Pages

Minggu, 15 Mei 2011

skripsi tentang: pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa


BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan mengadakan perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan terprogram mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan administrasi dan informasi serta kualitas pembelajaran secara utuh. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik  atau metode mengajar.
Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode dan pendekatan yang tepat.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan.
Belajar matematika memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa memuaskan.  
Hasil pengamatan guru (peneliti) menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas 1B SMPN 2 Larangan Pamekasan terlihat menurun dan terlihat kurang bergairah dalam menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka secara klasikal rendah. Dari hasil refleksi awal diperoleh data bahwa banyak siswa yang merasa tidak senang dengan metode yang diterapkan guru selama ini. Mereka menginginkan adanya perubahan sehingga mereka merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dari refleksi awal didapat data  sebagai berikut: sebanyak 58,06% (18 orang) siswa tidak senang dengan metode yang diterapkan selama ini dan menginginkan adanya perubahan metode yang lebih menyenangkan. Sebanyak 64,51% (20 orang) siswa menyatakan tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Siswa menilai bahwa metode yang selama ini diterapkan tidak memotivasi mereka untuk lebih aktif. Hal inilah yang diperkirakan menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. lebih dari 50% siswa mengatakan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit. Keadaan ini hendaknya segera direspon secara positif dengan mencari alternatif model pembelajaran yang efektif, yang membuat siswa mudah memahami materi matematika.   
Guru sebagai fasilitator dituntut dapat memodifikasi atau bahkan menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan meningkatkan keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar yang benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning).
 Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis ingin memberikan suatu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antarsiswa. Di samping itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam lingkungan belajar yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah. Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student  Team Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Di samping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman (Ibrahim, 2000).

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 1 B SMPN 2 Larangan Pamekasan pada mata matematika.

C. Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 1 B SMPN 2 Larangan Pamekasan pada mata matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

D. Hipotesis Tindakan

            Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 1 B SMPN 2 Larangan Pamekasan pada mata matematika.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya bagi:
a.       Guru
  1. Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.
  2. Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas.
  3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan yang lain.
b.      Siswa
  1. Menumbuhkan motivasi belajar siswa.
  2. Mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
  3. Melatih siswa siswa berkolaborasi dengan siswa lain.
c.       Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di kelas

F. Ruang Lingkup Penelitian
            Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini, maka perlu dikemukakan ruang lingkup sebagai berikut:
1.      Penelitian dilaksanakan pada pokok bahasan garis dan sudut
2.      Variabel dalam penelitian ini mencakup variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa kelas 1 B SMPN 2 Larangan Pamekasan.


G. Definisi Istilah/Operasional

            Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dibuat definisi beberapa istilah, sebagai berikut:

1.      Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Depdikbud, 1989:787). Prestasi belajar siswa pada penelitian ini diukur dari hasil tes ulangan harian.
2.      Pembelajaran Kooperatif  adalah suatu model pembelajaran yang melatih siswa bekerja sama dalam kelompok belajar (Ibrahim, 2000:1). Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan mengelompokkan siswa menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen (Ibrahim, 2000:10).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


A. Keberhasilan Proses Belajar
Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas mentransfer materi dan mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun proses pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan mengemukakan ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif siswa dan senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternative. Di samping itu, guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan diri melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai tekhnik-tekhnik  atau metode mengajar (Soetardjo, 1998).
Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian manusia antara lain pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan. Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran siswa di SLTP. Berdasarkan hasil studi intensif yang dilakukan oleh Direktorat Dikmenum (1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran di SLTP cendrung texbook oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cendrung menghafal (Rustana, 2002).
Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode yang tepat (Nur, 2000).
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan (Amiruddin, 1989).
Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi pembelajaran. Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi juga metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dan membimbing siswa belajar. Penyusunan informasi, pilihan strategi pengajaran, menentukan lingkungan pengajaran menjadi tanggung jawab guru. Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan cara penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan informasi itu (Wartono, 2004).

B.  Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil. Dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara lain: (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”, (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri, (3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, (7) siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ibrahim, 2000):
1.      siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2.      kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3.      bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
4.      penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para ahli telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun siswa kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam.
Pembelajaran kooperatif memiliki efek penting dalam penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, klas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
Tujuan penting selanjutnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain (Ibrahim, 2000).
3. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6 langkah utama di dalam pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka.
Fase terakhir meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Secara singkat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif  nampak pada Tabel 2.1 berikut (Corebima dkk., 2002):

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif

Fase

Tingkah Laku Guru

Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa
Ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

4. Landasan Teori dan Empirik
John Dewey (1916) mengharuskan guru menciptakan di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Di samping upaya pemecahan masalah di dalam kelompok kecil mereka, siswa belajar prinsip demokrasi melalui interaksi hari ke hari satu sama lain. Hebert Thelan (1954, 1969) mengembangkan prosedur yang lebih cepat untuk membantu siswa bekerja dalam kelompok. Kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antarpribadi (Nur dkk., 2000).
Hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain (Nur dkk., 2000):
1.      meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
2.      rasa harga diri menjadi lebih tinggi
3.      memperbaiki kehadiran
4.      angka putus sekolah menjadi rendah
5.      penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
6.      perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
7.      konflik antarpribadi berkurang
8.      sikap apatis berkurang
9.      pemahaman yang lebih mendalam
10.  motivasi lebih besar
11.  hasil belajar lebih tinggi
12.  retensi lebih lama
13.  meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (student Teams Achievement Division) merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa dimana setiap minggu guru menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap siswa diberi skor perkembangan (Ibrahim, 2000).
Pengetesan  pembelajaran kooperatif tipe STAD, guru meminta siswa menjawab kuis tentang bahan pelajaran. Butir-butir tes pada kuis ini harus merupakan suatu jenis tes obyektif tertulis (paper-and-pencil), sehingga butir-butir itu dapat diskor di kelas atau segera setelah tes itu diberikan. Laporan atau presensi kelompok dapat digunakan sebagai salah satu dasar evaluasi dan siswa hendaknya diberi penghargaan perannya secara individual dan hasil kolektif.
Dalam pembelajaran kooperatif, guru harus hati-hati dengan cara menilai yang diterapkan di luar sistem penilaian harian atau mingguan, konsisten dengan konsep struktur penghargaan kooperatif, adalah penting bagi guru untuk menghargai hasil kelompok berupa hasil akhir maupun perilaku kooperatif yang menghasilkan hasil akhir itu. Bagaimanapun juga, tugas penilaian ganda ini dapat menyulitkan guru pada saat guru mencoba menentukan nilai individual untuk suatu hasil kelompok (Corebima dkk., 2002).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Ditinjau dari bagaimana penelitian ini dilakukan, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas, merupakan rangkaian penelitian yang dilakukan secara siklik dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu terpecahkan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Penelitian tindakan di sini adalah kolaboratif partisipatoris, yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru atau teman sejawat di lapangan. Peneliti terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

B. Sasaran Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN 2 Larangan Pamekasan kelas 1 B dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang. Kelas 1 B menjadi pilihan karena penulis mengajar di kelas ini dan prestasi belajar siswa tergolong rendah dibandingkan dengan kelas 1 yang lain. Dari hasil ulangan harian pertama diperoleh data bahwa siswa yang tuntas belajar hanya 10 siswa (32,25%). 

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
 Pelaksanaan penelitian pada semester genap tahun pelajaran 2003/2004 di kelas 1 B SMPN 2 Larangan Pamekasan. Pelaksanaan berlangsung pada tanggal 23 Maret-20 April 2004 selama 12 jam pelajaran. Tiap jam pelajaran berlangsung selama 45 menit.
D. Prosedur Penelitian
            Sesuai dengan pendekatan penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat diutamakan, karena peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana dan pembuat laporan.
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat yaitu Akhmad Jalaludin, S.Pd. untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama berlangsungnya tindakan. Peneliti sebagai perencana tindakan artinya peneliti membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Perlu diketahui bahwa yang mengajar atau melaksanakan tindakan adalah peneliti sendiri, peneliti sebagai pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus pembuat laporan hasil penelitian.   

F. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil ulangan harian siswa pada setiap akhir siklus, dan data pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sumber data adalah seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian yaitu kelas 1 B  yang berjumlah 34 orang merupakan sumber data secara klasikal.
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket, ulangan harian, dan lembar observasi.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dikumpulkan kemudian dianalisis. Perolehan data selama penelitian akan dianalisis sebagai berikut:
1.    Analisis data observasi pengelolaan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD
Data observasi diperoleh dari pengelolaan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data ini digunakan untuk menganalisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif dengan ketentuan sebagai berikut:
1 = kurang baik                                                    
2 = cukup
3 = baik
4 = sangat baik
Data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dianalisis dengan menghitung rata-rata setiap aspek dari beberapa kali pertemuan yang dilaksanakan. Selanjutnya nilai rata-rata tersebut direfleksikan dengan kriteria sebagai berikut (Indana, 1998):
0,00 – 1,69 = tidak baik                           
1,70 – 2,59 = kurang baik
2,60 – 3,49 = cukup baik
3,50 – 4,00 = baik
Pembelajaran dianggap telah berlangsung efektif bila guru telah mampu mengelola pembelajaran dengan mencapai kriteria baik atau cukup baik.
2.        Analisis hasil ulangan harian
Data hasil ulangan harian digunakan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam belajar, dengan ketentuan sebagai berikut (Depdikbud, 1994): 
a.      siswa secara individu telah mencapai skor minimal 65% dalam menyelesaikan soal tes;
b.     secara klasikal ada 85% siswa yang telah mencapai skor 65%.
Prestasi  belajar siswa dikatakan baik jika telah menunjukkan adanya peningkatan hasil ulangan harian dari siklus 1 ke siklus berikutnya.

BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Tahap Pendahuluan

Sebelum penelitian dimulai, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada kelas I B selama proses pembelajaran. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, peneliti mengadakan diskusi secara khusus dengan guru-guru terutama guru matematika. Kemudian peneliti memberikan angket siswa sebagai refleksi awal yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan fokus masalah pada penelitian ini
Sebelum memaparkan hasil  penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu akan disajikan data hasil refleksi awal yang diperoleh dari angket siswa. Hasil refleksi awal tedapat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Angket Siswa sebagai Refleksi Awal

No

Aspek

Penilaian
Ya
Tidak
1.

2.

3.

4.

5.

6.


Matematika merupakan pelajaran yang sulit

Guru pernah menggunakan model pembelajaran kooperatif
Anda merasa senang dengan metode yang diterapkan oleh guru anda selama ini
Anda merasa termotivasi untuk belajar saat guru anda mengajar
Anda menginginkan adanya model pembelajaran yang baru
Apakah anda puas dengan hasil ulangan harian yang anda peroleh
51,61%

0%

58,06%

51,61%

100%

51,61%

48,39%

100%

41,94%

48,39%

0%

48,39%


Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas 1B SMPN 2 Larangan menyatakan biologi merupakan pelajaran yang sulit (51,61%) dan 51,61% siswa merasa tidak puas terhadap hasil ulangan yang diperoleh. Siswa merasa jenuh dengan metode mengajar yang selama ini diterapkan. Semua siswa (100%) menginginkan adanya variasi model pembelajaran, dan siswa merasa kurang termotivasi untuk belajar dengan metode yang selama ini diterapkan.
Peneliti menyiapkan data yang berupa nilai ulangan harian dari konsep sebelumnya (Lampiran 2). Dari nilai ulangan harian, maka guru dan observer membagi siswa ke dalam kelompok belajar. Pembentukan kelompok bertujuan untuk menciptakan masyarakat belajar atau siswa belajar dalam kelompok-kelompok (Nurhadi dkk., 2004).
Setelah itu peneliti dan observer menyiapkan perangkat pembelajaran siklus 1. Langkah yang ditempuh dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) menyusun lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif (Lampiran 3), (2) menyusun rencana pelajaran (Lampiran 4), membuat kartu soal (Lampiran 5), dan kunci jawaban (Lampiran 6).
Sesuai jadwal pembelajaran pada SMPN 2 Larangan yang mengacu pada Kurikulum 1994, pengumpulan data dimulai dari tanggal 23 Maret sampai 20 April 2004. Alokasi waktu  untuk tiap jam pelajaran adalah 45 menit.

B. Uraian Data Tindakan


1.    Siklus 1
Pada siklus 1 terdiri dari 4 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus 1 terdiri dari:
a.    Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
1.        Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelajaran  (RP), dan instrumen penelitian seperti lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD, kartu soal, dan kunci jawaban.
2.        Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan observer. Peneliti sebagai pelaksana tindakan. Observer pada penelitian ini adalah teman sejawat yang bertugas mengisi lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3.        Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti: media, alat tulis, dan kertas. 

b.   Pelaksanaan Tindakan
            Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23 Maret 2004. Pertemuan pertama berlangsung selama 2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang berupa guru membuka pelajaran dan mengecek pengetahuan awal siswa tentang kedudukan dua garis sejajar atau berpotongan. Kegiatan pendahuluan ini berlangsung selama 10 menit.
            Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar kemudian membagikan LKS pada masing-masing kelompok dan meminta siswa membaca LKS atau buku yang relevan. Pada saat pembentukan kelompok siswa agak ribut dan ramai. Guru melakukan presentasi kelas dilanjutkan dengan tanya jawab dan meminta masing-masing kelompok menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk mengerjakan dalam buku LKS. Ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kelompok. Guru membimbing masing-masing kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan Kegiatan 1 dan 2. Ada satu atau dua siswa pada masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman yang lain. Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan meminta kelompok lain menanggapinya. Guru meminta masing-masing kelompok mengumpulkan hasil kerjanya. Guru menilai hasil kerja kelompok. Guru memberikan umpan balik atas kegiatan diskusi kelas dan memberikan saran cara mengerjakan soal latihan. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik. Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit.
            Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan mengadakan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan. Guru memberi tugas untuk dikerjakan dirumah. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 10 menit.
            Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Maret 2004 dengan alokasi waktu 2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang berupa guru meminta beberapa siswa menuliskan jawaban dari tugas pada pertemuan sebelumnya di papan tulis. Guru mengecek pengetahuan awal siswa tentang cara menentukan besar sudut. Guru menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis. Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 10 menit.
            Pada kegiatan inti guru meminta siswa berada dalam kelompoknya masing-masing dan meminta siswa membaca LKS dan buku yang relevan. Guru melakukan presentasi kelas dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Guru meminta masing-masing kelompok mengerjakan kegiatan dalam LKS. Semua siswa terlihat aktif dalam kerja kelompok. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan latihan soal. Guru meminta masing-masing kelompok menempel hasil kerja kelompok dan meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok sementara kelompok lain menanggapinya. Semua anggota kelompok menyampaikan laporan hasil kegiatan. Guru memberikan umpan balik atas kegiatan diskusi kelas dengan memberikan jawaban yang benar. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik. Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit.
            Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan mengadakan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 5 menit. Ulangan Harian di laksanakan  pada hari Sabtu tanggal 27 Maret 2004.

c.    Observasi
            Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan pengamatan dan penilaian terhadap guru dan siswa. Pengamatan dan penilaian terhadap guru dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi pengelolaan  pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan telah berlangsung dengan cukup baik dengan rata-rata 2,80 (Lampiran 8). Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha tampil secara maksimal dan memenuhi seluruh aspek pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pengamatan dan penilaian terhadap siswa dilakukan oleh observer. Pada siklus 1 ini tidak semua siswa antusias mengikuti pelajaran. Hasil ulangan harian siswa juga belum menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Ketuntasan klasikal mencapai 54,83% dengan rata-rata 63,87.


d.   Refleksi
            Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus 1, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya. Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha tampil dengan baik dan memenuhi seluruh aspek pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil observasi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan pembelajaran antara lain: guru kurang memotivasi siswa dalam belajar dan kurang membimbing seluruh kelompok dalam kegiatan kelompok sehingga tidak semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti dan observer saling memberi masukan agar pada siklus berikutnya guru tampil dengan lebih baik. Guru harus berusaha memberi bimbingan yang merata pada semua kelompok sehingga tidak ada kelompok yang merasa tidak diperhatikan dan semua siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
            Dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran ada hal yang perlu diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya yaitu dalam kelompok kooperatif, tidak semua siswa aktif mengerjakan kegiatan dalam LKS, terutama pada pertemuan pertama. Ada satu atau dua siswa pada masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman yang lain. Untuk mengantisipasi agar hal ini tidak terulang pada siklus berikutnya maka bimbingan guru harus menyeluruh pada semua kelompok dan diharapkan terjadi pembagian tugas yang merata antaranggota kelompok. 


2.        Siklus 2
Pada siklus 2 juga terdiri dari 4 tahap tindakan. Tahap-tahap tindakan dalam siklus 2 terdiri dari:
a.        Rencana Tindakan
            Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, maka rencana tindakan pada siklus 2 adalah sebagai berikut:
1.        Menyusun  rencana pelajaran  (Lampiran 10).
2.        Menyiapkan instrumen penelitian berupa: kartu soal ulangan harian (Lampiran 11), kunci jawaban (Lampiran 12)
3.        Menyiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4.        Menyiapkan media pembelajaran.

b.        Pelaksanaan Tindakan
            Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30 Maret 2004. Pertemuan pertama berlangsung selama 2 X 45 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang berupa guru mengecek pengetahuan awal siswa tentang cara melukis sudut. Guru menulis  tujuan pembelajaran. Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 10 menit.
            Pada kegiatan inti guru meminta siswa berada dalam kelompoknya masing-masing. Siswa tertip dan tidak begitu ramai. Guru meminta siswa membaca LKS dan buku lain yang relevan. Hampir semua siswa membaca LKS dan buku. Guru melakukan presentasi kelas dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Guru meminta siswa mengerjakan LKS.
            Guru mengingatkan kembali pada siswa bahwa saat kerja kelompok, semua siswa dalam kelompok harus saling bekerja sama. Begitu juga saat kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas agar semua siswa terlibat secara aktif, baik dalam mengajukan pertanyaan maupun jawaban. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan kegiatan dan penarikan kesimpulan. Guru berusaha membimbing semua kelompok. Semua siswa dalam kelompok saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
            Guru meminta masing-masing kelompok menempel hasil kerja kelompok pada dinding kelas. Semua kelompok menempel hasil kerja di dinding kelas. Guru memberi nilai hasil kerja kelompok. Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapinya. Guru memberi umpan balik atas kegiatan diskusi kelas. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik. Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit.
            Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan mengadakan tanya jawab secara lisan. Guru bertanya tentang materi yang telah dipelajari secara lisan pada siswa yang ditunjuk. Guru meminta siswa membuat kesimpulan. Kegiatan penutup ini berlangsung selama 10 menit.
            Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 1 April 2004 dengan alokasi waktu 2 X 45 menit. Kegiatan pendahuluan dimulai dengan guru meminta siswa mengumpulkan tugas. Guru mengecek pengetahuan awal siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 10 menit.
            Pada kegiatan inti Guru meminta siswa berada dalam kelompok belajar yang telah ditentukan seperti pada pertemuan sebelumnya. Siswa menuju tempat yang telah ditentukan guru. Siswa tidak begitu ramai. Guru meminta siswa membaca LKS  dan buku lain yang relevan. Guru melakukan presentasi kelas dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Guru membimbing masing-masing kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan kegiatan dalam LKS. Guru berusaha melayani semua kelompok. Semua siswa dalam kelompok saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok.
            Guru meminta masing-masing kelompok menempel hasil kerja kelompok. Guru memberi nilai terhadap hasil kerja kelompok. Guru meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok sementara kelompok lain menanggapinya. Guru memberi penghargaan pada kelompok terbaik. Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit.
            Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa mengadakan refleksi dengan melakukan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan.Kegiatan penutup berlangsung selama 10 menit. Ulangan harian dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3 April 2004.

c.    Observasi
            Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, diadakan pengamatan dan penilaian terhadap guru dan siswa. Pengamatan dan penilaian terhadap guru dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi pengelolaan  pembelajaran kooperatif tipe STAD.     Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD secara keseluruhan telah berlangsung dengan baik (Lampiran 13). Dalam kegiatan pembelajaran, guru telah memenuhi seluruh aspek  pembelajaran kooperatif. Hal ini terjadi karena guru telah mampu menumbuhkan mutivasi siswa dalam belajar. Guru telah melakukan bimbingan yang menyeluruh pada semua kelompok. Hasil ulangan harian mencapai rata-rata 76,77 dengan ketuntasan klasikal 74,19% (Lampiran 14).

d.   Refleksi
            Berdasarkan hasil observasi dan tes kognitif  selama siklus 2 berlangsung, diperoleh data bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD telah berlangsung dengan kategori baik (B). Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan dari siklus 1 dengan kategori cukup baik (2,80)  ke siklus 2 dengan kategori baik (3,81) . Peningkatan ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Diagram Batang Pengelolaan Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Siklus 1 dan 2



Hasil ulangan harian  meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.

 



Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Ulangan Harian  pada Siklus 1 dan 2



BAB V
PEMBAHASAN

Pengelolaan Pembelajaran kooperatif pada siklus 1 belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Terlihat guru kurang mampu mengelola pembelajaran dan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif. Siswa belum memahami tugas mereka dalam pembelajaran kooperatif ini. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan bimbingan guru sehingga sebagian besar siswa bersifat pasif. Hanya sebagian kecil saja siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Alokasi waktu yang tersedia pada rencana pembelajaran tidak tercapai dengan tepat, dimana guru kurang melakukan transisi efisiensi pada saat membentuk kelompok sehingga waktu yang tersedia tidak cukup.
Pada siklus 2 guru telah mampu mengelola pembelajaran dengan cukup baik dan siswa nampak sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran kooperatif. Guru telah mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan bimbingan guru merata pada semua siswa. Hanya sebagian kecil saja siswa yang terlihat pasif dalam kegiatan pembelajaran baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat diskusi kelas. Pengaturan  waktu sudah sangat baik sehingga KBM berjalan sesuai skenario. Pada siklus 2 ini guru telah mampu mengatasi segala hal yang menghambat kegiatan belajar mengajar  dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada beberapa aspek yang dirasa masih kurang. Secara  keseluruhan kegiatan pembelajaran kooperatif berlangsung baik sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif.
Pada data hasil ulangan harian meningkat dari siklus 1 ke siklus 2, baik dari persentase ketuntasan klasikal maupun rata-rata kelas. Kenaikan tersebut sebanyak 19,32% untuk ketuntasan klasikal dan 12,9 untuk rata-rata kelas. Adanya peningkatan tersebut disebabkan pengelolaan pembelajaran kooperatif telah berlangsung secara efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit dan struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Didukung oleh pendapat Nur dkk. (2000) bahwa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antarpribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, motivasi lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan guru telah mampu menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa kelas 1 B SMPN 2 Larangan Pamekasan meningkat. Terutama adanya penghargaan yang diberikan guru pada kelompok terbaik. Pemberian penghargaan ini telah memunculkan efek positif pada siswa. siswa semakin antusias untuk belajar. Hal ini didukung oleh pendapat Nur (2001) bahwa salah satu cara memunculkan motivasi pada siswa adalah menonjolkan hal yang positif, dengan mengetahui kekuatan-kekuatan siswa dan menggunakan kekuatan itu sebagai bahan dasar untuk membangun. Singkirkan hal negatif dengan jalan tidak menyepelekan kelemahan siswa tapi menangani kelemahan itu secara langsung dengan menggunakan cara-cara yang bijak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A.    Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan, sebagai berikut:
1.      Pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 1B  SMPN 2 Larangan Pamekasan
2.      Peningkatan prestasi belajar yang diperoleh adalah sebanyak 19,32% untuk ketuntasan klasikal dan 12,9 untuk rata-rata kelas.

B.     Saran
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini, antara lain:
1.      Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai alternatif untuk melakukan inovasi pembelajaran di kelas.
2.      Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe paling sederhana. Untuk itu pembelajaran kooperatif dapat dikembangkan dengan menggunakan tipe-tipe  lain yang sesuai.
3.      Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bisa dikembangkan alat penghargaan yang lain yang lebih menarik.

sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar