BAB I
PENDAHULUAN
Manusia tidak
dapat terlepas dari bahasa. Dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dapat membuktikan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain. Selain
melalui bahasa vocal manusia juga
sering menuangkan hasil pemikiran melalui tulisan.
Tanpa
bahasa tidak akan terjadi komunikasi dan transformasi pengetahuan sehingga
manusia selalu berada dalam keterbelakangan. Lazimnya dalam sebuah komunikasi,
bahasa merupakan alat sentral untuk menyampaikan sebuah pesan dan memahami
maksudnya. Begitu juga dalam menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa menjadi
salah satu sarana ilmiah dalam berfikir sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
yang logis.
Pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari peran bahasa di dalamnya, apalagi
dalam perkembangan filsafat. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena hubungan
antara bahasa dan filsafat telah berjalan lama, yaitu semenjak zaman Yunani
kuno. Dalam hal ini, terdapat hubungan timbal balik antara bahasa dan filsafat.
Pertama, bahasa menjadi subjek atau alat dalam menganalisis, memecahkan, dan
menjelaskan problema-problema dan konsep-konsep filosofis sehingga filsafat
dapat berkembang. Kedua, bahasa menjadi objek material, yaitu menjadi
pembahasan dalam filsafat sehingga perkembangan bahasa semakin meningkat. Hubungan yang
sudah lama dan erat ini tidak dapat dipisahkan terutama dalam pengertian pokok
bahwa tugas utama filsafat adalah menganalisis konsep-konsep dan hal ini akan
terungkap melalui bahasa. Berdasarkan uraian di atas maka penyusun akan
memaparkan bagamiana keterkaitan antara bahasa dan filsafat selanjutnya
bagaimana implikasi pada dunia pendidikan maupun bimbingan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bahasa
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya
tentang pengertian bahasa dan tentunya setiap ahli berbeda-beda dalam menyusun
redaksional kata-kata. Berikut penyusun akan paparkan pengertian bahasa menurut
ahli.
Menurut Louis O. Kattsoff (2004:39), bahasa tersusun
dari perangkat-perangkat tanda yang digabungkan dengan cara-cara tertentu. Ada
tanda-tanda satu demi satu seperti yang ditunjukan oleh huruf-huruf abjad. Bila
huruf-huruf ini digabungkan dengan cara-cara tertentu maka sejumlah darinya
menimbulkan apa yang dinamakan “kata-kata atau itilah-istilah dasar” bahasa.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi yang
bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi
untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Bloch and Trager dalam Amsal Bakhtiar (2008:176),
mengatakan bahwa: “a language is a system
of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates (Bahasa
adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi).
Joseph Broam dalam Amsal Bakhtiar (2008:177),
mengatakan bahwa: “a language is a
structured system of arbitrary vocal symbols by means of wich members of group
interac (Bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol
bunyi arbiter yang digunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai
alat bergaul satu sama lain).
Batasan diatas memerlukan sedikit penjelasan agar
tidak terjadi kesalah pahaman, oleh karen itu perlu diteliti setiap unsur yang
terdapat didalamnya:
1. Simbol-simbol
Simbol-sombol
berarti things that stand for other
things atau sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain. Hubungan antara simbol
dan “sesuatu” yang dilambangkannya itu tidak merupakan sesuatu yang terjadi
dengan sendirinya atau sesuatu yang bersifat alamiah, seperti yang terdapat
awan hitam dan turunnya hujan, ataupun antara tingginya panas badan dan
kemungkinan terjadinya infeksi. Awan hitam adalah tanda turunnya hujan, panas
suhu badan yang tinggi tanda suatu penyakit. Simbol atau lambang memperoleh
fungsi khususnya dari mufakat kelompok atau konvensional sosial, dan tidak
mempunyai efek apapun bagi setiap orang yang tidak mengenal konsensus atau
konvensi tersebut.
Jadi,
jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu
sistem atau simbol-simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa ucapan si
pembicara dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam
dunia praktis.
2. Simbol-simbol
vokal
Simbol-simbol
yang membangun ujaran manusia adalah simbol-simbol vokal yaitu bunyi-bunyi yang
urutan-urutan bunyinya dihasilkan dari kerja sama berbagai organ atau alat
tubuh dengan sistem pernafasan. Untuk memenuhi maksudnya, bunyi-bunyi tersebut
haruslah didengar oleh orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa
untuk memudahkan si pendengar untuk merasakannya secara jelas dan berbeda dari
yang lain.
Pada
dasarnya, ujaran merupakan fenomena akustik. Tidak semua bunyi yang dihasilkan
oleh organ-organ vokal manusia merupakan simbol-simbol bahasa/lambang-lambang
kebahasaan. Contohnya Bersin, batuk, dengkur dain lain sebagainya, biasanya
tidak mengandung nilai simbolis, semua itu tidak bermakna apa-apa diluar diri
mereka sendiri. Hanya apabila bunyi tersebut mempunyai makna konvensional
tertentu dalam suatu kelompok sosial tertentu pula, misalnya apabila
batuk-batuk kucing diartikan lambang dari rasa hormat atau keadaan memalukan,
barulah diterima sebagai sejenis status tambahan dalam bahasa masyarakat
tersebut.
3. Simbol-simbol
vokal arbitter
Istilah
arbitter di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid
secara filosofi antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya. Hal ini akan
lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari satu bahasa. Misalnya, untu
menyatakan jenis binatang yang disebut Equus
Caballus, orang Inggris menyebutnya Horse,
orang Perancis menyebutnya Cheval,
orang Indonesia menyebutnya Kuda, dan orang Arab menyebutnya Hison. Semua kata ini sama tepatnya,
sama arbitternya. Semuanya adalah konvensional sosial yakni sejenis persetujuan
yang tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesama anggota
masyarakat yang memberi setiap makna tertentu.
4. Suatu
sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitter
Walaupun
hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hati nurani,
logika, atau psikologi, namun kerja sama antara bunyi-bunyi itu sendiri, di
dalam bahasa tertentu, ditandai oleh sejumlah konsistensi, ketetapan intern.
Dalam
beberapa bahasa, bunyi-bunyi tertentu tidak dapat dipakai di awal kata, yang
lainnya tidak dapat dipakai atau menduduki posisi di akhir kata. Gabungan bunyi
dan urutan bunyi membuktikan betapa pentingnya kriteria kecocokan dan pemolaan
yang teratur rapi. Pemolaan ini jelas bersifat intuitif yang merupakan sifat
tidak sadar, walaupun telah ditelaah oleh sarjana, diciptakan dan telah
dipegunakan oleh manusia yang biasanya tidak sadar akan adanya suatu “sistem
berstruktur” yang mendasari ujaran mereka.
5. Yang
digunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu
sama lain.
Bagian
ini menyatakan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Para ahli sosial menaruh
perhatian pada tingkah laku manusia, sejauh tingkah laku tersebut mempengaruhi
atau dipengaruhi manusia lainnya. Mereka memandang tingkah laku sosial seagai
tindakan atau aksi yang ditujukan terhadap yang lainnya. Fungsi bahasa memang
sangat penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota masyarakat dapat
mendakan interaksi sosial.telaah mengenai pola-pola interaksi ini merupakan
bagian dari ilmu sosiologi.
B.
Fungsi
Bahasa
Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat
fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi,
sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana
untuk perubahan masyarakat.
Walaupun ada perbedaan, pendapat ini saling melengkapi.
secara umum dapat dinyatakan fungsi bahasa menurut Fathi Ali Yunus dalam Amsal Bakhtiar (2008:180) adalah:
1.
Koordinatoor kegiatan-kegiatan
masyarakat.
2.
Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
3.
Penyampaian pikiran dan perasaan.
4.
Penyenangan jiwa.
5.
Pengurangan kegoncangan jiwa.
Menurut Halliday dalam Amsal Bakhtiar (2008:180) bahwa
fungsi bahas adalah sebagai berikut:
1.
Fungis instrumental: Penggunaan bahasa
untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum dan
sebagainya
2.
Fungsi regulatoris: penggunaan bahasa
untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
3.
Fungsi interaksional: Penggunaan bahasa
untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dengan orang lain.
4.
Fungsi personal: Seseorang menggunakan
bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran.
5.
Fungsi heuristik: Penggunaan bahasa
untuk mencapai mengungkapkan tabir fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
6.
Fungsi imajinatif: Penggunaan bahasa
untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai
dengan realita.
7.
Fungi representasional: Penggunaan
bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada
orang lain.
Fungsi Bahasa menurut Linda Thomas dan Shan Wraeing (1999:14)
antara lain:
1.
Fungsi referensial dalam bahasa adalah
yang terkait dengan nama apa yang digunakan untuk menyebut objek dan ide serta
bagaimana cara mendeksripsikan kejadian.
2.
Fungsi afektif dari bahasa terkait
dengan siapa yang boleh atau berhak mengatakan apa, di mana ini erat sekali
kaitannya dengan kekuasaan dan statis sosal. Misalnya ucapan “sudah waktunya
kamu keramas” itu merupakan ucapan yang tepat jika diberikan orang tua kepada
anaknya tapi tidak tepat digunakan jika dari pegawai kepada bos.
Menurut Andre martinet (1987) fungsi bahasa ada tiga
yakni:
1.
Berkomunikasi
2.
Bahasa berguna sebagai penunjang pikiran
3.
Bahasa untuk mengungkapkan diri.
C.
Bahasa
Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu sistem simbol
yang tidak hanya merupakan urutan bunyi-bunyi secara empiris, melainkan memilki
makna yang sifatnya non empiris. Dengan demikian bahasa adalah merupakan sistem
simbol yang memiliki makna, alat komunikasi manusia, penuangan emosi manusia.
Filsafat sebagai suatu aktifitas manusia yang berpangkal pada akal pikiran
manusia untuk menemukan kearifan dalam hidupnya, terutama dalam mencari dan
menemukan hakikat realitas dari segala sesuatu yang memiliki hubungan yang
sangat erat dengan bahasa. Oleh karena itu untuk dapat mengungkapkan struktur
realitas diperlukan suatu sistem simbol bahasa yang memenuhi syarat logis
sehingga satuan-satuan dalam ungkapan bahasa terwujud dalam bentuk
preposisi.
Keberadaan bahasa sebagai sesuatu yang khas milik manusia
tidak hanya merupakan simbol belaka, melainkan media pengembang pikiran manusia
terutama dalam mengungkapkan realitas segala sesuatu.
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berfikir saling
berpengaruh satu sama lain. Bahwa kemampuan berfikir berpengaruh terhadap
kemampuan berbahasa, sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh pada kemampuan
berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya akan mengalami kesulitan
dalam menyusun kalimat yang laogis, baik dan sistematis. Hal ini akan berakibat
sulitnya untuk berkomunikasi. Seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan
bahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan
dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak.
Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat pada ketidaktepatan dan
kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil
proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemrosesan
berpikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa (dalam Sunarto dan Agung
Hartono, 2006).
Dengan demikian dalam kehidupan manusia bahasa bukan
berfungsi sebagai alat komunikasi saja melainkan juga menyertai proses berpikir
manusia dalam usahanya memahami dunia luar. Oleh sebab itu bahasa selain
memilki fungsi komunikatif juga memilki fungsi kognitif dan emotif.
Persoalan yang mendasar adalah bagaimana kegiatan
bernalar manusia dapat dikomunikasikan pada orang lain dan dapat mewakili
kebenaran isi pikiran manusia. Dalam pengertian ini peran bahasa di dalam
logika menjadi sangat penting. Kegiatan penalaran manusia sebagaimana dijelaskan
adalah kegiatan berpikir (Kaelan, 2002).
Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang layaknya
menguasai kriteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan
menguasai hal tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud. Di samping
menguasai langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh sarana yang salah
satunya adalah bahasa.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan
dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandasakan logika
induktif atau deduktif. Dengan kata lain, kegiatan berpikir ilmiah ini sangat
berkaitan dengan bahasa. Menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum
tentu mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang kurang benar.
Premis yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah juga. Semua itu tidak
terlepas dari fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana berpikir.
D.
Bahasa
Ilmiah dan Bahasa Agama
Telah diutarakan sebelumnya bahwa bahasa ilmiah
adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah, berbeda dengan bahasa
agama. Ada dua pengertian mendasar tentang bahasa agam, pertama, bahasa agama adalah kalam Illahi yang terabadikan dalam
kitab suci. Kedua, bahasa agama
merupakan ungkapan serta perilaku keagamaan dari seseorang atau sebuah kelompok
sosial. Dengan kata lain bahasa agama dalam konteks kedua merupakan wacana
keagamaan yang dilakukan oleh umat beragama maupun sarjana ahli agama, meskipun
tidak selalu menunjuk serta menggunakan ungkapan-ungkapan kitab suci. Walaupun
ada perbedaan antara kedua bahasa ini namun keduanya merupakan sarana untuk
menyampaikan sesuatu dengan gaya bahasa yang khas.
Bahasa ilmiah dalam tulisan-tulisan ilmiah terutama
sejarah selalu dituntut secara deksriptif sehingga memungkinkan pembacanya
untuk ikut menafsirkan dan mengembangkan lebih jauh. Sedangkan bahasa agama
menggunakan gaya deskriptif juga preskriptif yakni struktur makna yang
dikandung selalu bersifat persuasive
di mana pengarang mengkhendaki di pembaca mengiktui pesan.
Bahasa ilmiah yang notabene merupakan kreasi manusia
bagaimanapun indah gaya bahasanya dan teratur urutan katanya namun tetap akan
dihadapkan pada kritik dan saran dari pembaca. Hal ini sangat berbeda dengan
bahasa agama di mana para jagoan sastra harus mengakui kekalahan mereka jika
dihadapkan dengan gaya bahasa agama yang termaktub di dalam Al-Qur’an.
BAB III
IMPLEMENTASI DALAM BIDANG PEMBELAJARAN
DAN BIMBINGAN KONSELING
A. Implementasi dalam Pembelajaran
Dari uraian yang telah dipaparkan maka dapat
penyusun simpulkan bahwa bahasa memgang peranan yang penting dalam dunia
pendidikan. Sebagai regulatoris bahasa dapat berperan dalam mengubah tingkah
laku peserta didik dalam pembelajaran, dengan bahasa yang baik dan dapat
dimengerti seorang pendidik bisa melakukan persuasive
kepada peserta didik untuk bertindak dalam kaidah-kaidah kebenaran. Selain itu
dari segi heuristik bahasa dapat berperan sebagai sarana pembelajara untuk
mengungkap tabir fenomena yang ada di jagat raya dan memiliki keinginan untuk
mempelajarinya. Dari aspek representasional bahasa juga dapat berperan sebagai
sarana menyampaikan pemikiran dan wawasan. Seorang pendidik maupun peserta
didik dapat menggunakan bahasa dalam menyampaikan wawasan dan pikiran. Sebagai
contoh dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) siswa
dituntut untuk mampu berpikir bukan hanya mendengar dan mencatat. Dari proses
pemikiran tentang suatu materi siswa kemudian diminta untuk menyampaikan
gagasan-gagasannya kepada siswa lain, tentu saja dalam hal ini peran bahasa
sangat diperlukan. Bagaimana siswa mampu menyusun kalimat dan menyampaikannya
dengan baik tentu saja akan berpengaruh kepada tingkat pemahaman penerima
pesan. Lebih jauh lagi bahasa dalam pembelajaran dapat berfungsi sebagai grooming talking atau tuturan yang
sopan. Penyampaian pola pikir yang dilakukan selain menggunakan bahasa yang
ilmiah dan teratur juga harus mengandung unsur-unsur kesopanan. Hal ini
dilakukan untuk memperlancar proses sosial dan menghindari pertentangan antar
peserta didik.
B.
Implementasi
dalam Bimbingan dan Konseling
Sebenarnya tidak jauh berbeda bagaimana penerapan
bahasa dalam proses pembelajaran, dalam bimbingan dan konseling juga
menggunakan fungsi-fungsi di atas. Namun penyusun akan membahasnya dari
perspesktif bimbingan dan konseling itu sendiri.
Telah dikatakan sebelumnya bahwa bahasa dapat
digunakan dalam mengubah tingkah laku. Hal ini tentunya sangat sesuai dengan
fokus pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yakni untuk mengubah tingkah
laku siswa dari yang tidak sesuai dengan norma, tidak efektif, maupun dalam
tataran negatif kepada pola tingkah laku yang sesuai dan efektif. Efektifkah persuasive yang dilakukan kepada siswa
untuk mengubah tingkah laku jika tanpa bahasa? Menurut penyusun sendiri bahasa
tetap memiliki peran yang besar dalam perubahan tingkah laku siswa. Pola-pola
ataupun simbol bunyi yang dilakukan guru bimbingan dan konseling ketika menjadi
fasilitator untuk perubahan tingkah laku siswa setidaknya harus memuat syarat
bahasa yang digunakan jelas, tersusun baik, dan menjunjung kesetaraan.
Dari aspek interaksional, bahasa dapat digunakan
sebagai sarana berinteraksi dengan siswa. Interaksi yang dibangun tentunya
harus hangat dan penuh penghargaan positif. Jangan memandang rendah atau enteng
kepada siswa karena akan berpengaruh pada pola bahasa yang akan digunakan.
Sedang ataupun tidak memberikan layanan interaksi tetap harus dijalin agar
terbinanya suatu hubungan kedekatan ataupun intim antara guru bimbingan dan
konseling dengan peserta didik agar peserta didik mau dan bersemangat dalam
memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling
Jika dipandang dari aspek personal. Bahasa dapat
digunakan untuk mencurahkan perasaan kepada orang lain. Tentu saja hal ini
sangat relevan dengan pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh
guru bimbingan dan konseling terutama pada jenis-jenis layanan yang memang
berkaitan dengan sentuhan emosional siswa seperti layanan konseling individu
maupun konseling kelompok. Klien dapat mencurahkan isi perasaannya kepada
konselor tentunya dengan bahasa selain dengan bentuk nonverbal.
Dari aspek heuristik bahasa dapat digunakan untuk
mengembangkan aspek keilmuan bimbinngan dan konseling. Dengan semakin
berkembangnya zaman tentu saja disertai dengan perbedaan kebutuhan sasaran
layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini pemikiran yang mendalam perlu dilakukan
dan menggunakan metode-metode ilmiah sehingga dihasilkan temuan-temuan terbaru
dan disampaikan gagasan tersebut kepada orang lain dengan bahasa. Pada
pembahasan telah diuraikan bahwa kemampuan berbahasa erat kaitannya dengan
kemampuan berpikir begitu juga sebaliknya. Jika seorang guru bimbingan dan
konseling rendah dalam kemampuan berpikirnya maka ia juga akan sulit menyusu
kalimat yang logis, sistematis dan jelas dalam menyampaikan gagasan-gagasannya
kepada orang lain.
Jika dipandang dari aspek representasional bahasa
dapat digunakan oleh guru-guru bimbingan dan konseling maupun siswa untuk
bertukar ide ataupun gagasan. Sejenis diskusi keilmuan dapat dilakukan, tentu
saja dengan memanfaatkan bahasa.
DAFTAR
REFERENSI
Amsal
Bakhtiar. 2008. Filsafat Ilmu.
Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Andre
Martinet. 1987. Ilmu Bahasa.
Yogyakarta. Kanisius.
Kaelan.
2002. Filsafat bahasa masalah dan
perkembangannya. Yogyakarta. Paradigma.
Kattsoff,
Louis O. 2004. Pengantar Filsafat
(Alih bahasa Soejono Soemargono). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Sunarto
dan Ny. B. Agung Hartono. 2006. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta. Rineka Cipta.
Thomas,
Linda, dkk. 1999. Bahasa, Masyarakat dan
Kekuasaan (Alih Bahasa Sunoto, dkk). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Bahasa.
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
1433 H / 2012 M
If you're trying to lose pounds then you certainly need to jump on this brand new custom keto meal plan diet.
BalasHapusTo produce this keto diet, licenced nutritionists, fitness couches, and cooks have united to produce keto meal plans that are productive, convenient, price-efficient, and fun.
Since their launch in early 2019, thousands of individuals have already completely transformed their body and health with the benefits a professional keto meal plan diet can provide.
Speaking of benefits; clicking this link, you'll discover eight scientifically-confirmed ones provided by the keto meal plan diet.