan berbagai upaya berusaha menumbuhkan keraguan dan menggoyahkan keyakinan kita, ia tidak akan berhasil, sebab sifat pengetahuan kita sudah meningkat, dari sekedar pengetahuan menjadi keyakinan yang meresap kedalam akal pikiran. Hal ini disebabkan oleh seringnya kita melakukan kegiatan mengenai berbagai hal wujud disekitar alam nyata.
Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin banyaknya dalil yang membenarkan pengetahuan yang kita miliki (sekalipun tidak terjangkau oleh indera), maka pengetahuan kita menembus tempat yang tedalam lagi terkokoh. Pada saat itu pula ia menjadi pengetahuan yang dominan dan pondasinya semakin kokoh. Jika pengetahuan telah tertanam kedalam jiwa, maka ia akan menjadi pembimbing segala perbuatan kita, maka hal itu dinamakan akidah yang senantiasa mengesakan Allah (akidah tauhid)[7]
  1. Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai bagaimana cara kita atau metode yang mesti ada untuk menetapkan akidah tauhid yakni kita harus mengerjakan beberapa hal, diantaranya:
a.       Memperdalam dan memperteguh keimanan
Salah satu yang harus diusahakan oleh setiap orang beriman ialah - memperdalaman memperteguh keimanan lman yang tidak goyang karena dirayu, dibujuk, digertak dan diancam akan dibunuh. Oleh karena itu setiap orang beriman harus meningkatkan kecintaannya kepada Allah Swt.
Artinya : "Dan orang-orang beriman itu sangat cinta kepada Allah" (Al-Baqarah:165)
Dalam kitabul iman, Ibnu Taimiah membagi keimanan itu menjadi beberapa tingkat, yaitu:
         Iman asal beriman, inilah imannya orang awam, iman tingkat orang yang paling bawah.
         Iman yang disebut ibadat, yaitu iman yang diikuti dengan sembahyang, puasa, zakat, haji, dan upacara-upacara agama lainnya.
         Iman yang disebut aibirri atau takwa, yaitu iman yang diikuti dengan ibadah dan mencampungkan diri kedalam masyarakat, misalnya membantu karib kerabat, fakir miskin, ibnu sabil, dan lain-lain.
         Iman yang disebut Al-Ihsan, yaitu iman yang diikuti dengan perasaan cinta yang mendalam kepada Allah Swt. Dimatanya Allah selalu terbayang-bayang dimanapun ia berada selalu mengingat Allah Swt.
         Iman yang disebut Mutawakkat, yaitu merupakan iman tingkat tinggi segala gerak-geriknya, hidup dan matinya hanya diuntukkan kepada Allah semata.


Hal-hal yang termasuk iman
a.     Sifat pemalu termasuk iman
Sifat pemalu bagi orang-orang yang beriman lebih tebal. Dia maiu mengerjakan segala perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt, dia malu namanya akan tercemar dan ternoda.
b.    Lebih cinta Allah dan Rasulnya termasuk iman
Orang-orang yang beriman itu hanya Allah yang dicintainya. Cintanya kepada Allah diatas dari segala cintanya kepada sala apa yang ada di dunia ini.
c.  Menyayangi saudara seagama termasuk iman
Orang beriman tidak boleh berpikiran picik, tidak boleh berdada sempit, tidak boleh berpengaruh oleh paham kebangsaan. Saudara seagama itu harus dipandang dari segi perasaan sayang, orang beriman itu harus ramah, rendah hati, dan sabar.
d.  Menghormati tetangga itu termasuk iman
Setiap orang beriman, tingkah lakunya sehari-hari selalu menyenangkan hati orang lain dimana saja ia berada, trutama terhadap tetangganya. Tetangga itu jangan dibiarkan lapar, kalau tetangga itu dalam kekurangan maka bantulah dia, kalau dia sakit maka kita wajib menjenguknyalmemberinya obat, dan lain sebagainya.
e.  Kebersihan termasuk iman
Orang beriman itu selamanya bersih, baik dari segi pakaian, anggota badan, tempat tinggal, dan lain-lain.
f.   Suci termasuk iman
Suci disini maksudnya adalah suci hati. Hati orang beriman itu harus bersih dari sifat-sifat tercela. Di dalam hati orang beriman itu harus dikeluarkan sifat takabbur, sombong, ria, dengki, dendam. Hati yang kosong itu diisi kembali dengan istighfar, zikir terus menerus kepada Allah Swt.
b.  Amalkan Al-Quran dan Hadist
Al- Quran itu bukan hanya sekedar untuk dibaca-baca saja, untuk dilagu­lagukan, dan untuk diperlombakan. Tapi ada yang lebih penting dari itu ialah mengamalkan, dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Mempraktikan Al-Quran dan Sunnah nabi itulah yang dimaksudkan dengan amal shalih.
1.     Iman dan amal shaleh itu harus sejalan, sebagai firman Allah:




Artinya : "orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (itulah yang menjadi) penduduk, di dalam surga itu mereka kekal selama­lamanya.(Al-Baqarah:82)
2. Orang yang beriman dan beramal shaleh itulah yang sebaik-baik umat.
Kalau orang beriman dapat mengamalkan isi Al-Quran dengan sesungguhnya, maka menurut pandangan Allah merekalah orang yang sebaik-baiknya diantara seluruh umat manusia yang hidup di dunia ini. Oleh sebab itu mengamalkan Al-Quran itu adalah penting.
3. Ikhlas dalam beramal
Yang penting dalam menegakan kalimatullah ialah bekerja dengan ikhlas yakni dengan mensucikan niat. Semua kegiatan yang dikerjakan itu harus hanya karena Allah semata.

4. Pembiasaan Tuhan itu jauh lebih baik
"Kebaikan apa saja yang kamu lakukan untuk dirimu, kamu akan memperileh (balasannya)dari Allah, yaitu yang Iebih baik dan paling besar pahalanya." (QS. Al- Muzami1:20)
5. Tidak usah takut mengenal rezeki
"Bahwa orang-orang beriman dan beramal shaleh itu, mendirikan shalat dan membayar zakat mendapatkan balasan dari Tuhan mereka. Karena itu tidak usah khawatir." (QS. Al-Baqarah:277)
6. Allah akan mencukupkan kebutuhannya
"Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, maka Allah akan mencukupkan kebutuhan mereka, dan Alah tidak sayang kepada orang-orang yang zalim." (QS. Ali Imran:57)
7. Dilarang berzina, judi, minum khamar, dan perbuatan maksiat lainnya Jika ayat-ayat dan hadis Rasulullah betul-betul diamalkan, maka tidak seorang pun akan melanggarnya.

c. Tegakkan keadilan
Usaha ketiga yang harus dijalankan dalam masyarakat Islam di negara kita ini ialah menegakkan keadilan yang di kemukakan oleh Al­Quran dan Sunnah nabi Saw.
(1)      Kembalilah kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kalau terjadi perselisihan atau persengketaan sesama muslim, maka selesaikanlah dengan hukum yang tercantum dalam Al-Quran dan As­Sunnah. Keadilan itu tidak terdapat dalam otak manusia; tetapi keadilan itu hanya terdapat dalam Al-Quran dan juga As-Sunnahnya.
(2)  Jadilah orang-orang yang menegakkan keadilan.
"Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah..." (QS. An-Nisa:135) Dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, setiap orang beriman tidak boleh takutdengan siapa pun juga kecuali Allah. Sasmpaikanlah kebenaran itu sekalipun pahit.
(3)  Seburuk-buruk orang ialah bersikap tidak mau tahu.
Dalam istilah agama orang ini disebut dayus, yaitu orang yang bersikap masa bodoh, tidak mau taho ana-ana yang terjadin sekelilingnya.
(4) Adil dalam segala hal[8].
d. Berahlak seperti ahlaknya Rasulullah Saw
Pernah orang bertanya kepada A'isyah tentang ahlak, budi pekerti Nabi Saw. Kata Aisyah, "ahlak Rasulullah itu adalah ahlak yang tercantum dalam Al-Quran. Rasulullah adalah seseorang yang tegas dan teguh dalam pendirian. Dalam segi aqidah dia tidak mau dibujuk-bujuk, tidak mau dirayu-rayu.
Berikut ini adalah cabang-cabanga keimanan yang dapat memasukkan seseorang ke dalam sorga :


(1).    Tidak ada toleransi dalam aqidah.
"Katakanlah: hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa­apa yang kamu sembah. Dan kamu jangan menyembah apa-apa yang aku sembah. Sedangkan aku tidak pernah menyembah apa-apa yang kamu sembah. Untukmu agamamu dati untukku agamaku." (QS. Al­Kafirun: 1-6)
(2).   Untuk menyempurnakan budi pekerti (moral).
Bersabda Nabi Saw, "Tidaklah aku diutus, melainkan untuk memperbaiki budi pekerti/ahlak (umat manusia).
Budi adalah keinsyafan batin yang terpancar dari lubuk hati nurani. Oleh sebab itu pandanglah saudara seagama itu dari segi perasaan sayang, apa-apa yang terjadi maka selesaikanlah sebaik-baiknya.
(3).   Bertasbih pada malam hari dan minta ampun kepada Allah Swt. "Mereka (sahabat-sahabat nabi) sedikit tidur pada malam hari, dan pada akhir malam mereka minta ampun kepada Allah Swt. (Adz­Zariat: 17-18)
Bertasbih, bertahlil dan zikir kepada Allah itu melembutkan hati dan menenangkan jiwa. Dari sinilah memancarkan sifat sabar, penghiba, pengasih, dan menghilangkan materi duniawi tapi tidak dalam artian melupakan dunia.
(4).   Jangan lupa terhadap diri sendiri.
Jetiap orang beriman harus pandai menjaga martabat diri. Oleh sebab itu, harus sesuai perkataan dan perbuatan.
 (5).   Dimulai dengan diri sendiri kemudian baru orang lain.
Dalam hal ini contoh yang paling baik adalah Rasulullah Saw.
(6). Balas jasa ayah dan bunda.


(7).     Berbicara dengan baik dan sopan.
"Janganlah disembah selain Allah, berbuat baiklah kepada ayah dan bunda, kepada karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin. Dan berkata kepada orang lain itu hendaklah baik (sopan). (QS. Al­Baqarah:83)
(8).    Makan yang halal dan baik.
"Hai sekalian manusia, makanlah apa-apa yang terdapat dibumi ini yang halal lagi baik, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena syaitan " adalah musuhmu yang nyata." (QS. Al­Baqarah:168)
(9).    Jangan berdada smpit dan bernafas pendek.
(10).  Sabar menyabarkan.
(11).Perhatikan riwayat hidup rasul-rasul.
Dalam usaha memurnikan akidah, ada orang yang pro dan kontra. Apabila kesedihan sudah sampai kepuncak, dan penderitaan yang tidak tertanggungkan lagi, maka ketika itu bacalah Al-Quran dan perhatikanlah riwayat hidup para rasul.
(12).  Mencintai sesuatu jangan berlebih-lebihan.
Artinya : "Boleh jadi sesuatu yang dibenci itu kiranya itulah yang lebih baik bagimu. (dan sebaliknya) boleh jadi yang engkau cintai itu kiranya ituiah yang buruk untukmu. Allah yang mengetahui (sesuatu itu) sedangkan kamu tidak mengetahuinya." (QS. Al-Baqarah:216)
(13).Jangan suka mengejek dan mencemooh
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengejek kaum lainnya ada kemungkinan orang yang diejek itu lebih baik dari orang yang mengejek..." (QS. Al-Hujarat:l l)
(14). Jangan mencari-cari aib orang lain.
"...Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain...". (QS.AI-Hujarat:l2)
(15). Janganlah berlaku khianat/hendaklah bersikap jujur.
Antara sesama muslim itu adalah bersaudara. Oleh sebab itu, janganlah berlaku khianat, jangan membohonginya, dan jangan pula merighinanya. Antara sesama muslim itu diharamkan memberi malu saudara sesamanya dihadapan orang banyak, mengambil harta bendanya, dan menumpahkan darahnya.
(16). Jangan congkaklbersikap rendah hati dan sederhana.
"Jangan memalingkan muka dari orang, dan jangan pula berjalan dipermukaan bumi ini dengan congkak. Bahwasanya Allah tidak senang dengan orang-orang yang sombong dan bangga. " (QS. Luqman:l8)
"Hamba-hamba Allah yang penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan dipermukaan bumi ini dengan sikap rendah hati, dan apabila ada yang menyapanya mereka menyatakan selamat." (QS Furqan: 63)
(17). Memuliakan tamu.
Bersabda Nabi Saw, "Siapa saja yang percaya kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamuya, memperhubungkan tali silaturrahmi, berbicara dengan baik atau lebih baik diam. " (Muttafaqun `Alqih)
2.    Jalan  yang dapat membina atau memantapkan Aqidah Tauhid (keyakinan manusia).
Banyak orang yang menganggap dirinya telah sampai pada derajat yang dapat menggerakan emosi dan mengarahkan prilakunya, padahal pengetahuan yang dimilikinya belum merasuk ke tempat yang terdalam pada jiwanya. Oleh karena itu, kita wajib menelusuri jalan ilmiah yang benar sehingga keyakinan akan sampai kelubuk jiwa. Jika jalan itu benar lagi pasti, maka akidah kitas dapat diterima. Ia layak berdiam di dalam lubuk hati yang terdalam, menggerakan emosi, membimbing prilaku kita.
Jika datang kepada kita suatu khayalan, angan-angan atau taklid buta, maka kita harus dengan tegas menolaknya. Kiya tidak boleh menerimanya dan tidak boleh menempatkannya pada posisi yang sama dengan "Bang Pengetahuan", apalagi menempatkannya pada posisi pusat akidah.
Selain itu juga, terdapat beberapa metode dalam pencapaian akidah tauhid dalam islam, yaitu[9]
a.       Doktriner yang bersumber dari wahyu ilahi yang disampaikan melalui Rasul-Nya, dan pesan Tuhan tersebut telah diabadikan dalam satu kitab Al-Quran yang secara oprasionalnya dijelaskan oleh sabda Nabi-Nya
Dengan metode ini, maka akidah islam mampu mencapai kepercayaan yang bersifat sam'iyat, yaitu kejadia-kejadian tertentu yang harus diyaicini kebeuaramya yang hanya di dapat dari sumber wahyu ilahi. Misalnya hari kiamat, surga, neraka, hisab dan sebagainya.
b.      Melalui hikmah dimana Allah mengarahkan kebijaksanaan dan kecerdasan berpikir kepada manusia untuk mengenal adanya Tuhan dengan cara memperhatikan fenomena yang diambil sebagai bukti­bukti adanya Tuhan melalui perenungan yang mendalam.
c.       Melalui metode ilmiah, yakni dengan memperhatikan fenomena alam sebagai bukti adanya Allah Swt.
d.      Irfaniah, yakni metode yang menekankan pada intuisi dan perasaan hati seseorang melalui upaya sulik (perbuatan yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu). Metode ini membagi alam menjadi dua katagori. Pertama alam nyata yang dapat diobservasi dan dieksperimentasikan oleh ilmu pengetahuan dan kedua adalah alam intuinisi yakni yang berkaitan dengan jiwa yang tidak mungkin ditundukkan dengan pengalaman. Metode irfani'ah banyak digunakan oleh kaum sufi yang mencari kebenaran Tuhan atau mencari ma'rifatullah dengan cara-cara tertentu, melalui pembiasaan penanaman intuisi / insting berdasarkan pengalaman amal ibadahnya.

D. Asas-asas pembinaan akidah (khususnya bagi anak).
Makin main dunia ini, tanggung jawab kepala rumah tangga dan keluarga menjadi bertambah berat. Secara hakiki, anak turunan yang kelak akan menjadi penerus bermula dari titipan ilahhi melalui orang tua (ayah dan bunda)[10] Sebagaiman perintah Allah dalam surat At-Tarahim:6
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluaragamu dari api neraka..." (QS. At-Tarahim:6)
Pendidikan berawal dari keyakinan atau ajaran agama yang didalam islam di sebut Akiduh Tauhid yang dengaii memiliki itu seseorwig aican vCrkoniral dari perbuatan yang menyalahi. Kemudian akidah tauhid itu selalu dipupuk oleh
ibadah yang teratur untuk menjaga agar kedisiplinan diri tetap mapan yakni sebagai modal dasar melaksanakan amal ma'ruf nahi munkar, dan modal utama merebut keberhasilan di segala bidang.
Asas-asa pembinaan akidah yang lain adalah:
  1. Pendidikan kalimat tauhid kepada anak.
  2. Mencintai Allah Swt dan merasa diawasi oleh-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya serta beriman kepada Qadha dan Qadhar.
  3. Mencintai Rasulullah Saw dan keluarga baginda.
  4. Mengajarkan Al-Quran kepada anak.
  5. Mendidik ketegu.han dalam akidah dan bersedia bekorban karenanya.
Sedangkan asas-asas pembinaan kemasyarakatan, antara lain:
a.       Mengajak anak mengliadiri majelis-majelis.
b.      Menyuruh anak menyelesaikan kerja rumah.
c.       Membiasakan anak mengucapkan salam.
d.      Menjenguk anak yang sakit.
e.       Memilih kawan yang baik untuk anak-anak.
f.       Melatih anak berniaga.
g.      Bermalam di rumah keluarga yang shaleh.
Mengenal pembinaan akidah tauhid ataupun ahlak, sebagaiman nabi Ibrahim memohonkan do'a.[11]
Artinya: "Ya Tuhan kami/ utuslah ketengah-tenhah mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka keterangan-keterangan Engkau (tanda-tanda Kebesaran-MU) dan megajarkan kitab, kebijaksanaan (ilmu) kepada mereka, serta yang mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau yang Maha Suci dan Bijaksana." (QS. Al-Badarah: 129)
Do'a nabi Ibrahim yang tulus itu akhirnya diperkenankan oleh Allah Swt , dengan mengutus Nabi Muhammad Saw, yakni untuk meneruskan ajaran yang telah disampaikan kepada Nabi Ibrahi. Lebih dari itu kemudian ditingkatkan lagi dengan fungsi yang lebih luas, yaitu:
a.       Berlaku diterapkan untuk umat manusia diseluruh dunia.
b.      Menjadi ajaran yang lebih dilengkapi sehingga menjadi sempurna (kamal).
c.       Pembawanya adalah nabi akhir zaman, tidak ada lagi nabi/rasul sesudahnya.
Dalam ayat yang telah diuraikan diatas , ada tiga pokok tiga Rasulullah Saw, yaitu:
  1. Membacakan ayat-ayat ilahi, maksudnya adalah bahwa untuk menunjukan tanda-tanda kekuasaan Allah. Orang-orang yang mendapat nikmat berupa kekuatan, kekuasaan, dann lain-lain merasa bahwa hal itu dicapai dengan keunggulan sendirinya. Oleh sebab itu timbulah perasaan sombong, congkak, tidak percaya kepada kekuasaan dan keeasaan ilahi.
Manusia yang demikian itu kesat hatinya, dan perlu untuk disadarkan. Salah satu cara yang tepat untuk menyadarkan ialah dengan mengungkapkan keadaan. Keadaan yang nyata (realita-realita) yang ada dihadapannya.
Mereka harus menyadari bahwa manusia diciptakan kemuka bumi ini dalam keadaan lemah, kurang, Ann berasal dari zat atau bend a yang rendah (manusia yang pertama dari tanah, selanjutnya dari mani, sperma). Hidup dan kehidupan mereka bersngkut paut, malah dalam beberapa hal bergantung (sangat butuh) kepada alam sekelilingnya.
Alam  raya ini tidaklah tercipta dengan sendirinya, tapi ada Maha Penciptanya, yaitu Penguasa Tunggal yang Lebih kuasa dari segala yang berkuasa. Akhirnya dengam memperhatikan dan menyelidiki tanda-tanda kebesaran ilahi (ayatul kauniyah) itu maka manusia mudah menemukan Tuhannya, dan otomatis akidah tauhid pun dengan mudah tertanam dalam kalbu.
  1. Mengajarkan kitab suci dan hikmat.
Al-Quran menunjukan jalan keluar (way-out) dari sesutau kesulitan, menjadi pandu petunjuk jalan, menjadi obat penawar segala macam penyakit. Tegasnya menjadi rahmat.
  1. Membersihkan/mensucikan umat manusia.
Ruang lingkup yang harus dibersihkan itu mencakup bidang yang luas, yakni meliputi soal rohaniyah dan lahiriah.













BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan kami yang diatas dapat kami sampaikan bahwa metodologi pembinaan akibat tauhid ialah, merupakan suatu jalan yang dibina oleh perjanjian dengan keesaan Allah SWT. Maka diharuskan kepada kita untuk mengetahui serta mengajukannya kepada yang sangat membutuhkan pembinaa Akidah TAuhid itu sendiri. Apalagi disaat zaman modern ini, banyak hal-hal yang memasuki jiwa seseorang dengan menghanjurkan Akidah itu, jadi apabila akidahnya mulai kendor, tentu dampak negatifNya akan pindah agama. Maka perlu adanya dulu penanaman akidah yang sangat kuat dan masih kecil. Supaya tidak terpenuhi oleh densa modern ini.

















DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman Habunaka, Pokok-pokok Akidah Islam, Jakarta, Gema Insani : 1998.
A. Zainuddin, dkk. Al-Islam I (Akidah dan Ibadah, Semarang. Cet I CV. Pustaka Setia, 1998
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta, Kencana : 2005
M. Yunan Nasution. Khutha Jum’at, Jakarta, Bulan Bintang : 1975
Syamsul Rijal Hamid, Pintar Agama Islam, Bogor Cahaya Islam. 2006.






 


[1] A. Zainuddin d,,. Al-Islam 1 Akidah dabn Ibadah, Semarang, Cet, 1, CV. Pustaka Setia, 1998, hlm : 52
[2] Syamsul Rizal HAmid, Pintar Islam, Cahaya Islam, Bogor : 2006, hlm. 68
[3] Abdurahman Habanakah, Pokok-pokok Akidah Islam, Gema Insani, Jakarta : 1992, hlm 33-34
[4] A Zainuddin, Al-Islam Akidah dan Ibadah, Op.Cit, hlm : 50
[5] Halimudin, Kembali Kepada Akidah Islam, Rikena Cipta, Jakarta L 1988, hlm. 1 - 10
[6] Ibid, Halimuddin, Kembali Kepada Akidah Tauhid, hlm. 70
[7] Abdurrahman Habanakah, Pokok-pokok Akidah, Gema Insan, Jakarta. 1992. hlm. 35
[8] Halimuddin, Kembali Kepada Aqidah Islam, Rikena Cipta, Jakarta : 1998 hlm. 100-105
[9] Muhaimia, dkk, kawasan Studi Islam. Jakarta : Kencana, 2002. Hlm. 265-267.
[10] Internet 
[11] M. YUnan Nasution. Khutbah Jumat, Jakarta : Bulan Bintang 1975, hlm. 17-20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar