BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah suatu perbuatan yang
kompleks (a highly complexion process).
Disebut kompleks karena dituntut adanya kemampuan profesional, personal, dan
sosio kultural secara terpadu dalam proses belajar-
mengajar. Dikatakan
kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan
nilai, dan keterampilan dalam proses belajar-mengajar. Segala bentuk
kompleksitas tersebut harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
Berdasarkan UU RI No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 3 dijelaskan bahwa: “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Untuk mencapai tujuan tersebut seharusnya guru menggunakan banyak
pendekatan dalam proses pembelajaran. Pendekatan tersebut setidaknya mampu
mendorong anak untuk berkreativitas dan mampu mengembangkan potensi anak. Oleh
sebab itu dituntut seorang guru yang kreatif dan inovatif dalam mewujudkan
lingkungan belajar yang menyenangkan.
Namun masih sangat sering dijumpai guru
yang terus menerus menggunakan strategi pembelajaran konvensional untuk semua
materi pembelajaran. Tentu saja hal ini tidak tepat. Harus ada perubahan
ataupun kolaborasi berbagai strategi dan metode pembelajaran untuk
membangkitkan minat siswa, salah satunya adalah active learning.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Active Learning
Lebih dari 2400 tahun yang
lalu Confucius menyatakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham
Mel
Silberman memodifikasi dan memperluas
pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau
diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan,
saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Penambahan yang
dilakukan oleh Siberman tentunya dilandasakan pada keadaan nyata di lapangan.
Kebanyakan guru berbicara kurang lebih 100-200 kata per menit. Namun berapa
banyak kata yang akan didengar siswa? Ini tergantung pada bagaimana mereka
mendengarkan. Jika siswa benar-benar konsentrasi siswa akan mendengarkan antara
50-100 kata permenit atau setengah yang dikatakan guru. Untuk mensiasati
permasalahan tersebut sudah seharusnya guru menggunakan strategi pembelajaran
yang menyenangkan dan menempatkan siswa sebagai subjek aktif.
Menurut Richard M. Felder (2008:2), “Active learning is
anything course-related that all students in a class session are called upon to
do other than simply watching, listening and taking notes”. Menurut Daniel Bell and Jahna Kahrhoff (2006:1), “Active Learning is a process where in
students are actively engaged in building understanding of facts, ideas, and
skills through the completion of instructor directed tasks and activities”.
Active learning pada dasarnya merupakan salah satu bentuk atau jenis dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas peserta didik mengandung pengertian bahwa sistem pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subyek didik yang aktif dan telah memiliki kesiapan untuk belajar. Dalam pandangan psikologi modern belajar bukanlah sekedar menghafalkan sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi merupakan peristiwa mental dan proses berpengalaman. Oleh karena itu, setiap peristiwa pembelajaran menuntut keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (kognitif, motorik, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap.
Tingkatan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan
untuk menerapkan strategi pembelajaran active
learning dalam pembelajaran di kelas. Selain itu beberapa hasil penelitian
yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di
dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan
anggota kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang
paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga
mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang
lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam
konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan
belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active learning di kelas menjadi sangat penting karena memiliki
pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.
Ciri pembelajaran ALIS (Active
Learning in School) dalam Hamzah dan Nurdin (2011), adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
2. Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata
3. Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi
4. Pembelajaran melayani gaya belajar yang berbeda-beda
5. Pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah
6. Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar
7. Pembelajaran berpusat pada anak
8. Penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar
9. Guru memantau proses belajar siswa
10. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak
Garman and
Piantanida (1996:12 ) setidaknya ada beberapa kategori pembelajaran aktif,
yakni “Physical Activities, Play, Academic Tasks, Experiential Activities”.
B.
Pentingnya Active Learning
Dalam
kegiatan pembelajaran peserta didik dituntut untuk lebih dari sekedar
mendengarkan. Peserta didik harus membaca, menulis, berdiskusi, atau terlibat
dalam pemecahan masalah. Untuk terlibat secara aktif, peserta didik harus
terlibat dalam kegiatan berpikir yang lebih tinggi seperti menganalisis,
mensisntesis, dan mengevaluasi. Untuk itu active learning harus dipilih sebagai pendekatan agar
peserta didik dapat melakukan kegiatan-kegiatan belajar serta memikirkan apa
yang dilakukannya untuk belajar.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa active learning merupakan teknik mengajar yang
efektif. Dibandingkan dengan metode mengajar tradisional seperti ceramah, peserta didik akan
belajar lebih banyak materi, dapat menyimpan informasi lebih lama, dan lebih
dapat menyukai kondisi kelas. Active
learning memungkinkan peserta didik untuk belajar dalam kelas dengan
bantuan pendidik serta peserta didik lainnya.
Untuk menerapkan active
learning pendidik harus melaksanakan hal berikut:
- Memanfaatkan sumber belajar di
lingkungannya secara optimal dalam proses pembelajaran
- Berkreasi dan mengembangkan
ide/gagasan baru
- Mengurangi kesenjangan pengetahuan
yang diperoleh peserta didik di sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh
dari masyarakat
- Memperjelas relevansi dan
keterkaitan mata kuliah/mata pelajaran bidang ilmu dengan kebutuhan
sehari-hari dalam masyarakat
- Mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku
peserta didik secara bertahap dan utuh
- Memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya
- Menerapkan prinsip-prinsip belajar
aktif
C.
Penerapan Active Learning
Penerapan active learning dapat diterapkan melalui banyak metode. Berikut
akan dijelaskan beberapa di antaranya:
a. True or False (Benar atau salah)
Metode
ini merupakan aktifitas kolaboratif yang mengajak siswa untuk terlibat ke dalam
materi secara langsung. Metode ini meminta kepada siswa untuk menyatakan benar
atau salah atas pernyataan yang ditulis oleh guru pada masing-masing
kartu.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1)
Guru membuat list pernyataan yang berhubungan dengan materi pelajaran,
separuhnya benar dan separuhnya lagi salah. Masing-masing pernyataan
ditulis pada selembar kertas yang berbeda. Jumlah lembar pernyataan disesuaikan
dengan jumlah siswa.
2)
Guru memberi setiap siswa satu kertas kemudian mereka diminta untuk
menentukan benar atau salah pernyataan tersebut. Selanjutnya guru menjelaskan
bahwa masing-masing dari mereka bebas menggunakan cara apa saja untuk
menentukan jawaban.
3)
Setelah selesai, guru meminta siswa membaca masing-masing pernyataan dan
meminta jawaban dari mereka benar atau salah.
4)
Guru memberi masukan untuk setiap jawaban dan menegaskan bahwa yang
dilakukan oleh siswa adalah bekerja bersama.
5) Guru menekankan kepada siswa bahwa kerja sama
dalam kelompok akan membantu kelas
b. Guided Teaching (Pembelajaran terbimbing)
Metode
ini merupakan aktifitas untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau untuk
memperoleh hipotesa. Metode ini meminta kepada siswa untuk membandingkan antara
jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh guru.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1)
Guru menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui
pikiran dan kemampuan yang mereka miliki.
2)
Guru memberi kesempatan beberapa menit kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan dengan meminta mereka untuk bekerja berdua atau dalam kelompok
kecil.
3)
Guru meminta siswa menyampaikan hasil jawaban mereka, kemudian guru mencatat
jawaban-jawaban mereka.
4) Guru menyampaikan poin-poin utama dari
materi, kemudian meminta siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan
poin-poin yang telah disampaikan. Setelah itu, guru mencatat poin-poin yang
dapat memperluas bahasan materi
c. Card Sort
(Cari Kawan)
Metode
ini merupakan aktifitas kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan
konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang objek atau mereview informasi.
Metode ini meminta kepada masing-masing kelompok siswa untuk mempresentasikan
isi kartu yang ada di kelompoknya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1)
Guru membagi kertas yang berisi informasi kepada setiap siswa.
2)
Guru meminta siswa untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk
menemukan kartu yang kategorinya sama.
3)
Guru meminta siswa mempresentasikan kategori masing-masing di depan
kelas.
4) Guru memberikan poin-poin penting terkait
dengan bahan materi
d. The Power of Two (Gabungan Dua Kekuatan)
Metode
ini merupakan aktifitas pembelajaran yang digunakan untuk mendorong
pembelajaran kooperatif dan memperkuat pentingnya serta manfaat sinergi. Metode
ini meminta kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru secara individual,
kemudian melakukan sharing bersama seorang siswa di sebelahnya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1)
Guru mengajukan satu atau dua pertanyaan kepada siswa yang menuntut
perenungan dan pemikiran.
2)
Guru meminta setiap siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara
individual.
3)
Setelah selesai, guru meminta mereka untuk berpasangan dan saling
bertukar jawaban dan membahasnya.
4)
Guru meminta pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru atas
pertanyaan dan memperbaiki jawaban indiviual mereka.
5)
Kemudian guru membandingkan jawaban-jawaban mereka
e. Rotating Roles (Permainan Bergilir)
Metode
ini merupakan aktifitas yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kecakapan dalam bermain peran terhadap situasi kehidupan nyata. Metode ini
meminta kepada siswa untuk membuat skenario kehidupan yang nyata berkaitan
dengan materi yang sedang didiskusikan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1)
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok terdiri
dari tiga siswa.
2)
Guru memerintahkan setiap kelompok membuat tiga skenario kehidupan nyata
yang berkaitan dengan topik diskusi.
3)
Kemudian guru meminta satu anggota dari setiap kelompok untuk
menyampaikan skenario kepada kelompok lain. Selanjutnya, setiap tim mempunyai
kesempatan untuk latihan peran utama, dan dalam skenario tersebut guru
konsentrasi pada identifikasi pelaku utama dalam penggunaan konsep dan
kecakapan serta bagaimana pengembangannya.
4) Setelah selesai, guru mengumpulkan seluruh
kelompok untuk diskusi umum dari poin-poin belajar skenario dan nilai aktifitas
di dalamnya
f. Trading place
Metode ini
memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan
mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1)
Beri peserta didik satu atau lebih catatan-catatan Post-it (tentukan apakah kegiatan tersebut akan berjalan lebih baik
dengan membatasi para peserta didik terhadap sebuah atau beberapa kontribusi)
2)
Mintalah mereka untuk menulis dalam catatan merea salah satu dari hal
berikut:
a.
sebuah nilai yang mereka pegang
b.
sebuah pengalaman yang telah mereka miliki saat ini
c.
sebuah ide atau solusi kreatif terhadap sebuah problema yang telah anda
tentukan
d.
sebuah pertanyaan yang mereka miliki mengenai persoalan dari mata pelajaran
e.
sebuah opini yang mereka pegang tentang sebuah topik pilihan anda
f.
sebuah fakta tentang mereka sendiri atau persoalan pelajaran
3)
Mintalah peseta didik menaruh (menempelkan) catatan tersebut pada pakaian
mereka dan mengelilingi ruangan dengan atau sambil membaca tiap catatan milik
peserta yang lain
4)
Kemudian, suruhlah para peserta didik berkumpul sekali lagi dan
mengasosiasikan sebuah pertukaran catatan-catatan yang telah diletakkan pada
tempatnya (trade of Post-it notes) satu sama lain. Pertukaran itu hendaknya
didasarkan pada sebuah keinginan untuk memiliki sebuah nilai, pengalaman, ide,
pertanyaan, opini atau fakta tertentu dalam waktu yang singkat. Buatlah aturan
bahwa semua pertukaran harus menjadi dua jalan. Doronglah peserta didik untuk
membuat sebanyak mungkin pertukaran yang mereka sukai.
5)
Kumpulkan kembali kelas tersebut dan mintalah para peserta didik berbagi
pertukaran apa yang mereka buat dan mengapa demikian. (misalnya : Mita : “Saya
menukar catatan dengan Sonya karena dia telah membuat catatan tentang
perjalanan ke Eropa Timur. Saya menyukai perjalanan ke sana karena saya
mempunyai nenek moyang yang berasal dari Hongaria dan Ukraina
g. TV Komersial
Metode ini dapat
menghasilkan pembangunan team (team building) yang cepat
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1)
Bagilah peserta didik ke dalam team yang tidak lebih dari 6 anggota
2)
Mintalah team-team membuat iklan TV 30 detik yang mengiklankan masalah pelajaran dengan menekankan nilainya
bagi meraka atau bagi dunia
3)
Iklan hendaknya berisi sebuah slogan (sebagai contoh “Lebih baik hidup
dengan ilmu Kimia”) dan visual (misalnya, produk-produk kimia terkenal)
4)
Jelaskan bahwa konsep umum dan sebuah outline dari iklan tersebut sesuai.
Namun jika team ingin memerankan iklannya, hal tersebut baik juga.
5)
Sebelum masing-masing team mulai merencanakan iklannya, maka diskusikan
karakteristik dari beberapa iklan yang saat ini terkenal untuk merangsang
kreatifitas (misalnya penggunaan sebuah kepribadian terkenal, humor,
perbandingan terhadap persaingan, daya tarik sex)
6)
Mintalah masing-masing team menyampaikan ide-idenya. Pujilah kreatifitas
setiap orang.
h. The Company You Keep
Metode ini
digunakan untuk membantu siswa sejak awal agar lebih mengenal satu sama lain
aktivitas kelas bergerak dengan cepat dan amat menyenangkan.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai
berikut:
1)
buatlah datar kategori yang anda pikir mungkin tepat dalam sebuah kegiatan
untuk lebih mengenal pelajaran yang anda ajar. Kategori-kategori tersebut
meliputi :
a. Bulan kelahiran
b. Orang yang suka atau tidak suka suatu objek
c. Kesukaan seseorang
d. Tangan yang digunakan untuk menulis
e. Warna sepatu
f. Setuju atau tidak dengan beberapa pernyataan opini
tentang sebuah isi hangat (misalnya “Jaminan pemeliharaan kesehatan hendaknya
bersifat universal”) Catatan: Kategori dapat pula dikaitkan langsung dengan
materi pelajaran yang diajarkan
2)
Bersihkan ruang lantai agar peserta didik dapat berkeliling dengan bebas
3)
Sebutkan sebuah kategori. Arahkan para peserta didik untuk menentukan
secepat mungkin semua orang yang akan mereka kaitkan dengan kategori yang ada.
Misal para penulis dengan tangan kanan dan penulis dengan tangan kiri akan terpisah
menjadi dua bagian.
4)
Ketika para peserta didik telah membentuk kelompok-kelompok yang tepat,
mintalah mereka berjabatan tangan dengan teman yang mereka jaga. Ajaklah semua
untuk mengamati dengan tepat berapa banyak orang yang ada di dalam kelompok-kelompok yang berbeda.
5)
Lanjutkan segera pada kategori berikutnya. Jagalah peserta didik tetap
bergerak dari kelompok ke kelompok ketika anda mengumumkan kategori-kategori
baru.
6)
Kumpulkan kembali seluruh kelas. Diskusikan perbedaan peserta didik yang
muncul dari latihan itu.
Metode
di atas hanya sebagian kecil penerapan strategi active learning, pada intinya pembelajaran yang dilaksanakan harus
menjadikan siswa sebagai subjek belajar, bukan objek belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran “active learning”
pada dasarnya merupakan salah satu bentuk atau jenis dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik. Pembelajaran
berorientasi pada aktivitas peserta didik mengandung pengertian bahwa sistem
pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subyek didik yang aktif dan
telah memiliki kesiapan untuk belajar.
Pentingnya active
learning berangkat dari asumsi bahwa peserta didik harus membaca, menulis,
berdiskusi, atau terlibat dalam pemecahan masalah. Untuk terlibat secara aktif,
peserta didik harus terlibat dalam kegiatan berpikir yang lebih tinggi seperti
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Kesemua kegiatan tersebut menuntut
siswa untuk aktif bukan pasif.
Metode yang dapat digunakan dalam menerapkan active learning cukup banyak, pada
makalah disajikan 9 metode di antaranya: True or False (Benar atau salah), Guided Teaching (Pembelajaran terbimbing), Card Sort (Cari Kawan), The Power of Two (Gabungan Dua Kekuatan), Rotating Roles (Permainan Bergilir), Trading place, TV Komersial dan The Company You Keep
B. Saran
Kepada pembaca
untuk terus meningkatkan pemahaman, wawasan dan kompetensi yang berkaitan
dengan strategi pembelajaran aktif. Kompetensi yang diperoleh dapat pembaca
terapkan ketika memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah maupun
ketika memberikan perkuliahan di perguruan tinggi.
DAFTAR REFERENSI
Ali Muhtadi. Implementasi
Konsep Pembelajaran “Active Learning” Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Keaktifan Mahasiswa Dalam Perkuliahan. Yogyakarta. UNY. [Online]. Tersedia. staff.uny.ac.id/.../13.... [11-10-2012]
Garman, Noreen B & Piantanida, Maria. 1996. Introduction
To Active Learning A Module For Educators. Pittsburgh. University of Pittsburgh. [Online]. Tersedia. www.pitt.edu/~ginie/.../pdf/active_learning.pdf [11-10-2012]
Hamzah B Uno & Nurdin
Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta. Bumi Aksara.
Richard M. Felder, Rebecca
Brent. 2008. Active Learning: An
Introduction. North Carolina. North Carolina State University. [Online].
Tersedia. www4.ncsu.edu/unity/.../ALpaper(ASQ).pdf [11-10-2012]
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana.
Silberman, Mel. 2009. Active Learning (terjemahan oleh
Sarjuli, dkk).. Yogyakarta. Pustaka Insan Madani.
T.M.A. Ari Samadhi. Pembelajaran Aktif (Active Learning). Jakarta. TIW. [Online]. Tersedia.
uripsantoso.files.wordpress.com/2011/06/active-learning_52.pdf [11-10-2012]
Assalamualaikun. Mohon info untuk mencari buku active learning penulis Mel. Silberman dimna ya???
BalasHapusDid you know there's a 12 word sentence you can speak to your partner... that will induce deep emotions of love and instinctual appeal to you deep within his heart?
BalasHapusThat's because deep inside these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, please and care for you with all his heart...
12 Words Will Trigger A Man's Desire Response
This impulse is so hardwired into a man's mind that it will make him work harder than before to to be the best lover he can be.
As a matter of fact, triggering this mighty impulse is absolutely binding to having the best ever relationship with your man that once you send your man one of the "Secret Signals"...
...You'll instantly notice him open his heart and soul for you in a way he haven't expressed before and he will see you as the one and only woman in the universe who has ever truly interested him.