Pages

Jumat, 15 April 2011

KUMPULAN AYAT-AYAT TARBAWI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Rutinitas hidup yang kita jalani terkadang menjebak kita yang membuat kita berfikir bahwa hidup ini ibarat putaran atau siklus tiada henti. Dan seakan-akan hidup ini hanya satu kesamaan dengan yang lain. Maksudnya ketika lahir, kemudian sekolah, kawin, punya anak, tua kemudian menunggu ajal. Setidaknya seperti itu yang selama ini kita jalani          .
Sulit sekali bagi kita jika hanya mengandalkan logika untuk mencari jawaban apa sebenarnya ini kehidupan kita. Namun jawaban yang tepat dapat kita temukan dalam sebuah buku yang memang dibuat oleh si perancang kehidupan ini sekaligus pemiliknya. Jawaban dapat diketemukan jika manusia menyadari siapa yang menciptakan kehidupan dunia dan seisinya.     
Ternyata pertanyaan diatas dengan gamblang telah dijelaskan Allah Swt dengan dengan menghidupkan kita di dunia ini agar mengabdi / beribadah kepadaNya.
Dan bukan sekedar untuk hidup kemudian menghabiskan jatah umur lalu mati.
eksistensi kita di dunia adalah untuk melaksanakan ibadah / menyembah kepada Allah Swt.dan tentu saja semua yang berlaku bagi kita selama ini bukan sesuatu yang tidak ada artinya. Sekecil apapun perbuatan itu.
Kehadiran manusia ke bumi melalui proses kelahiran , sedangkan kematian sebagai pertanda habisnya kesempatan hidup di dunia dan selanjutnya kembali menghadap Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya semasa hidup di dunia.
1.2  Tujuan
Penyusunan makalah ini adalah untuk membahas beberapa hal tentang manusia. Yang akan dihubungkan dengan beberapa ayat Al-Qur’an. Diantaranya :
Ø  Penciptaan manusia
Ø  Tugas manusia
Ø  Sifat manusia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENCIPTAAN MANUSIA
Pernahkan kita memikirkan dari mana kita diciptakan dan bagaimana tahap-tahap
penciptaannya? Pernahkah terpikir di benak kita bahwa tadinya kita berasal dari
tanah dan dari setetes mani yang hina?
Pembahasan berikut ini mengajak kita untuk melihat asal
kejadian manusia agar hilang kesombongan di hati dengan kesempurnaan jasmani
yang dimiliki dan agar kita bertasbih memuji Allah ‘Azza wa Jalla dengan
kemahasempurnaan kekuasaan-Nya.

Surah Al-Mu’minun 23:12-14


  
12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah 13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu. Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.     

Allah Ta’ala memberitahukan awal penciptaan manusia itu dari saripati tanah. Manusia itu adalah Adam a.s. Allah menciptakannya dari tanah liat yang berasal dari Lumpur hitam.
Sekelompok mufassir mengatakan bahwa air mani lahir dari darah yang terjadi dari makanan, baik yang bersifat hewani maupun yang bersifat nabati. Jadi, pada hakikatnya  manusia lahir dari saripati tanah, kemudian saripati itu mengalami perkembangan kejadian hingga menjadi air mani.
“Kemudian kami menjadikannya nutfah”. Merujuk pada firman Allah Ta’ala, “dan dia memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati, dan air yang hina” (as-sajadah:7-8)
Firman Allah Ta’ala, “Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, “yakni kami menjadikan nutfah itu, yaitu air yang memancar yang keluar dari tulang punggung laki-laki dan tulang rusuk perempuan yang terletak antara dada dan pusar. Kemudian air mani itu menjadi segumpal darah merah yang berbentuk ‘alaqah yang lonjong. “Lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging” yaitu sebentuk daging yang kira-kira sebesar satu suapan. Daging ini tidak berbentuk dan berpola.”Dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,” yakni kami membentuknya menjadi bentuk yang memiliki kepala, dua tangan, dan dua kaki dengan tulang, saraf dan urat-uratnya. “Lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging”, yakni kami tiupkan kepadanya ruh sehingga ia bergerak dan menjadi mahkluk lain yang memiliki pendengaran, penglihatan, penciuman, gerakan dan dinamika.
Firman Allah Ta’ala “Maka Maha Suci Allah Pencipta yang paling baik” Yakni tatkala Allah menuturkan kekuasaan dan kelembutan-Nya dalam menciptakan setetes mani ini dari satu kondisi ke kondisi lain dan dari satu bentuk ke bentuk lain sehingga terciptalah sosok manusia yang lengkap dan sempurna posturnya maka Allah Ta’ala berfirman, “Maka Mahasuci Allah Pencipta yang paling baik”.
Ulama mengatakan, seluruh tubuh manusia dapat dibagi secara detail berdasarkan perbandingan tertentu dengan menggunakan ukuran jengkalnya. Panjangnya adalah delapan jengkal menurut ukuran jengkalnya. Apabila dia mengulurkan tangannya ke atas, maka menjadi sepuluh jengkal menurut ukurannya. Dan apabila merentangkankedua tangannya ke samping kiri dan kanan, maka panjang keduanya sama dengan tingginya. Oleh karena itu, orang-orang mesir menjadikan setiap siku-siku pyramid terbesar di Jizah seribu jengkal manusia.
Maka Maha Suci Tuhan yang Yang Maha Kuasa. Dia adalah Pengukur dan Pembentuk yang paling baik.

As-Sajadah 32:9
 9. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
“Kemudian dia menyempurnakannya,” yakni menyempurnakan Adam setelah dia membuatnya dari tanah. Dia menciptakannya dengan sempurna dan kokoh.”Dan meniupkan ke dalam ruh-Nya serta Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati”, yakni beberapa akal. “Namun, sedikit sekali kamu bersyukur” atas potensi yang dikaruniakan Allah Azza Wa Jalla kepadamu. Yang berbahagia adalah yang menggunakan potensi itu untuk menaati Allah Ta’ala.

PENJELASAN 1
Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia
dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan
kekuasaan-Nya sehingga Dia Jalla wa ‘Alaa saja yang berhak untuk
diibadahi.
Begitu pula penggambaran penciptaan Adam ‘Alaihis Salam
yang Dia ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam
yang berbau busuk dan diberi bentuk.
Setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam ‘Alaihis
Salam dari tanah. Dia ciptakan pula Hawa ‘Alaihas Salam dari Adam.
Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam inilah terlahir
anak-anak manusia di muka bumi dan berketurunan dari air mani yang keluar dari
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (Lihat
Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)     
Imam Thabari rahimahullah dan selainnya mengatakan
bahwa diciptakan anak Adam dari mani Adam dan Adam sendiri diciptakan dari
tanah. (Lihat Tafsir Ath Thabari juz 9 halaman 202)       
Allah Subhanahu wa Ta’ala menempatkan nuthfah
(yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan perempuan dan bertemu ketika
terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia Yang Maha
Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan
calon manusia.      
Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni
segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah
menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk.
Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu
wa Ta’ala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki
dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk
menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah
ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat,
mendengar, dan meraba. (Bisa dilihat keterangan tentang hal ini dalam
kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu
Katsir, dan lain-lain)        
Demikianlah kemahakuasaan Rabb Pencipta segala sesuatu,
sungguh dapat mengundang kekaguman dan ketakjuban manusia yang mau menggunakanakal sehatnya.
Maha Kuasa Allah Tabaraka wa Ta’ala, Dia memindahkan
calon manusia dari nuthfah menjadi ‘alaqah. Dari ‘alaqah
menjadi mudhghah dan seterusnya tanpa membelah perut sang ibu bahkan
calon manusia tersebut tersembunyi dalam tiga kegelapan.         
Yang dimaksud “tiga kegelapan” dalam ayat di atas adalah
kegelapan dalam selaput yang menutup bayi dalam rahim, kegelapan dalam rahim,
dan kegelapan dalam perut. Demikian yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, Mujahid,
‘Ikrimah, Abu Malik, Adh Dhahhak, Qatadah, As Sudy, dan Ibnu Zaid. (Lihat Tafsir
Ibnu Katsir juz 4 halaman 46 dan keterangan dalam Adlwaul Bayan juz
5 halaman 778)
Abi‘Abdurrahman‘Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata :
Telah menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam dan beliau adalah yang selalu benar (jujur) dan dibenarkan. Beliau
bersabda:
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah.      Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanyaseorang Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat perkara,ditentukan rezkinya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah yang      tiada illah selain Dia, sungguh salah seorang di antara kalian ada yang beramaldengan amalan ahli Surga sehingga tidak ada di antara dia dan Surga melainkan hanya tinggal sehasta, maka telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia
beramal dengan amalan ahli neraka sehingga ia memasukinya. Dan sungguh salah
seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan ahli neraka sehingga
tidak ada antara dia dan neraka melainkan hanya tinggal sehasta. Maka telah
mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli Surga
sehingga ia memasukinya.”           (HR. Bukhari 6/303 -Fathul Bari dan Muslim 2643, shahih)
Dalam Ash Shahihain dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu AlaihiWa Sallam bersabda : 
Allah mewakilkan seorang Malaikat         untuk menjaga rahim. Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Nuthfah, Wahai Rabbku! Segumpal darah, wahai Rabbku! Segumpal daging.” Maka apabila Allah menghendaki untuk menetapkan penciptaannya, Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan? Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia? Bagaimana dengan rezkinya? Bagaimana ajalnya?” Maka ditulis yang demikian dalam perut ibunya.(HR.Bukhari `11/477 -Fathul Bari dan Muslim 2646 riwayat dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu).
     Dari beberapa riwayat di atas, ulama menggabungkannya
sehingga dipahami bahwasanya Malaikat yang ditugasi menjaga rahim terus
memperhatikan keadaan nuthfah dan ia berkata : “Wahai Rabbku! Ini ‘alaqah,
ini mudhghah” pada waktu-waktu tertentu saat terjadinya perubahan dengan
perintah Allah dan Dia Subhanahu wa Ta’ala Maha Tahu. Adapun Malaikat
yang ditugasi, ia baru mengetahui setelah terjadinya perubahan tersebut karena
tidaklah semua nuthfah akan menjadi anak. Perubahan nuthfah itu
terjadi pada waktu 40 hari yang pertama dan saat itulah ditulis rezki, ajal,
amal, dan sengsara atau bahagianya. Kemudian pada waktu yang lain, Malaikat
tersebut menjalankan tugas yang lain yakni membentuk calon manusia tersebut dan
membentuk pendengaran, penglihatan, kulit, daging, dan tulang, apakah calon
manusia itu laki-laki ataukah perempuan. Yang demikian itu terjadi pada waktu
40 hari yang ketiga saat janin berbentuk mudhghah dan sebelum
ditiupkannya ruh karena ruh baru ditiup setelah sempurna bentuknya.
Tatkala telah sempurna waktu 4 bulan, ditiupkanlah ruh dan
hal ini telah disepakati oleh ulama. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
membangun madzhabnya yang masyhur berdasarkan dhahir hadits Ibnu Mas’ud
bahwasanya anak ditiupkan ruh padanya setelah berlalu waktu 4 bulan. Karena itu
bila janin seorang wanita gugur setelah sempurna 4 bulan, janin tersebut
dishalatkan (telah memiliki ruh kemudian meninggal). Diriwayatkan yang demikian
juga dari Sa’id Ibnul Musayyib dan merupakan salah satu dari pendapatnya Imam
Syafi’i dan Ishaq.

2.2 TUGAS MANUSIA
Al-Zariyat, 51:56
 56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Surat Adz dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah, termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun (taat, tunduk, patuh). Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.
·         Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Qur’an maupun hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
·         Ibadah ‘ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT







Al-Baqarah, 2:30
 30. Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Rabb berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Penakwilan firman Allah “Sesungguhnya Aku Hendak menjadikan Khalifah di Muka bumi”
Dalam hal ini terdapat perbedaaan pendapat ulama, diantaranya
*      Ibnu Ishak mengatakan bahwa yang disebut khalifah adalah seseorang penghuni dan pemakmur yang akan menghuni bumi dan memakmurkannya dikemudian hari bukan dari jenis kalian (malaikat)
*      Sedangkan menurut Abu Ja’far, Khalifah bermakna pengganti
*      Lalu Mahkluk apa di bumi yang memakmurkannya sebelum manusia, sehingga manusia akan menggantikannya?
Terdapat beberapa pendapat, diantaranya :
o   Abu Karib, dari Utsman bin Sa’id, berkata : mahkluk pertama yang menghuni bumi ini adalah jin, lalu mereka membuat kerusakan di dalamnya, saling menumpahkan darah dan saling membunuh. Ia berkata : lalu Allah mengutus Iblis kepada mereka bersama sejumlah pasukan Malaikat, lalu mereka dibunuh oleh iblis dan bala tentaranya, hingga dikejar sampai dasar laut dan puncak gunung, kemudian Dia menciptakan Adam dan menempatkannya di muka bumi.
o   Dari sejumlah sahabat Rasulullah saw, bahwa Allah berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya Aku Hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi”, mereka bertanya : Wahai tuhan kami, bagaimanakah keadaan khalifah itu ? Allah menjawab : Ia akan memiliki keturunan yang membuat kerusakan di muka bumi, saling dengki mendengki dan saling bunuh membunuh.
Maka penakwilan ayat ini menurut riwayat Ibnu Abbas dari Ibnu Mas’ud adalah :Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dari-Ku yang akan menggantikan-Ku untuk mengatur mahkluk-Ku dimuka bumi, dan khalifah yang dimaksud adalah Adam dan orang-orang yang menggantikan kedudukannya dalam ketaatan kepada Allah dan menegakkan keadilan diantara para mahkluk-Nya.
Adapun kerusakan dan pertumpahan darah adalah bukan dari perbuatan para khalifah-Nya, Adam dan orang-orang yang menggantikan kedudukannya, karena ketika Allah menginformasikan hal ini kepada Malaikat, mereka bertanya : bagaimnakah keadaan khalifah itu ? Tuhan menjawab : Ia akan memiliki keturunan yang membuat kerusakan dimuka bumi, saling dengki-mendengki dan saling bunuh-membunuh diantara mereka. Di sini Allah menisbatkan kerusakan dan pertumpahan darah kepada keturunan  khalifah-Nya dan bukan kepada khalifah-Nya.
Penakwilan ayat” Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah ) di bumi itu orang yang  akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”
Ketika iblis berhasil menggemban tugasnya ia merasa sombong, dan mengatakan “Aku telah berbuat sesuatu yang belum pernah dibuat oleh siapapun”. Lalu Allah mengetahui hal itu dalam diri-Nya, sedang malaikat bersamanya tidak mengetahuinya. Maka Allah berfirman “ Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Maka spontan para Malaikat tersebut menjawab : “ Mengapa Engkau  hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat  kerusakan padanya dan menumpahkan darah”. Seperti halnya Jin? Kami diutus kepada mereka untuk hal itu. Maka Allah menjawab “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Maksudnya, Dia berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” maksudnya, Dia berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui dalam hati Iblis apa yang tidak kalian ketahui dari kesombongan dan kecongkakan.
Firman Allah ini juga ditujukan untuk menguji mereka guna menjelaskan bahwa pengetahuan mereka adalah tebatas, dan disan ada mahkluk yang lebih lemah dari mereka memiliki keutamaan yang tinggi, dan kemuliaan-Nya adalah tidak diperoleh dengan kekuatan fisik seperti dugaan Iblis laknatullah alaih, dan menjelaskan bahwa perkataan Malaikat “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah” adalah semata-mata prasangka yang tidak benar, lalu Allah mengingkari hal tersebut dan memerintahkan agar mereka bertaubat dan tidak mengulangi kesalahan yang serupa.
Ketika Allah menyampaikan kepada mereka bahwa kerusakan dan pertumpahan darah  itu akan terjadi dari keturunan  khalifah, maka para malaikat mengatakan :wahai Tuhan, adakah Engkau akan menjadikan khalifah di muka bumi yang keturunannya bermaksiat kepada-Mu itu dari kami atau dari yang lain? Sesungguhnya kami mengagungkan-Mu, Shalat kepada-Mu, mentaati-Mu dan tidak bermaksiat kepada-Mu! Mereka tidak mengetahui bahwa dalam diri Iblis terdapat sifat sombong, sehingga Allah menjawab: sesungguhnya aku mengetahui pada sebagian kalian sesuatu yang lain dari apa yang kalian katakana. Maksudnya adalah kesombongan Iblis yang tidak mereka ketahui. Karena perkataan mereka itulah mereka dittegur.

PENJELASAN 2
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam. Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka. Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga, waktu, bahkan jiwa.
Adapun bila dikaitkan dengan kenapa Allah menciptakan alam semesta, ada baiknya kita kaji kembali nila-nilai yang terkandung dalam firman Allah swt.: " Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta peredaran malam dan siang merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ulil Albab)" (QS. Ali Imran (3);190)
dari ayat diatas jelas tersurat bahwa Allah akan menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Dari ayat tersebut ada dialektika proses penciptaan manusia dari para malaikat dengan Tuhan. pertanyaan selanjutnya adalah mengapa manusia yang terpilih untuk menjadi khalifah? apa potensi yang dimiliki manusia? Apa sebernarnya tugas khalifah? kenapa tidak makhluk yang lain? Dari mana malaikat referensinya malaikat sehingga mereka mengatakan bahwa manusia akan membuat kerusakan dimuka bumi ini?
Perkataan malaikat ini bukanlah sebagai bantahan kepada Allah sebagaimana diduga orang, karena malaikat disifati Allah sebagai makhluk yang tidak dapat menanyakan apa pun yang tidak diizinkan-Nya. Jika kita menafsirkan lagi, malaikat mendapat referensi dari mana sehingga bertanya seperti itu? Malaikat melihat potensi yang dimiliki manusia yaitu, potensi hawa-nafsu, yang akan menyebab manusia lepas kontrol tidak lagi mengikuti perintah, disamping manusia punya potensi yang lain misalnya; akal, menyaksikan Tuhan, indera dan lain sebagainya. Petensi-potensi inilah yang harus kita kembangkan dan sekaligus kita waspadai seperti dialog ketakukan malaikat akan kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia.
Ada beberapa potensi yang menyebabkan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang ditunjuk sebagai khalifah. diantaranya adalah:
a) Tujuan penciptaannya. Turunnya manusia ke bumi bukan karena kesalahan Adam makan buah khuldi tetapi karena memang sekenario dari Tuhan untuk menjadikan manusia sebagai penghuni di bumi “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S Adz Dzariyaat. 51:56). Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs. Al Baqarah (2): 30). Bumi adalah tempat manusia dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya selanjutnya lebih khusus lagi tugas manusialah yang akan mengisi bumi dengan segala kreatifitasnya.
b) Amanah yang diberikan. Manusia dengan dijadikannya khalifah mempunyai konsekuensi yang besar, yaitu beribadah kepada Allah, dengan pola hubungan khablum mina Allah dan Khablum minan nas, manusia dengan Tuhan, Manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Dalam kehidupannnya di dunia, manusia punyai kewajiban mengelola dan memelihara alam ini dan segala isinya dengan potensi yang dimiliki manusia. Hanya manusialah yang sanggung mengemban tugas itu, karena perangkat yang telah diberikan kepada manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. “Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (Q. S. al-Ahzab (33):72). Apa yang diperbuat manusia akan dimintai pertanggung jawaban. (Qs. Al-Mu’minun:62)
c) Kesempurnaan bentuk (Raga/jasmani). Manusia telah diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dibanding dari makhluk-makhluk lain (Qs. At Tiin : 4-5)
d) Potensi ilmu. Ilmu yang menjadikan manusia lebih tinggi derajatnya dibanding makhluk lainnya. Akal ini memungkinkan manusia untuk belajar atau berilmu. Ilmu inilah sebagai syarat utama menjadi khalifah. “Dia mengajarkan kepada Adam asma (nama benda-benda) semuanya, kemudian dia mempertunjukkannya kepada para malaikat. Lalu Allah berfirman (kepada para malaikat), Sebutkanlah kepada-Ku asma-asma itu, jika kalian memang benar (QS. Al-Baqarah :31). Potensi ilmu inilah yang menjadikan manusia istimewa dan pantas menyandang jabatan khalifah.
e) Hati/al- qalbu. Manusia mempunyai hati, sifat hati pada manusia tidaklah tetap, tetapi cenderung labil. Potensi hati inilah potensi keimanan manusia, adanya potensi untuk mensucikan dzat yang ‘maha’ daripada manusia. Hati inilah sebagai pusat sistem kontrol diemensi psiritual manusia. (Qs. Al-An’am:110). Potensi inilah yang tidak dimiliki makhluk lain selain manusia.            
f) Nafsu. Potensi inilah yang terkadang menjebak manusia kepada kejahatan, tetapi jika manusia mampu mengendalikannya maka kehidupan manusia menjadi lebih bermakna dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Keberadaan potensi nafsu inilah para malaikat bertanya” mangapa kau (Tuhanku) ingin menjadikan manusia yang akan membuat kerusakan di Bumi?, mailakat mempunyai referensi dari sini. Diantara nafsu-nafsu itu adalah; Nafsu Ammaarah Bissu’, Nafsu Lawwamah, dan Nafsu Muthmainnah.“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmad oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, maha penyayang. (Qs.Yusuf:53)
g) Jiwa/ruh. Allah meniupkan ruh ciptaan-Nya kepada tubuh manusia ketika masih dalam kandungan. Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa tersebut, tentang keesaan Allah, pertanggung jawaban atas perbuatannya. Allah mengujinya dengan kebaikan dan keburukan. Manusia mempunyai jiwa, dan tiap-tiap yang berjiwa akan mati. (Qs. Ali-Imron:185-186)

2.3 SIFAT MANUSIA

Al-Ahzab, 33:72
 72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh
Sesungguhnya Allah telah menawarkan tugas-tugas keagamaan kepada langit, bumi dan gunung-gunung dan karena ketiganya tidak mempunyai kesediaan persiapan untuk menerima amanat yang berat itu, maka semuanya enggan  untuk memikul amanat yang disodorkan Allah Swt kepada mereka dan mereka khawatir mengkhianatinya. Kemudian amanat itu untuk melaksanakan tugas-tugas keagamaan itu disodorkan kepada manusia dan manusia menerimanya dengan akibat bahwa barang siapa yang memenuhi itu akan diberi pahala dan dimasukkan kedalam surga dan sebaliknya barangsiapa yang mengkhianatinya akan disiksa dan dimasukkan ke api neraka. Manusia walaupun bentuk badannya kecil dibandingkanketiga mahkluk itu, berani menerima amanat tersebut. Hanya oleh karena  manusia itu ada di dalam tubuhnya terdapat nafsu yang sering mengelabui matanya dan menutup mata hatinya, maka disifati oleh Allah dengan amat zalim da bodoh karena kurang memikirkan akibat dari penerimaan amanat itu.


An-Nisa’, 4 : 28
28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu” yaitu dengan mudahnya perkara yang Allah perintahkan kalian kepadanya dan perkara yang kalian dilarang darinya, kemudian bersamaan dengan adanya kesulitan pada beberapa syariat, Allah membolehkan juga bagi kalian apa yang sangat dibutuhkan oleh keterdesakan kebutuhan kalian seperti bangkai, darah dan semacamnya bagi orang yang terpaksa, atau seperti menikahi budak wanita bagi seorang laki-laki merdeka dengan syarat-syarat yang telah disebutkan terlebih dahulu, semua itu karena  rahmat Allah ynag sempurna, kebaikanNya yang menyeluruh dan ilmu serta hikmahNya akan kelemahan manusia dar berbagai segi, lemah dari segi postur tubuhnya, lemah dalam kehendak, lemah dalam bertekad, lemah dalam keimanan, lemah dalam kesabaran, lalu untuk menyesuaikan hal itu Allah meringankan apa yang mereka lemah padanya, dan apa yang tidak bias dilakukan oleh keimanan, kesabaran,dan kekuatannya.

Hud, 11:9
9. Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nimat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.
Dalam ayat kesembilan ini diuraikan perangai manusia, yaitu jika didatangkan oleh Allah kepadanya suatu nikmat, sehingga dapat merasakan atau mengecap nikmat itu, mereka jadi lupa daratan. Tetapi kalau nikmat itu dicabut Tuhan dengan tiba-tiba, mereka menjadi putusasa, tidak mereka percaya bahwa roda itu seklalu berputar. Hari ini senang besok susuah. Besok senang, besok lagi susah pula lagi. Mereka putus asa, bahkan mereka tidak lagi berterima kasih atas nikmat yang pernah mereka terima. Bukankah di zaman lampau mereka pernah diberi nikmat oleh Tuhan? Mengapa mereka sekarang berputus asa dan lupa nikmat yang dahulu itu?
Kita artikan kalimat Kafur di ujung ayat dengan tidak berterima kasih, tidak berterima kasih diartikan sebagai bahagian dari kafir. Yaitu kafir nikmat. Hanya mengomel karena kekurangan saja, tidak ingat akan anugerah ilahi.
Manusia yang mengeluh sampai putus asa dan sampai lupa berterimakasih ketika ditimpa susuah, adalah orang yang jiwanya kosong dari iman. Dan orang yang lupa daratan lupa mens Dan orang yang lupa daratan lupa mensyukuri nikmat yang telah dating kembali, lalu bergembira ria tak tentu arah, disertai lagi oleh kesombongan, orang ini adalah budak hamba sahya dari benda belaka.

PENJELASAN 3

Dari sudut pandang al-Qur'an, apakah manusia itu merupakan makhluk yang amat zalim (zhalûm) dan amat bodoh (jahûl) ataukah ia merupakan seorang khalifatullah?

Ayat-ayat Al-Qur’an ada yang mengagungkan manusia dan menyebut manusia dengan ungkapan yang sangat agung dan tinggi.

Akan tetapi terdapat juga sebagian ayat-ayat yang mencela manusia, dengan bahasa yang keras mengkritisi manusia misalnya dengan redaksi, "Manusia tidak pernah jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka, dia menjadi putus asa lagi putus harapan. Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, “Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhan-ku, maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan di sisi-Nya.” Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras.  Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia (yang lalai), ia berpaling dan menjauhkan diri. Tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa." (Qs. Fusshilat [41]:49-51); atau "Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi." (Qs. Syura [42]:27); "Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Qs. Ibrahim [22]:34); "Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (lantaran ia tidak mengenal amanat itu dan menzalimi dirinya sendiri)." (Qs. Al-Ahzab [33]:72); "penantang yang nyata" (Qs. Yasin [36]:77); "Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian." (Qs. Al-Ashr [103]:2) dan lain sebagainya.  
Untuk menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita mengambil pertolongan dari al-Qur'an sendiri lantaran sebagian ayat al-Qur'an menafsirkan sebagian lainnya.
Dalam surah Bayyinah kita membaca: (Sesungguhnya orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh adalah sebaik-baik makhluk." (Qs. Al-Bayyinah [98]:6-7)
Dalam dua ayat yang bersambungan dari satu surah ini, disebutkan titel dan gelar manusia sebagai sebaik-baik makhluk sekaligus seburuk-buruk makhluk. Dan hal ini merupakan penjelas kurva menaiknya manusia dan kurva menurunnya manusia secara tidak terbatas. Artinya bahwa apabila manusia memiliki iman dan amal saleh maka ia merupakan sebaik-baik ciptaan Tuhan. Dan sekiranya ia memilih jalan kufur, kesesatan, keras kepala, maka sedemikian ia terpuruk sehingga ia akan menjadi seburuk-buruk ciptaan Tuhan di muka bumi.
Imam 'Ali As dalam sebuah riwayat bersabda: "Allah Swt menciptakan alam semesta atas tiga jenis: Para malaikat, hewan dan manusia. Para malaikat memiliki akal tapi tidak mempunyai syahwat dan amarah. Hewan memiliki sekumpulan syahwat dan amarah tanpa akal. Akan tetapi manusia adalah sekumpulan yang memiliki keduanya sehingga lebih unggul dari keduanya. Apabila akalnya yang lebih dominan maka ia lebih baik dari para malaikat. Dan sekiranya syahwatnya yang menguasainya maka ia lebih rendah dari pada hewan."
Dari riwayat ini dapat diambil kesimpulan bahwa sebagaimana manusia merupakan entitas dwi-dimensi (dimensi ruhani dan jasmani), kecendrungannya juga dua jenis (kecendrungan dan ketertarikan maknawi dan kecendrungan hewani dan jasmani) sehingga ia dapat dengan menggunakan kehendak dan pilihannya yang dianugerahkan Tuhan kepadanya, ia memilih salah satu dari dua kecendrungan tersebut dan mencapai kedudukan tinggi kemanusiaannya, atau hingga ia terpuruk dan terjatuh atau dengan bahasa al-Qur'an seburuk-buruk makhluk atau lebih rendah lagi.
Karena itu, ayat-ayat nurani al-Qur'an menyingkap realitas ini bahwa seluruh manusia pada tingkatan potensi ia memiliki kapabilitas seperti ini bahwa ia dapat menjadi sebaik-baik dan semulia-mulia bahkan lebih mulia dari para malaikat. Sedemikian sehingga ketika ia mengaktualkan seluruh potensi ini maka ia mencapai tingkatan khalifatullah, akan tetapi apabila ia tidak memanfaatkan dan memberdayakan pelbagai potensi Ilahiah ini sebaik mungkin atau bahkan merusaknya, maka ia menjadi sasaran kecaman Ilahi dimana contoh-contohnya telah kami utarakan pada tulisan ringan ini.

 






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia adalah khalifah, dimuka bumi, penciptaan telah direncanaan oleh Allah, keberadaannya di bumi adalah karena sekenario Allah, tidak ada sangkut pautnya dengan kesalahan yang dilakukan manusia (Adam). Manusia adalah makhluk yang sempurna secara bentuknya dibanding dengan makhluk lain, manusia juga adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya dari segi potensi yang diberikan Allah padanya, tetapi potensi itu juga ayang akanmenjadiakan manusia derajatnya lebih tenndah dibanding binatang sekalipun. Segala keistimewaan dan kekurangan itu telah melekat pada manusia dan karena itulah manusia menjadi khalifah. Khalifah di muka bumi dengan segala potensi yang telah diberikan, dengan segala amanah yang akan dijalankan dan dengan segala cobaan yang akan ditemui. Semoga kita bisa menjadi khalifah yang sesungguhnya
3.2 Saran
Dalam pembahasan makalah ini telah dibahas tentang: kejadian manusia, tugas dan sifat manusia itu sendiri. Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami hakikat dirinya dan selalu meningkatkan diri untuk beribadah kepada Allah.





DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Syaikh. 2007.Tafsir As-Sa’di. Jilid 2. Jakarta : Pustaka Sahifa
Muhammad, Abu Ja’far. 2007.Tafsir Ath-Thabari. Jilid 1. Jakarta : Pustaka Azzam
Fada Ismail, Imaduddin Abil. 2007. Tafsir Ibnu Katsir. Jilid 4. Jakarta :Pustaka AL-Kautsar
Fukuyama, Francis. 2005. Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru, terjemahan Masri Maris.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Yahya, Harun. 2004. Rantai Keajaiban. Bandung : Dzikra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar