BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir semua jenis makanan yang kita konsumsi selama ini tidak luput dari asupan gula di dalamnya, baik gula yang berasal dari makanan itu sendiri (makanan yang kaya akan karbohidrat merupakan sumber gula utama dalam makanan sehari-hari, seperti lontong, mi, roti, kentang, jagung, dll) ataupun gula yang digunakan untuk menambah rasa dari makanan tersebut. Sudah menjadi pengetahuan umum dalam masyarakat bahwa mengkonsumsi gula yang berlebihan dapat menimbulkan obesitas (kegemukan), memicu terjadinya kencing manis dan dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada penderita kencing manis.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui gula yang digunakan oleh penderita diabetes.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gula Jagung
Walaupun sebagian besar orang sudah mengetahui bahaya dari mengkonsumsi gula secara berlebihan, namun tidak semua orang mampu menahan diri mereka untuk membatasi jumlah gula yang dikonsumsi setiap harinya. Sebagian orang mencoba mengatasinya dengan mengganti jenis gula yang digunakan menjadi gula jagung yang seringkali dinyatakan sebagai gula yang lebih baik daripada gula pasir biasa karena gula jagung mengandung kalori yang lebih rendah sehingga dapat dikonsumsi tanpa perlu khawatir akan peningkatan berat badan dan aman dikonsumsi oleh penderita kencing manis. Dengan pernyataan tersebut, penderita obesitas dan kencing manis merasa dapat bebas menambahkan gula dalam setiap makanannya jika gula yang digunakan adalah gula jagung.
Apa yang membedakan antara gula biasa dengan gula jagung?
Gula biasa (gula pasir) mengandung suatu molekul yang disebut dengan sukrosa, yaitu suatu molekul gula disakarida yang dalam kondisi asam (misal dalam saluran cerna) akan dipecah menjadi bentuk gula yang lebih sederhana, yaitu glukosa dan fruktosa dalam jumlah sama banyaknya. Sementara gula jagung hanya mengandung zat gula sederhana yang disebut fruktosa, yaitu jenis gula yang memang sering ditemukan pada buah-buahan dan memiliki rasa yang lebih manis dari gula biasa (1,7 kali lebih manis dari gula biasa). Gula jagung (fruktosa) memang terbukti memiliki jumlah kalori yang lebih rendah dibandingkan dengan gula biasa (sukrosa). Dalam setiap gram sukrosa mengandung 4 kalori, sementara dalam setiap gram fruktosa mengandung 3 kalori.
Gula biasa (gula pasir) mengandung suatu molekul yang disebut dengan sukrosa, yaitu suatu molekul gula disakarida yang dalam kondisi asam (misal dalam saluran cerna) akan dipecah menjadi bentuk gula yang lebih sederhana, yaitu glukosa dan fruktosa dalam jumlah sama banyaknya. Sementara gula jagung hanya mengandung zat gula sederhana yang disebut fruktosa, yaitu jenis gula yang memang sering ditemukan pada buah-buahan dan memiliki rasa yang lebih manis dari gula biasa (1,7 kali lebih manis dari gula biasa). Gula jagung (fruktosa) memang terbukti memiliki jumlah kalori yang lebih rendah dibandingkan dengan gula biasa (sukrosa). Dalam setiap gram sukrosa mengandung 4 kalori, sementara dalam setiap gram fruktosa mengandung 3 kalori.
Kalori gula jagung terbukti lebih rendah. Namun apakah gula jagung (fruktosa) memang terbukti lebih baik daripada gula biasa (sukrosa)?
Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan tersebut. Namun hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut justru memberikan hasil yang sebaliknya.
Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan tersebut. Namun hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut justru memberikan hasil yang sebaliknya.
Sebuah penelitian yang membanding efek pemberian larutan fruktosa dan larutan sukrosa terhadap tikus menunjukkan bahwa tikus yang mendapatkan larutan fruktosa ternyata lebih cepat mengalami obesitas jika dibandingkan dengan tikus yang mendapatkan larutan sukrosa. Dari penelitian tersebut lebih lanjut diketahui bahwa konsumsi gula fruktosa dalam jumlah besar dapat menekan rasa kenyang dan memicu hepar untuk memproduksi trigliserida sehingga dapat menyebabkan terjadinya obesitas. Selain itu konsumsi makanan dan minuman tinggi fruktosa juga dapat memicu terjadinya resistensi insulin yang merupakan awal penyebab terjadinya kencing manis.
Pernyataan tersebut didukung pula oleh hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Kim-Anne le dkk. (2009) dalam sebuah jurnal Amerika yang menyatakan bahwa konsumsi fruktosa dalam jumlah tinggi selama 7 hari sudah mampu untuk memicu terjadinya dislipidemia, deposisi lemak pada hepar dan menurunkan sensitifitas insulin pada manusia-manusia sehat dengan atau tanpa riwayat keluarga penderita kencing manis.
Dari hasil penelitian-penelitian tersebut disimpulkan bahwa tidak ada satu pun jenis gula yang lebih baik dibandingkan dengan gula lainnya. Gula rendah kalori jika dikonsumsi secara berlebihan tetap akan memberikan efek yang berbahaya bagi tubuh. Namun bukan berarti bahwa penderita kencing manis dan obesitas tidak boleh mengkonsumsi gula sama sekali. Cobalah untuk selalu mengontrol jumlah gula yang Anda konsumsi setiap harinya tergantung dengan kebutuhan kalori Anda. Jika kebutuhan kalori anda 1800 kalori, sebaiknya anda membatasi untuk mengkonsumsi hanya 5 sendok teh gula setiap harinya, dan jika kebutuhan kalori anda 2000 kalori maka batasi konsumsi gula anda hanya sebanyak 8 sendok teh setiap harinya. Selama jumlah gula yang dikonsumsi tidak berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan kalori Anda maka timbulnya efek gula yang berbahaya bagi kesehatan dapat dicegah, apapun jenis gula yang digunakan.
2.2 Pemanis dari protein
Prevalensi obesitas dan diabetes semakin meningkat secara dramatis dari tahun ke tahun dan menjadi ancaman bagi kesehatan manusia. Saat ini dipasaran banyak terdapat pemanis buatan pengganti gula seperti seperisaccharine, sucrose, aspartame, cyclamate dan acesulfameK.
Pemanis pemanis buatan yang beredar dipasaran tersebut diatas sering dissukan memiliki efek samping yang cukup serius seperti gangguan psikologis dan mental, kanker kandung kemih hingga tumor otak.
Saat ini sedang dikembangkan pemanis yang berasal dari protein dan dikatakan memiliki potensi yang besar untuk menggantikan pemanis buatan yang telah ada.
Pemanis dari protein ini memiliki kelebihan karena selain bersifat alami dan rendah kalori juga tidak tergantung terhadap insulin (insulin independent). Pemanis protein juga memiliki keunggulan karena memiliki derajat kemanisan ribuan kali lebih besar dibandingkan sukrosa.
Saat ini ada 7 jenis protein yang diketahui berpotensi untuk digunakan sebagai pemanis yaitu Brazzein, Thaumatin, Monelin, Curculin, Mabinlin, Miraculin dan Pentadin.
Semua jenis protein ini diisolasi dari tanaman yang tumbuh di dalam hutan hujan. Rasa manis yang ditimbulakan dari pemanis protein ini karena ikatannya dengan reseptor TIR2-TIR3 dalam tubuh manusia.
Berikut sedikit penjelasan tentang ketujuh pemanis protein itu:
- Brazzein; ukurannya yang terkecil, paling stabil terhadap pemanasan dan pH juga relatif stabil. Terdiri dari 54 residu asam amino dan dilaporkan memiliki derajat kemanisan 500-2000 kali lebih besar dibandingkan sukrosa. Brazzein diisolasi dari buah tanaman Afrika Pentadiplandra brazzeana. Kestabilannya pada pH maupun kondisi panas menjadikannya ideal dalam proses kimia maupun penyusunan struktur sebagai pemanis.
- Thaumatin; diisolasi dari buah tanaman tropis Thaumatococcus danielli. Terdiri dari 207 residu asam amino dan 8 ikatan disulfida antar molekulnya dan tanpa residu sistein. Thaumatin mengalami agregasi dengan pemanasan pada pH 7 dan suhu diatas 70°C, dimana pada keadaan ini efek pemanisnya menjadi hilang. (derajat kemanisannya 10.000 kali lebih besar daripada gula).
3.Monellin; terdiri dari 2 ikatan non kovalen polipeptida , rantai A terdiri dari 44 residu asam amino dan rantai B 50 residu asam amino. Monellin berasal dari proses pemurnian buah Dioscoreophyllum cumminsii dari Afrika barat dan memiliki derajat kemanisan 100.000 kali lebih besar dari gula. Monellin rantai tunggal yang tersususun dari 94 residu polipeptida dikatakan lebih stabil pada suasana asam maupun pemanasan.
4.Curculin; diekstrak dari Curculigo latifolia, derajat kemanisannya setara dengan 350.000 sukrosa dan memiliki kemampuan dalam hal modifikasi rasa.
5.Mabinlin; merupakan yang paling stabil terhadap pemanasan, diekstrak dari Capparin masakai. Terdiri dari 33 residu asam amino untuk rantai A dan 72 residu asam amino untuk rantai B, rantai B memiliki 2 ikatan intramolekul disulfida dan terhubung dengan rantai A melalui jembatan disulfida. Mabinlin memiliki stabilitas tehadap pemanasan yang baik karena adanya 4 jembatan disulfidanya.
6.Miraculin; diekstrak dari Richadella dulcifica, proteinnya merupakan polipeptida tunggal dengan 191 residu asam amino Miraculin memiliki modifikasi rasa yang sangat baik, penambahannya terhadap semua asam membuat perubahan rasa menjadi manis.
7.Pentadin; protein ini 500 kali lebih manis dari sukrosa dan merupakan hasil ekstraksi dari Pentadiplandra brazzeana. Belum banyak informasi yang tersedia dari Pentadin yang diketemukan tahun 1989 ini.
Berbagai macam jenis pemanis protein ini ke depannya tidak mustahil akan menggantikan berbagai macam pemanis buatan yang ada, termasuk yang ditambahkan pada produk seperti susu, karena selain rasanya yang manis, rendah kalori, lebih stabil dan juga bersifat alami sehingga menjadi relatif lebih aman.
2.3 Gula dari tanaman Stevia
Penderita diabetes dan obesitas jangan terlalu risau mengkonsumsi gula. Sebab, daun Stevia mampu menjadi bahan pemanis yang bisa menghasilkan hingga 400 kali lipat dibandingkan dengan manis yang dihasilkan gula tebu. Dari laporan kesehatan yang diterima baik laporan laboratorium maupun pengguna konsentrat stevia setiap hari.
Buah bercita rasa manis dari Amerika Selatan. Bisa didapat dalam bentuk bubuk atau cairan di pasar swalayan yang menyediakan bahan-bahan makanan impor.
Buah bercita rasa manis dari Amerika Selatan. Bisa didapat dalam bentuk bubuk atau cairan di pasar swalayan yang menyediakan bahan-bahan makanan impor.
Keuntungan: cita rasa manisnya sangat kuat. Jadi, gunakan secukupnya.
Penelitian ilmiah mengindikasikan bahwa Stevia efektif meregulasi gula darah dan kedepannya membuatnya normal. Sebuah studi juga mengindikasikan bahwa stevia memberi efek berbeda pada orang tekanan darah rendah dan tekanan darah normal. Daun Stevia juga menghambat pertumbuhan bakteri dan organisme yang menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang menyebabkan gangguan gigi dan penyakit gusi. Gambaran ini diperkuat dengan laporan pengguna Stevia yang lebih tahan terhadap serangan flu.
Diketahui, Stevia adalah tumbuhan perdu asli dari Paraguay. Cocok pada tanah berpasir dengan tinggi tanaman maksimal 80 cm. Daunnya memiliki rasa manis dan menyegarkan. Gula stevia telah di komersilkan di Jepang, Korea, China, Amerika Selatan untuk bahan pemanis bagi penderita diabetes dan kegemukan (obesitas).
Jenis Stevia yang pernah ditanam di Indonesia berasal dari Jepang, Korea dan China. Bahan tanaman tersebut berasal dari biji sehingga pertumbuhan tanaman Stevia sangat beragam. Kualitas daun Stevia dipengaruhi banyak faktor lingkungan seperti jenis tanah, irigasi, penyinaran dan sirkulasi udara. Harus dijaga dari gangguan bakteri dan jamur. Kualitas Stevia didasarkan atas aroma, rasa, bentuk dan rasanya.
Dalam penggunaannya Stevia menghasilkan rasa manis yang unik tidak seperti pemanis kebanyakan yang menimbulkan rasa pahit pada akhirnya. Air daun Stevia dapat pula digunakan sebagai perawatan kulit. Di Paraguay dan Amerika, cairan daun stevia digunakan untuk membuat sabun herbal, masker wajah, krim rambut dan juga bisa dibuat shampoo.
Selama masa balita diketahui bahwa makanan dengan pemanis seperti permen, es krim, soda dan kue menyebabkan gigi berlubang. Tetapi tidak bila menggunakan pemanis yang dihasilkan dari daun Stevia. Pemanis ini sudah terbukti aman untuk dikonsumsi, terlebih lagi buat penderita diabetes dan obesitas, bahkan untuk anak-anak sekalipun.
Lantas apa itu stevia?
Stevia adalah sejenis tumbuhan semak dan masih dalam keluarga (Asteraceae), berasal dari daerah subtropis dan tropis dari Amerika Utara bagian barat ke Amerika Selatan.
Stevia umumnya dikenal sebagai sweetleaf, daun manis, sugarleaf, atau hanya stevia, yang banyak ditanam untuk daun manis. Sebagai pengganti pemanis dan gula, rasa stevia yang memiliki onset lebih lambat dan durasi yang lebih lama daripada gula.
Ekstrak stevia yang memiliki sampai 300 kali kemanisan gula, stevia telah mendapat perhatian dengan kenaikan permintaan rendah karbohidrat, alternatif makanan gula rendah. Penelitian medis juga menunjukkan manfaat dari stevia dalam mengobati obesitas, tekanan darah, mencegah dan reverse diabetes, dan memiliki sifat anti-virus. Stevia memiliki efek yang dapat sebagai pemanis alami untuk orang diet karbohidrat.
Ketersediaan stevia bervariasi dari satu negara ke negara. Di beberapa negara, stevia telah tersedia sebagai pemanis selama beberapa dekade atau abad, misalnya, stevia secara luas digunakan sebagai pemanis di Jepang dimana telah tersedia selama beberapa dekade. Di beberapa negara, stevia dibatasi atau dilarang. Di negara-negara lain masalah kesehatan, dan kontroversi politik telah membatasi ketersediaannya, misalnya, Amerika Serikat stevia dilarang di awal 1990-an kecuali dicap sebagai suplemen, tetapi pada tahun 2008 disetujui sebagai makanan aditif. Selama bertahun-tahun, jumlah negara-negara di mana tersedia stevia sebagai pemanis telah meningkat.
Sehat dengan Manisnya Stevia
Bahan tambahan makanan ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Salah satu bahan tambahan makanan adalah pemanis makanan. Banyak jenis pemanis diantaranya saccarin, aspartam dan stevia.
Gula yang dibuat dari tebu, bagi penderita diabetes pastilah akan ditakuti. Kandungan kalorinya bisa menjadi ancaman serius bagi mereka yang terkena penyakit itu dan untuk orang yang sedang menjalani program diet.
Namun jangan bingung, sekarang daun stevia rebaudiana Bertoni, mengandung bahan pemanis alami nonkalori dan mampu menghasilkan rasa manis 70 – 400 kali dari manisnya gula tebu, dapat dijadikan bahan dasar industri gula non-kalori atau bahan dasar industri makanan serta minuman atau jamu tradisional.
Pada tahun 1887 peneliti ilmiah amerika Antonio Bertoni menemukannya. Bertoni menamakannya Eupatorium Rebaudianum Bertoni, kemudian dimasukkan dalam genus stevia (1905). Diduga lebih dari 80 jenis spesies stevia tumbuh liar diAmerika Utara dan 200 jenis spesies alami di Amerika Selatan. Namun hanya Stevia Rebaudiana yang diproduksi sebagai pemanis
Stevia adalah tumbuhan perdu asli dari Paraguay. Cocok pada tanah berpasir dengan tinggi tanaman maksimal 80 cm. Daunnya mempunyai rasa lezat dan menyegarkan. Gula stevia telah di komersilkan di Jepang, Korea, RRC, Amerika Selatan untuk bahan pemanis bagi penderita diabetes dan kegemukan.
Stevia yang pernah ditanam di Indonesia berasal dari Jepang, Korea dan China. Bahan tanaman tersebut berasal dari biji sehingga pertumbuhan tanaman stevia di lapang sangat beragam.
Kualitas daun stevia dipengaruhi banyak faktor lingkungan seperti jenis tanah, irigasi, penyinaran dan sirkulasi udara. Harus dijaga dari gangguan bakteri dan jamur. Kualitas stevia didasarkan atas aroma, rasa, penampakan dan kemanisannya. Pengguaannya stevia memberikan rasa yang unik tidak seperti pemanis kebanyakan yang menimbulkan rasa pahit pada akhirnya. Rahasia kemanisan stevia terletak pada molekul kompleksnya yang disebut steviosida yang merupakan glikosida disusun dari glukosa, sophorose dan steviol.
Apakah stevia aman? Jawabannya adalah PASTI! Baik oleh umum maupun bagi penderita diabetes, hypoglycemia, candida, tekanan darah tinggi dan kelebihan berat badan. Stevia merupakan pemanis pilihan untuk generasi masa depan. Stevia merupakan salah satu tanaman kesehatan yang paling diminati di dunia sekarang ini. Karena tubuh manusia tidak memproses glikosida dari daun stevia tetapi mendapatkan kalorinya.
Dari laporan kesehatan yang diterima baik laporan laboratorium maupun pengguna konsentrat stevia setiap hari. Penelitian ilmiah mengindikasikan bahwa stevia efektif meregulasi gula darah dan kedepannya membuatnya normal.Studi juga mengindikasikan bahwa stevia memberi efek berbeda pada orang tekanan darah rendah dan tekanan darah normal. Dia juga menghambat pertumbuhan bakteri dan organisme yang menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang menyebabkan gangguan gigi dan penyakit gusi. gambaran Ini diperkuat dengan laporan pengguna stevia yang lebih tahan terhadap serangan flu.
Stevia untuk perawatan tubuh.
Air pada konsentrat daun stevia dapat digunakan sebagai perawatan kulit. Di Paraguay konsentrat stevia digunakan untuk membuat sabun herbal, masker wajah, krim rambut dan shampoo.
Pemanis yang tidak menyebabkan gigi berlubang
Selama masa balita diketahui bahwa makanan dengan pemanis seperti permen, es krim, soda dan kue menyebabkan gigi berlubang. Banyak terdapat bakteri dimulut, pada umumnya Strepcocci mutans, yang memfermentasikan gula menjadi asam. Asam ini menempel pada email gigi yang menyebabkan gigi berlubang. Steviosida dan Rebaudiosida A dari penelitiannya Das, 1992 disimpulkan bahwa keduanya tidak menyebabkan gangguan pada gigi karena keduanya tidak dapat difermentasikan oleh bakteri.
Stevia dapat menurunkan berat badan dan mengatur berat badan karena dapat mereduksi makanan bergula dan berlemak. Dari penelitian juga disebutkan bahwa stevia mengatur mekanisme rasa lapar seseorang yang membuat kontraksi pada perut agar rasa lapar datang lebih lambat. Keuntungan lain dari penggunaan stevia adalah dapat meningkatkan kemampuan lambung dan daya cerna pencernaan untuk mengurangi resiko pada perokok dan peminum.
Pada tahun 1986 peneliti dari Brazil di Universitas Maringa dan Sao Paolo mengevaluasi kandungan gula darah seseorang (Curi, 1986). Enam puluh sukarelawan diberi stevia sebanyak 5 g selama 3 hari setiap 6 jam. Ekstrak ini direbus selama 20 menit. Tes Toleransi Glukosa (TTG) didemokan dengan membandingkan antara para sukarelawan ini dengan orang yang tidak mengkonsumsi stevia. Pemeriksaan pada sukarelawan menunjukkan penurunan kadar gula darah yang signifikan. Ini mengindikasikan bahwa stevia merupakan substitusi pemanis yang potensial dan aman bagi penderita diabetes.
Sampai saat ini belum ada komplain pada pengguna stevia, selama penggunaannya hampir 1500 tahun di Paraguay dan 20 tahun di Jepang. Peneliti menemukan studi bahwa stevia aman dikonsumsi melalui penelitian yang intensif seperti dilaporkan oleh Dr. Daniel Mowrey.
Kandungan Stevia
Daun Stevia klon BPP 72 mempunyai kandungan steviosida 10-12 % dan rebaudiosida 2-3 %. Selain mengandung glikosida, juga mengandung protein, serat, karbohidrat, mineral, vitamin A, vitamin C dan 53 komponen lainnya. Produknya berupa steviosida, Rebaudiosida, ekstrak, dan konsentrat. Ekstraknya dalam bentuk steviosida dapat mencapai kemanisan 70 – 400 kali dari gula biasa.
Kegunaan produk:
Sangat dianjurkan bagi penderita diabetes atau masalah kelebihan berat badan/obesitas. Boleh dikonsumsi bagi orang sehat untuk minuman sehari-hari. Gula stevia adalah gula herba alami sehingga tidak mempunyai efek samping serta aman.
Banyaknya pemanis buatan (gula sintetis) yang dapat menimbulkan efek samping telah mendorong banyak peneliti melakukan penelitian kepada pemanis alami yang dipandang lebih aman jika dipakai sebagai pemanis.
Stevia adalah salah satu pemanis alami yang paling banyak membawa kontroversi. Dari beberapa artikel tentang stevia yang saya baca menunjukkan kehadiran stevia sebagai pemanis alami menimbulkan banyak polemik.
Apa stevia diakui FDA?
Nah… lagi-lagi FDA masih merupakan refrensi keamanan penggunaan sebuah produk. Kehadiran stevia sebagai makanan pemanis alami yang lebih aman dipandang dapat mengancam bisnis beberapa pemanis buatan (gula sintetis) seperti aspartam. Keengganan FDA mengakui stevia sebagai pemanis alami yang aman dicurigai ada unsur melindungi bisnis aspartam. Hal ini dikaitkan dengan setelah Cocacola dan Cargill menggunakan stevia, tiba-tiba FDA memberikan surat ‘TIDAK KEBERATAN” terhadap banyak perusahaan yang setuju dan menggunakan stevia pada produknya. Hal ini menempatkan stevia di ‘daerah abu-abu’ dan memungkinkan FDA mentargetkan beberapa perusahaan (produsen stevia skala kecil) dan membiarkan perusahaan besar lainnya (seperti Coca-Cola dan Cargill) menggunakan pemanis stevia yang sama.
Sekalipun FDA belum memberikan status GRAS (Generally Recognized as Safe) kepada stevia, namun dengan status “tidak keberatan” disambut sebagai suatu kemenangan stevia sebagai pemanis alami. Akan tetapi keadaan dibalik keputusan tersebut bukanlah didorong oleh kepentingan konsumen.Keputusan tersebut tetap dipandang sebagai keuntungan perusahaan korporasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes, sering disebut penyakit gula berawal dari berkurangnya hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Insulin bertugas mengatur pemakaian gula dalam tubuh, termasuk mengatur jumlah gula dalam hati untuk menghasilkan tenaga.
Penderita diabetes dianjurkan untuk mengurangi/membatasi jumlah asupan karbohidrat. Bahan makanan yang dianjurkan bagi penderita diabetes antara lain: rumput laut, temulawak, beras merah, pare, labu kuning, kangkung, wortel, jamur hioko, jus kentang, ubi, dan sup bening. Buah-buahan yang baik untuk penderita diabetes adalah buah-buahan yang berkalori rendah seperti: mentimun, buah pir, buah persik, dan melon.
Diabetes itu terjadi pada kondisi di mana gula yang ada tidak dapat ditransportasikan ke dalam sel untuk metabolisme akibat kurangnya/resistensi insulin. Gula di sini adalah Glucose. Zat-zat pemanis lain pada saat transportasi tidak memerlukan insulin.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan pemanis buatan itu dibuat untuk mengganti glucose karena di dalam tubuh sudah kurang / terjadi resistensi insulin.
3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan tentang gula bagi penderita diabetes, diharapkan pembaca dapat memahami dan tidak terjadi kekeliruan dalam memahami gula sintetis ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar